Tafsir Surat Ali Imran, ayat 130-136
يا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَوا أَضْعافاً مُضاعَفَةً
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (130) وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي
أُعِدَّتْ لِلْكافِرِينَ (131) وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُونَ (132) وَسارِعُوا إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّماواتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي
السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ
إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللَّهُ وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولئِكَ جَزاؤُهُمْ
مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
خالِدِينَ فِيها وَنِعْمَ أَجْرُ الْعامِلِينَ (136)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kalian kepada Allah
supaya kalian mendapat keberuntungan. Dan peliharalah diri kalian dari api
neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan
Rasul, supaya kalian diberi rahmat. Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari
Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengumpuni dosa selain dari
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka
mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang
di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal di dalamnya, dan
itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.Allah Swt. berfirman, melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin memberlakukan riba dan memakan riba yang berlipat ganda, seperti yang dahulu biasa mereka lakukan bila telah tiba masa pelunasan utang; maka jalan keluar adakalanya si pengutang melunasi utangnya atau membayar bunga ribanya. Jika ia membayar, maka tidak ada masalah; tetapi jika ia tidak dapat membayar utangnya, dia harus menambah bayarannya sebagai ganti dari penangguhan masa pelunasannya. Demikianlah seterusnya sepanjang tahun, adakalanya utang sedikit menjadi bertambah banyak dan berlipat-lipat dari utang yang sebenarnya.
Allah Swt. juga memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bertakwa, supaya mereka menjadi orang-orang yang beruntung dalam kehidupan di dunia ini dan di akhirat nanti. Selanjutnya Allah memperingatkan mereka agar mereka waspada terhadap siksa neraka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَاتَّقُوا
النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ. وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ}
Dan peliharalah diri kalian dari api neraka, yang disediakan untuk
orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kalian diberi
rahmat. (ali Imran: 131-132)Selanjutnya Allah Swt. menganjurkan mereka agar bersegera mengerjakan kebajikan dan berlomba untuk memperoleh derajat taqarrub. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa. (Ali Imran: 133)Seperti halnya neraka, disediakan untuk orang-orang yang kafir.
Menurut suatu pendapat, makna firman-Nya "Yang luasnya seluas langit dan bumi" untuk mengingatkan luas panjangnya seperti yang disebutkan dalam ayat lain yang menggambarkan tentang hamparan surga (permadaninya), yaitu melalui firman-Nya:
بَطائِنُها
مِنْ إِسْتَبْرَقٍ
di atas permadani yang bagian dalamnya dari sutra. (Ar-Rahman: 54)Dengan kata lain, dapat Anda bayangkan bagaimana keindahan bagian luarnya?
Menurut pendapat lain, lebar surga itu sama dengan panjangnya, mengingat bentuk surga seperti kubah yang terletak di bawah Arasy. Sedangkan sesuatu yang berbentuk seperti kubah, yakni bulat, ukuran panjang dan lebarnya sama. Pendapat ini diperkuat oleh sebuah hadis sahih yang mengatakan:
«إِذَا
سَأَلْتُمُ اللَّهَ الْجَنَّةَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَعْلَى
الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
وَسَقْفُهَا عَرْشُ الرَّحْمَنِ»
Apabila kalian memohon kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surga
Firdaus, karena sesungguhnya Firdaus adalah bagian yang paling tinggi dari surga
dan sekaligus pertengahannya. Darinya mengalir sungai-sungai surga, dan atap
surga adalah Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah.Makna yang dikandung ayat ini sama dengan ayat lain yang ada di dalam surat Al-Hadid, yaitu firman-Nya:
سابِقُوا
إِلى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُها كَعَرْضِ السَّماءِ
وَالْأَرْضِ
Berlomba-lombalah kalian kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan kalian
dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21), hingga akhir
ayat.Telah diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, bahwa Heraklius pernah menulis surat kepada Nabi Saw. yang isinya menyatakan, "Sesungguhnya engkau telah mengajakku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau demikian, di mana neraka?" Maka Nabi Saw. menjawab dengan balik bertanya:
«سُبْحَانَ
اللَّهِ فَأَيْنَ اللَّيْلُ إِذَا جَاءَ النَّهَارُ؟»
Subhanallah (Mahasuci Allah), di manakah malam bila siang hari
tiba?Ibnu Jarir meriwayatkannya. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Abu Khaisamah, dari Sa'id ibnu Abu Rasyid, dari Ya'la ibnu Murrah yang menceritakan bahwa ia pernah bersua dengan At-Tanukhi yang pernah menjadi utusan Heraklius kepada Rasulullah Saw. di Himsa; dia telah berusia lanjut dan lemah sekali. Ia berkata bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dengan membawa surat Heraklius. Lalu surat itu diterima oleh seorang lelaki yang ada di sebelah kiri beliau. At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, lalu ia berkata, "Siapakah teman kalian yang akan membaca surat ini?" Mereka (para sahabat) menjawab, "Mu'awiyah." Ternyata isi surat Heraklius mengatakan, "Sesungguhnya engkau telah berkirim surat kepadaku, yang isinya engkau menyeruku untuk memperoleh surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau begitu, di manakah nerakanya?" At-Tanukhi melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw. menjawab dengan balik bertanya: Mahasuci Allah, di manakah malam hari bila siang hari datang?
Al-A'masy, Sufyan As-Sauri, dan Syu'bah meriwayatkan dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi pernah bertanya kepada Khalifah Umar ibnul Khattab tentang surga yang luasnya seluas langit dan bumi, lalu di manakah neraka? Maka Umar menjawab mereka, "Bagaimanakah pendapat kalian bila siang hari datang, di manakah malam hari? Bilamana malam hari datang, di manakah siang hari?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau telah memetik hal yang semisal dari kitab Taurat." Asar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui tiga jalur.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Barqan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnul Asam, bahwa seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab mengatakan, "Mereka mengatakan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi, maka di manakah neraka?" Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, "Di manakah malam hari bila siang hari tiba? Di manakah siang hari bila malam hari tiba?"
Hal ini diriwayatkan pula secara marfu’. Untuk itu Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Salamah Abu Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnul Asam, dari pamannya (yaitu Yazid ibnul Asam), dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu mengatakan, "Bagaimanakah pendapatmu mengenai firman-Nya: 'dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi’ (Ali imran: 133).
Maka di manakah neraka?" Nabi Saw. menjawab:
«أَرَأَيْتَ
اللَّيْلَ إِذَا جَاءَ لَبِسَ كُلَّ شَيْءٍ، فَأَيْنَ النَّهَارُ؟» قَالَ: حَيْثُ
شَاءَ اللَّهُ، قَالَ «وَكَذِلَكَ النَّارُ تَكُونُ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ»
"Bagaimanakah menurutmu apabila malam tiba menyelimuti segala sesuatu, di
manakah siang harinya?" Lelaki itu menjawab, "Di suatu tempat yang
dikehendaki oleh Allah." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula neraka, ia
berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt."Hadis ini mempunyai dua makna, yaitu:
Pertama, yang dimaksud ialah bahwa ketidakmampuan kita menyaksikan malam hari bila siang hari tiba bukan berarti malam itu tidak ada di suatu tempat, sekalipun kita tidak mengetahuinya. Demikian pula neraka, ia berada di suatu tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt. Pengertian ini lebih jelas, seperti yang dikemukakan oleh hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar tadi.
Kedua, mengartikah bahwa siang hari apabila menyinari alam dari belahan ini, maka malam hari berada di belahan lainnya. Demikian pula halnya surga, ia berada di tempat yang paling atas di atas langit di bawah Arasy, yang luasnya adalah seperti yang diungkapkan di dalam firman-Nya:
{كَعَرْضِ
السَّمَاءِ وَالأرْضِ}
seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21)Sedangkan neraka berada di tempat yang paling bawah. Dengan demikian, berarti tidaklah bertentangan antara pengertian luasnya surga yang seluas langit dan bumi dengan keberadaan neraka.
*******************
Kemudian Allah Swt. menyebutkan sifat ahli surga melalui firman-Nya:
{الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ}
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang
maupun sempit. (Ali Imran: 134)Yakni dalam keadaan susah dan dalam keadaan makmur, dalam keadaan suka dan dalam keadaan duka, dalam keadaan sehat dan juga dalam keadaan sakit. Dengan kata lain, mereka rajin berinfak dalam semua keadaan. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهارِ سِرًّا
وَعَلانِيَةً
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
sembunyi dan terang-terangan. (Al-Baqarah: 274)Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka tidak kendur dan lupa oleh suatu urusan pun dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. Mereka membelanjakan harta untuk keridaan-Nya serta berbuat baik kepada sesamanya dari kalangan kaum kerabatnya dan orang-orang lain dengan berbagai macam kebajikan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْكاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعافِينَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. (Ali Imran: 134)Dengan kata lain, apabila mereka mengalami emosi, maka mereka menahannya (yakni memendamnya dan tidak mengeluarkannya); selain itu mereka memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka.
Disebutkan dalam sebagian asar yang mengatakan:
«يَقُولُ
اللَّهُ تعالى: يا ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ، أَذْكُرُكَ إِذَا
غَضِبْتُ فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ»
Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, ingatlah kepada-Ku jika kamu marah,
niscaya Aku mengingatmu bila Aku sedang murka kepadamu. Karena itu, Aku tidak
akan membinasakanmu bersama orang-orang yang Aku binasakan.Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
قَالَ
أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الزَّمِنُ، حَدَّثَنَا
عِيسَى بْنُ شُعَيب الضَّرِير أَبُو الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سليمان
الجيزي عَنْ أَبِي عَمْرِو بْنِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ
اللهُ عَنْهُ عَذَابَهُ، وَمَنْ خزَنَ لِسَانَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنِ
اعْتَذَرَ إلَى اللهِ قَبِلَ عُذْرَهُ"
Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami
Abu Musa Az-Zamin, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu'aib Ad-Darir
(yaitu Abul Fadl), telah menceritakan kepadaku Ar-Rabi' ibnu Sulaiman,
An-Numairi, dari Abu Amr ibnu Anas ibnu Malik, dari ayahnya yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang mengekang amarahnya,
maka Allah menahan siksa-Nya terhadapnya. Dan barang siapa yang mengekang
lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Dan barang siapa yang meminta maaf
kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya.Hadis ini garib, dan di dalam sanadnya terdapat hal yang masih perlu dipertimbangkan.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنِ
الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ المسيَّب، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة،
وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Malik, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Orang yang kuat itu
bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan
dirinya di kala sedang marah.Syaikhain meriwayatkan hadis ini melalui hadis Malik.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ التَّيْميّ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيد، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، هُوَ
ابْنُ مَسْعُودٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أيُّكُمْ مَالُ وَارِثِهِ أحَبُّ إلَيْه مِنْ
مَالِهِ؟ " قَالَ: قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا مِنَّا أَحَدٌ إِلَّا مَالهُ
أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ مَالِ وَارِثِهِ. قَالَ: "اعْلَمُوا أَنَّهُ لَيْسَ مِنْكُمْ
أَحَدٌ إِلا مَالُ وَارِثِهِ أحَبُّ إلَيْه مِنْ مَالهِ مَالَكَ مِنْ مَالَكَ
إِلَّا مَا قَدَّمَتْ، ومَالُ وَارِثَكَ مَا أخَّرْتَ". قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَعُدُّونَ فِيْكُمُ الصُّرعَة؟ "
قُلْنَا: الَّذِي لَا تَصْرَعه الرِّجَالُ، قَالَ: قَالَ "لَا وَلَكِنِ الَّذِي
يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ". قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَعُدُّونَ فِيْكُمُ الرَّقُوبَ؟ " قَالَ: قُلْنَا:
الَّذِي لَا وَلَدَ لَهُ. قَالَ: "لَا وَلَكِنَّ الرَّقُوبَ الَّذِي لَمْ
يُقَدِّمْ مِنْ ولَدِهِ شَيْئًا".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah,
telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim At-Taimi, dari Al-Haris
ibnu Suwaid, dari Abdullah (yakni Ibnu Mas'ud r.a.) yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Siapakah di antara kalian yang harta
warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya sendiri?" Mereka menjawab,
"Wahai Rasulullah, tiada seorang pun di antara kami melainkan hartanya sendiri
lebih disukainya daripada harta warisnya." Rasulullah Saw. bersabda,
"Ketahuilah oleh kalian, bahwa tiada seorang pun di antara kalian melainkan
harta warisnya lebih disukai olehnya daripada hartanya sendiri. Tiada bagianmu
dari hartamu kecuali apa yang kamu infakkan, dan tiada bagi warismu kecuali apa
yang kamu tangguhkan." Rasulullah Saw. pernah pula bersabda:
"Bagaimanakah menurut penilaian kalian orang yang kuat di antara kalian?"
Kami menjawab, "Orang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki." Nabi Saw.
bersabda, "Bukan, tetapi orang yang kuat itu ialah orang yang dapat menahan
dirinya di kala sedang marah." "Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan
ar-raqub?" Kami menjawab, "Orang yang tidak mempunyai anak." Nabi Saw.
bersabda, "Bukan, tetapi ar-raqub ialah orang yang tidak menyuguhkan
sesuatupun dari anaknya."Imam Bukhari mengetengahkan hadis tersebut pada bagian pertamanya, sedangkan Imam Muslim mengetengahkannya berasal dari hadis ini melalui riwayat Al-A'masy.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبة، سَمِعْتُ عُرْوة بْنَ عَبْدِ اللَّهِ
الجَعْفِيّ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي حَصْبَةَ، أَوِ ابْنِ حَصْبَةَ، عَنْ رَجُلٍ
شَهِدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ: "تَدْرُونَ
مَا الرَّقُوبُ؟ " قَالُوا الَّذِي لَا وَلَدَ لَهُ. قَالَ: "الرَّقُوبُ كُلُّ
الرَّقُوبِ الَّذِي لَهُ وَلَدٌ فَمَاتَ، وَلَمْ يُقَدِّمْ مِنْهُمْ شَيْئًا".
قَالَ: "تَدْرُونَ مَا الصُّعْلُوكُ؟ " قَالُوا: الَّذِي لَيْسَ لَهُ مَالٌ. قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الصُّعْلُوكُ كُلُّ الصُّعْلُوكِ
الَّذِي لَهُ مَالٌ، فَمَاتَ وَلَمْ يُقَدِّمْ مِنْهُ شَيْئًا". قَالَ: ثُمَّ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا الصُّرَعَةُ؟ " قَالُوا:
الصَّرِيعُ. قَالَ: فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّرَعَةُ كُلُّ
الصُّرَعَةِ الَّذِي يَغْضَبُ فَيَشْتَدُّ غَضَبُهُ، وَيَحْمَرُّ وَجْهُهُ،
وَيَقْشَعِرُّ شَعْرُهُ، فَيَصْرَعُ غَضَبَهُ"
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, aku mendengar Urwah ibnu Abdullah Al-Ju'fi
menceritakan dari Abu Hasbah atau ibnu Abu Husain, dari seorang laki-laki yang
menyaksikan Nabi Saw. berkhotbah. Maka beliau bersabda: "Tahukah kalian
apakah yang dimaksud dengan ar-raqub?" Kami menjawab, "Orang yang tidak
mempunyai anak." Nabi Saw. bersabda, "Ar-raqub yang sesungguhnya ialah orang
yang mempunyai anak, lalu ia mati, sedangkan dia belum menyuguhkan sesuatu pun
dari anaknya." "Tahukah kalian, siapakah sa'luk itu?" Mereka
menjawab, "Orang yang tidak berharta." Nabi Saw. bersabda, "Sa'luk yang
sesungguhnya ialah orang yang berharta, lalu ia mati, sedangkan dia belum
menyuguhkan barang sepeser pun dari hartanya itu." Kemudian dalam
kesempatan lain Nabi Saw. bersabda: "Apakah arti jagoan itu?" Mereka
menjawab, "Seseorang yang tidak terkalahkan oleh banyak lelaki." Maka Nabi Saw.
bersabda, "Orang yang benar-benar jagoan ialah orang yang marah, lalu
marahnya itu memuncak hingga wajahnya memerah dan semua rambutnya berdiri, lalu
ia dapat mengalahkan kemarahannya."Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر، حَدَّثَنَا هِشَامٌ -هُوَ ابْنُ
عُرْوَةَ-عَنْ أَبِيهِ، عَنِ الْأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَمٍّ لَهُ يُقَالُ
لَهُ: جَارية بْنُ قُدامة السَّعْدِيُّ؛ أَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي قَوْلًا
يَنْفَعُنِي وأقْلِل عَلَيَّ، لَعَلِّي أَعِيهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَغْضَبْ". فَأَعَادَ عَلَيْهِ حَتَّى أَعَادَ
عَلَيْهِ مِرَارًا، كُلُّ ذَلِكَ يَقُولُ: "لَا تَغْضَبْ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah
menceritakan kepada kami Hisyam (yaitu Ibnu Urwah), dari ayahnya, dari Al-Ahnaf
ibnu Qais, dari salah seorang pamannya yang dikenal dengan nama Harisah ibnu
Qudamah As-Sa'di yang menceritakan hadis berikut: Bahwa ia pernah bertanya
kepada Rasulullah Saw. Untuk itu ia mengatakan, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah
kepadaku suatu nasihat yang bermanfaat bagi diriku, tetapi jangan banyak-banyak
agar aku selalu mengingatnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Kamu jangan
marah." Ia mengulangi pertanyaannya kepada Nabi Saw. berkali-kali, tetapi
semuanya itu dijawab oleh Nabi Saw. dengan kalimat, "Kamu jangan
marah."Hal yang sama diriwayatkan dari Abu Mu'awiyah, dari Hisyam dengan lafaz yang sama. Ia meriwayatkan pula dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Hisyam dengan lafaz yang sama yang isinya adalah seperti berikut: Bahwa seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, berilah aku suatu nasihat, tetapi jangan terlalu banyak, barangkali saja aku selalu mengingatnya." Nabi Saw. bersabda, "Kamu jangan marah."
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
*******************
Hadis lain diriwayatkan pula oleh Imam
Ahmad.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ حُمَيد بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي. قَالَ:
"لَا تَغْضَبْ". قَالَ الرَّجُلُ: فَفَكَّرْتُ حِينَ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا قَالَ، فَإِذَا الْغَضَبُ يَجْمَعُ الشَّرَّ كُلَّهُ.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman,
dari seorang lelaki dari kalangan sahabat Nabi Saw. yang menceritakan: Seorang
lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, berwasiatlah untukku." Nabi Saw. menjawab,
"Kamu jangan marah." Lelaki itu melanjutkan kisahnya, "Maka setelah
kurenungkan apa yang telah disabdakan oleh Nabi Saw. tadi, aku berkesimpulan
bahwa marah itu menghimpun semua perbuatan jahat."Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا داود بن أبي هِنْد عن بن أَبِي حَرْب بْنِ أَبِي
الْأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي الْأَسْوَدِ، عَنْ أَبِي ذَرّ قَالَ: كَانَ يَسْقِي عَلَى
حَوْضٍ لَهُ، فَجَاءَ قَوْمٌ قَالُوا أَيُّكُمْ يُورِدُ عَلَى أَبِي ذَرٍّ
وَيَحْتَسِبُ شَعَرَاتٍ مِنْ رَأْسِهِ فَقَالَ رَجُلٌ: أَنَا. فَجَاءَ الرَّجُلُ
فَأَوْرَدَ عَلَيْهِ الْحَوْضَ فَدَقَّهُ، وَكَانَ أَبُو ذَرٍّ قَائِمًا فَجَلَسَ،
ثُمَّ اضْطَجَعَ، فَقِيلَ لَهُ: يَا أَبَا ذَرٍّ، لِمَ جَلَسْتَ ثُمَّ اضْطَجَعْتَ؟
فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال لَنَا: "إذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ
وَإِلا فَلْيَضْطَجِعْ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah
menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Abu Harb ibnu Abul Aswad,
dari Abul Aswad, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa ketika ia hendak
mengambil air dari sumurnya, tiba-tiba datanglah suatu kaum, lalu mereka
berkata, "Siapakah di antara kalian yang mau mengambilkan air buat (minum
ternak) Abu Zar dan menghitung beberapa helai rambut dari kepalanya?" Kemudian
ada seorang lelaki berkata, "Saya," lalu lelaki itu menggiring ternak kambing
milik Abu Zar ke sumur tersebut (untuk diberi minum). Pada mulanya Abu Zar
berdiri, lalu duduk, kemudian berbaring. Ketika ditanyakan kepadanya, "Wahai Abu
Zar, mengapa engkau duduk, lalu berbaring?" Maka Abu Zar menjawab, "Sesungguhnya
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami (para sahabat): 'Apabila
seseorang di antara kalian marah, sedangkan ia dalam keadaan berdiri, hendaklah
ia duduk hingga marahnya hilang. Apabila marahnya masih belum hilang,
hendaklah ia berbaring."Imam Abu Dawud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Hambal berikut sanadnya. Hanya di dalam riwayatnya disebutkan dari Abu Harb, dari Abu Zar, padahal yang benar ialah Ibnu Abu Harb, dari ayahnya, dari Abu Zar, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Abdullah ibnu Ahmad dari ayahnya.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ خَالِدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو
وَائِلٍ الصَّنْعَاني قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عرْوة بْنِ مُحَمَّدٍ إِذْ
دَخَلَ عَلَيْهِ رَجُلٌ، فَكَلَّمَهُ بِكَلَامٍ أَغْضَبَهُ، فَلَمَّا أَنْ غَضِبَ
قَامَ، ثُمَّ عَادَ إِلَيْنَا وَقَدْ تَوَضَّأَ فَقَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ
جَدِّي عَطِيَّةَ -هُوَ ابْنُ سَعْدٍ السَّعْدِيُّ، وَقَدْ كَانَتْ لَهُ
صُحْبَةٌ-قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إنَّ
الْغَضَبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، وإنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وإنَّمَا
تُطْفَأُ النَّارُ بِالماءِ، فَإذَا أُغْضِبَ أحَدُكُمْ
فَلْيَتَوضَّأْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid,
telah menceritakan kepada kami Wa-il As-San'ani yang mengatakan, "Ketika kami
sedang berada di dalam majelis Urwah ibnu Muhammad, tiba-tiba masuk menemuinya
seorang lelaki dan lelaki itu berbicara kepadanya tentang suatu pembicaraan yang
membuat Urwah marah. Ketika Urwah marah, maka ia pergi, lalu kembali lagi
menemui kami dalam keadaan telah berwudu. Kemudian ia mengatakan bahwa telah
menceritakan kepadaku ayahku di hadapan kakekku (yaitu Atiyyah ibnu Sa'd
As-Sa'di) yang berpredikat sebagai sahabat, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: 'Sesungguhnya marah itu perbuatan setan, dan setan itu diciptakan
dari api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air.
Karena itu, apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia
berwudu'."Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud melalui hadis Ibrahim ibnu Khalid As-San'ani, dari Abu Wa-il Al-Oas Al-Muradi As-San'ani. Imam Abu Daud mengatakan bahwa Abu Wa-il ini adalah Abdullah ibnu Buhair.
Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا نُوحُ
بْنُ جَعْوَنة السُّلَمي، عَنْ مُقَاتِلِ بْنِ حَيَّان، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ
أنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ وَقَاهُ اللهُ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ، أَلَا
إنَّ عَمَلَ الْجَنَّةِ حَزْنٌ بِرَبْوُةٍ -ثَلَاثًا-أَلَا إنَّ عَمَلَ النَّار
سَهْلٌ بسَهْوة. والسَّعِيدُ مَنْ وقيَ الفِتَنَ، ومَا مِنْ جَرْعَةٍ أحَبُّ إلَى
اللهِ [عَزَّ وَجَلَّ] مِنْ جَرْعَةِ غَيْظٍ يَكْظِمُهَا عَبْدٌ، مَا كَظَمَهَا
عَبْدٌ للهِ إِلَّا مَلأ جَوْفُه إيمَانًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid,
telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Mu'awiyah As-Sulami, dari Muqatil ibnu
Hayyan, dari Ata, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Barang siapa yang memberikan masa tangguh kepada orang yang
sedang kesulitan atau memaafkan (utang)nya, niscaya Allah memelihara dirinya
dari panasnya neraka Jahannam. Ingatlah, sesungguhnya amal surga itu
bagaikan tanah licin yang ada di bukit —sebanyak tiga kali—. Ingatlah,
sesungguhnya amal neraka itu bagaikan tanah yang mudah dilalui yang berada di
tanah datar. Orang yang berbahagia ialah orang yang dipelihara dari segala
fitnah. Dan tiada suatu regukan pun yang lebih disukai oleh Allah selain dari
regukan amarah yang ditelan oleh seseorang hamba; tidak sekali-kali seorang
hamba Allah mereguk amarahnya karena Allah, melainkan Allah memenuhi rongganya
dengan iman.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri, sanadnya hasan; tiada seorang perawi pun yang mempunyai kelemahan di dalamnya, dan matannya hasan pula.
Hadis lain yang semakna dengannya.
قَالَ
أَبُو دَاوُدَ: حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكرَم، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ
-يَعْنِي ابْنَ مَهْدي-عَنْ بِشْرٍ -يَعْنِي ابْنَ مَنْصُورٍ-عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عَجْلان، عَنْ سُوَيد بْنِ وَهْب، عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَبْنَاءِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أنْ
يُنْفِذَه مَلأهُ اللهُ أَمْنًا وَإيمانًا، وَمَنْ تَرَكَ لُبْسَ ثَوْبِ جَمَال
وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْه -قَالَ بِشر: أَحْسَبُهُ قَالَ: "تَوَاضُعًا"-كَسَاهُ
اللهُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ، وَمَنْ زَوَّجَ للهِ كَسَاهُ اللهُ تَاجَ
الْمُلْكِ"
Imam Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram,
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman (yakni Ibnu Mahdi), dari Bisyr
(yakni Ibnu Mansur), dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Suwaid ibnu Wahb, dari
seorang lelaki anak seorang sahabat Rasulullah Saw., dari ayahnya yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang menahan
amarah, sedangkan dia mampu mengeluarkannya, maka Allah memenuhi rongganya
dengan keamanan dan iman. Dan barang siapa yang meninggalkan pakaian keindahan,
sedangkan dia mampu mengadakannya —Bisyr menduga bahwa Muhammad ibnu Ajlan
mengatakan karena tawadu (rendah diri)—, maka Allah memakaikan kepadanya pakaian
kehormatan. Dan barang siapa memakai mahkota karena Allah, niscaya Allah
akan memakaikan kepadanya mahkota seorang raja.Hadis lain.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزيد، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ،
حَدَّثَنِي أَبُو مَرْحُوم، عَنْ سَهْل بْنِ مُعَاذ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ؛
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ كَظَمَ
غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَه، دَعَاهُ اللهُ عَلَى رُؤُوسِ
الْخَلائِقِ، حَتَّى يُخيرَهُ مِنْ أيِّ الْحُورِ شَاءَ".
Imam Ahma'd mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid,
telah menceritakan kepada kami Sa'id, telah menceritakan kepadaku Abu Marhum,
dari Sahl ibnu Mu'az ibnu Anas, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Barang siapa menahan amarah, sedangkan dia mampu untuk
melaksanakannya, maka Allah kelak akan memanggilnya di mata semua makhluk,
hingga Allah menyuruhnya memilih bidadari manakah yang disukainya.Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu Abu Ayyub dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.
Hadis lain, diriwayatkan oleh Abdur Razzaq.
أَخْبَرَنَا
دَاوُدُ بن قَيْس، عن زيد بن أسلم، عن رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ -يُقَالُ لَهُ:
عَبْدُ الْجَلِيلِ-عَنْ عَمٍّ لَهُ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:
{وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ} أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "مَنْ كَظَمَ غَيْظًا، وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَى إِنْفَاذِهِ مِلْأَهُ اللَّهُ
أَمْنًا وَإِيمَانًا".
telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Qais, dari Yazid ibnu Aslam, dari
seorang lelaki dari kalangan ulama Syam yang dikenal dengan nama Abdul Jalil,
dari seorang pamannya, dari Abu Hurairah r.a. sehubungan dengan firman-Nya:
dan orang-orang yang menahan amarahnya. (Ali Imran: 134) Bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Barang siapa menahan amarahnya, sedangkan dia mampu
melaksanakannya, niscaya Allah memenuhi rongganya dengan keamanan dan
keimanan.Hadis lain.
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويَه: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، أَخْبَرَنَا
يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ عَاصِمٍ، أَخْبَرَنِي
يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تَجَرَّعَ عَبْدٌ مِنْ جُرْعَةٍ
أَفْضَلَ أَجْرًا مِنْ جُرْعَةِ غَيْظٍ كَظَمَهَا ابْتِغَاءَ وَجْهِ
اللَّهِ".
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan bahwa Ahmad ibnu Muhammad ibnu
Ziyad telah menceritakan kepada kami, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Abu Talib, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, telah menceritakan
kepadaku Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan, dari Ibnu Umar r.a. yang menceritakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu regukan pun yang ditelan
oleh seorang hamba dengan pahala yang lebih utama selain dari regukan amarah
yang ditelan olehnya karena mengharapkan rida Allah.Hadis diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Bisyr ibnu Umar, dari Hammad ibnu Salamah, dari Yunus ibnu Ubaid dengan lafaz yang sama.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالْكاظِمِينَ
الْغَيْظَ
dan orang-orang yang menahan amarahnya. (Ali Imran: 134)Yakni mereka tidak melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, melainkan mencegah dirinya agar tidak menyakiti orang lain, dan ia lakukan hal tersebut demi mengharapkan pahala Allah Swt.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَالْعافِينَ
عَنِ النَّاسِ
dan memaafkan (kesalahan) orang. (Ali Imran: 134)Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan:
{وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran:
134)Hal yang disebut di atas merupakan salah satu dari kebajikan. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:
«ثَلَاثٌ
أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ: مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ
عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ
اللَّهُ»
Ada tiga perkara yang aku berani bersumpah untuknya; tiada harta yang
berkurang karena sedekah, dan tidak sekali-kali Allah menambahkan kepada seorang
hamba yang pemaaf melainkan hanya keagungan; serta barang siapa yang merendahkan
dirinya karena Allah, niscaya Allah mengangkat (kedudukan)nya.
وَرَوَى
الْحَاكِمُ فِي مُسْتَدْرَكِهِ مِنْ حَدِيثِ مُوسَى بْنِ عُقبة، عَنْ إِسْحَاقَ
بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ القُرشي، عَنْ عُبَادة بْنِ الصَّامِتِ، عَنْ أُبَيِّ
بْنِ كَعْبٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَف لَهُ الْبُنْيَانُ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ
فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ، وَيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ، ويَصِلْ مَنْ
قَطَعَهُ".
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya. meriwayatkan melalui hadis Musa ibnu
Uqbah, dari Ishaq ibnu Yahya ibnu Abu Talhah Al-Qurasyi, dari Ubadah ibnus
Samit, dari Ubay ibnu Ka'b, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang menginginkan bangunan untuknya (di surga; dimuliakan, dan derajat
(pahala)nya ditinggikan, hendaklah ia memaafkan orang yang berbuat aniaya
kepadanya, memberi kepada orang yang kikir terhadap dirinya, dan bersilaturahmi
kepada orang yang memutuskannya.Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.
Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadis ali, Ka'b ibnu Ujrah, dan Abu Hurairah serta Ummu Salamah hadis yang semakna.
Telah diriwayatkan melalui Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إذا
كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ يَقُولُ: أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ
النَّاسِ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ وَخُذُوا أُجُورَكُمْ، وَحُقَّ عَلَى كُلِّ
امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ»
Apabila hari kiamat terjadi, maka ada seruan yang memanggil, "Di manakah
orang-orang yang suka memaafkan orang lain? Kemarilah kalian kepada Tuhan kalian
dan ambillah pahala kalian!" Dan sudah seharusnya bagi setiap orang muslim masuk
surga bila ia suka memaafkan (orang lain).
*******************
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ
إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka. (Ali Imran: 135)Yakni apabila mereka melakukan suatu dosa, maka mereka mengiringinya dengan tobat dan istigfar (memohon ampun kepada Allah).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا هَمّام بْنُ يَحْيَى، عَنْ
إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
أَبِي عَمْرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ رَجُلًا أَذْنَبَ ذَنْبًا، فَقَالَ: رَبِّ إِنِّي
أَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ. فَقَالَ اللَّهُ [عَزَّ وَجَلَّ] عَبْدِي عَمِلَ
ذَنْبًا، فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ، قَدْ
غَفَرْتُ لِعَبْدِي، ثُمَّ عَمِلَ ذنبا آخر فقال: رب، إني عملت ذنبا فَاغْفِرْهُ.
فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرَتْ لِعَبْدِي. ثُمَّ عَمِلَ ذَنْبًا آخَرَ فَقَالَ:
رَبِّ، إنِّي عَمِلْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِي. فَقَالَ عَزَّ وجَلَّ: عَلِمَ
عَبْدَي أنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيأْخُذُ بِهِ، قَدْ غَفَرَتُ
لِعَبْدِي ثُمَّ عَمِلَ ذَنَبًا آخَرَ فَقَالَ: رَبِّ، إنِّي عَمِلَتُ ذَنَبًا
فَاغْفِرْهُ فَقَالَ عَزَّ وجَلَّ: عَبْدِي عَلِمَ أنَّ لَهُ رَبا يَغْفِرُ
الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ، أُشْهِدُكُمْ أنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي،
فَلْيَعْمَلْ مَا شَاءَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam ibnu Yahya, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnu Abu Talhah, dari Abdur Rahman ibnu Abu Amrah, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya ada seorang lelaki melakukan suatu dosa, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka berikanlah ampunan bagiku atas dosa itu." Maka Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku telah melakukan suatu dosa, lalu ia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosa(ku) itu." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Sekarang Aku mengampuni hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa lagi dan berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah dosaku." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya, sekarang Aku memberikan ampunan kepada hamba-Ku." Kemudian si hamba melakukan dosa yang lain, dan mengatakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melakukan dosa lain, maka ampunilah dosa(ku) itu." Allah Swt. berfirman, "Hamba-Ku mengetahui bahwa dirinya mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan yang menghukumnya. Persaksikanlah oleh kalian (para malaikat) bahwa Aku telah mengampuni hamba-Ku, maka ia boleh berbuat semua apa yang dikehendakinya."
Di dalam kitab Sahihain hadis ini diketengahkan melalui jalur Ishaq ibnu Abu Talhah dengan lafaz yang semisal.
Hadis lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا
أَبُو النَّضْرِ وَأَبُو عَامِرٍ قَالَا حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سَعْدٌ
الطَّائِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُدِلَّة -مَوْلَى أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ-سَمِعَ
أَبَا هُرَيْرَةَ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِذَا رَأَيْنَاكَ رقَّت قلوبُنا،
وَكُنَّا مِنْ أَهْلِ الْآخِرَةِ، وَإِذَا فَارَقْنَاكَ أَعْجَبَتْنَا الدُّنْيَا
وشَمِمْنا النِّسَاءَ وَالْأَوْلَادَ، فَقَالَ لَوْ أَنَّكُمْ تَكُونُونَ عَلَى
كُلِّ حَالٍ، عَلَى الْحَالِ الَّتِي أَنْتُمْ عَلَيْهَا عِنْدِي، لَصَافَحَتْكُمْ
الْمَلائِكَةُ بِأَكُفِّهِمْ، وَلَزَارَتْكُمْ فِي بُيُوتِكُمْ، وَلَوْ لَمْ
تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ كَيْ يُغْفَرَ لَهُمْ". قُلْنَا:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنَا عَنْ الْجَنَّةِ مَا بِنَاؤُهَا؟ قَالَ:"لَبِنَةُ
ذَهَبٍ، وَلَبِنَةُ فِضَّةٍ، وَمِلاطُهَا الْمِسْكُ الأذْفَرُ، وَحَصْبَاؤُهَا
اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ، وَتُرَابُهَا الزَّعْفَرَانُ، مَنْ يَدْخُلُهَا
يَنْعَمُ وَلا يَبْأَسُ، وَيَخْلُدُ وَلا يَمُوتُ، لَا تَبْلَى ثِيَابُهُ، وَلا
يَفْنَى شَبَابُهُ، ثَلاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الإمَامُ الْعَادِلُ،
وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ تُحْمَلُ عَلَى الْغَمَامِ
وَتُفْتَح لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَيَقُولُ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي
لأنْصُرَنَّكَ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ".
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abun Nadr dan Abu Amir;
keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah men¬ceritakan
kepada kami Sa'd At-Ta-i, telah menceritakan kepada kami Abul Mudallah maula
Ummul Mukminin yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah
menceritakan hadis berikut, bahwa kami (para sahabat) pernah berkata, "Wahai
Rasulullah, apabila kami melihatmu, maka hati kami terasa sejuk dan kami menjadi
orang-orang yang ahli akhirat. Tetapi apabila kami berpisah dengan engkau, maka
kami mengagumi duniawi dan mencium istri-istri dan anak-anak kami." Maka
Rasulullah Saw. bersabda: "Seandainya kalian dalam semua keadaan seperti
keadaan kalian bila berada di hadapanku, niscaya para malaikat akan menjabat
tangan kalian dengan telapak tangan mereka dan niscaya mereka mengunjungi kalian
di rumah-rumah kalian. Dan seandainya kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa agar Dia mengampuni mereka."
Kami berkata lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepada kami tentang
surga, terbuat dari apakah bangunannya?" Nabi Saw. menjawab: Bata emas dan
bata perak, sedangkan plesterannya dari minyak kesturi azfar, batu kerikilnya
dari mutiara dan yaqut, dan pasir-nya adalah minyak za'faran. Barang siapa yang
memasukinya selalu dalam kenikmatan dan tidak akan susah; dan kekal, tidak akan
mati. Pakaiannya tidak akan rusak dan kemudaannya tidak akan pudar. Ada tiga
orang yang doanya tidak ditolak, yaitu imam yang adil, orang yang puasa hingga
berbuka, dan doa orang yang teraniaya dibawa di atas awan dan dibukakan baginya
semua pintu langit, lalu Tuhan berftrman kepadanya, "Demi Keagungan-Ku, Aku
benar-benar akan menolongmu, sekalipun sesudah beberapa waktu."Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui jalur lain dari hadis Sa'd dengan lafaz yang sama.
Ditekankan berwudu dan salat dua rakaat di kala hendak bertobat karena berdasarkan apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal.
حَدَّثَنَا
وَكِيع، حَدَّثَنَا مِسْعَر، وَسُفْيَانُ -هُوَ الثَّوْرِيُّ-عَنْ عُثْمَانَ بْنِ
الْمُغِيرَةِ الثَّقَفِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنْ أَسْمَاءَ بْنِ
الْحَكَمِ الْفَزَارِيِّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عنه،
قال: كنت إذا سَمِعْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثًا نَفَعَنِي
اللَّهُ بِمَا شَاءَ مِنْهُ، وَإِذَا حَدَّثَنِي عَنْهُ [غَيْرِي استَحْلفْتُه،
فَإِذَا حَلَفَ لِي صَدقته، وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدثني]
وصدَق أَبُو بَكْرٍ -أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ
-الوُضُوءَ -قَالَ مِسْعر: فَيُصَلّي. وَقَالَ سُفْيَانُ: ثُمَّ يُصلِّي
رَكْعَتَيْنِ -فَيَسْتَغْفِرُ اللهَ عَزَّ وجَلَّ إِلَّا غَفَرَ
لَهُ".
Yaitu telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami
Mis'ar dan Sufyan As-Sauri, dari Usman ibnul Mugirah As-Saqafi, dari Ali ibnu
Rabi'ah, dari Asma ibnul Hakam Al-Fazzari, dari Ali r.a. yang telah mengatakan
bahwa apabila ia mendengar sebuah hadis dari Rasulullah Saw., maka Allah
memberikan manfaat kepadanya melalui hadis ini menurut apa yang dikehendaki oleh
Allah. Apabila ada orang lain yang menceritakan sebuah hadis kepadanya, maka
terlebih dahulu ia menyumpah orang itu atas kebenaran hadisnya. Apabila orang
yang bersangkutan mau bersumpah kepadanya, barulah ia percaya. Sesungguhnya
sahabat Abu Bakar r.a. pernah menceritakan hadis kepadanya, tetapi Abu Bakar
adalah orang yang siddiq (yakni tidak perlu disumpah lagi). Ia menceritakan
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak sekali-kali seorang
lelaki berbuat suatu dosa, lalu ia berwudu dan melakukan wudunya dengan
baik—menurut Mis'ar disebutkan, lalu ia salat. Menurut Sufyan
disebutkan bahwa kemudian ia salat sebanyak dua rakaat— dan memima
ampun kepada Allah Swt., melainkan Allah pasti memberikan ampun baginya.Hal yang sama diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, Al-Humaidi, Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, ahlus sunan dan ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya, Al-Bazzar dan Ad-Daruqutni melalui berbagai jalur dari Usman ibnul Mugirah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan.
Kami menyebutkan jalur-jalurnya dan keterangan mengenainya secara rinci di dalam Musnad Abu Bakar As-Siddiq r.a. Secara garis besarnya hadis ini berpredikat hasan. Hadis ini merupakan salah satu di antara hadis riwayat Amirul Mukminin Ali ibnu Abu Talib, dari Khalifah Abu Bakar r.a.
Termasuk di antara bukti yang membenarkan hadis ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya melalui Amirul Mukminin Umar ibnul Khattab r.a dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«مَا
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغَ- أَوْ فَيُسْبِغَ- الْوُضُوءَ، ثُمَّ
يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ، يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ»
Tidak sekali-kali seseorang di antara kalian melakukan wudu, lalu ia
membaguskan atau meratakan wudunya dengan baik, kemudian mengucapkan, "Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, melainkan dibukakan
untuknya semua pimu surga yang delapan buah, ia boleh memasukinya dari pintu
mana pun yang dikehendakinya.Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Amirul Mukminin Usman ibnu Affan r.a., bahwa ia melakukan wudu untuk mereka seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw. Kemudian ia mengatakan bahwa dirinya pernah mendengar Nabi Saw. bersabda:
«مَنْ
تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ
فِيْهِمَا نَفْسَهُ، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barang siapa melakukan wudu seperli wuduku ini. lalu salat dua rakaat,
yang di dalam keduanya ia tidak berbicara kepada dirinya sendiri, niscaya Allah
memberikan ampunan baginya atas semua dosanya yang terdahulu.Hadis ini terbukti melalui riwayat empat orang Imam dan Khulafaur Rasyidin, dari Rasulullah Saw., seperti apa yang telah ditunjukkan oleh Al-Qur'an yang mengatakan bahwa memohon ampun kepada Allah dari perbuatan dosa bermanfaat bagi orang-orang yang durhaka.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan, telah sampai kepadanya bahwa iblis menangis ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan (Juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. (ali Imran: 135), hingga akhir ayat.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا مُحْرِز بْنُ عَون، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ
بْنُ مَطَرَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْغَفُورِ، عَنْ أَبِي نُضَيْرة عَنْ أَبِي
رَجَاءٍ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "عَلَيْكُمْ بِلا إلَهَ إِلَّا اللهُ
والاسْتِغْفَار، فأكْثرُوا مِنْهُمَا، فإنَّ إبْليسَ قَالَ: أهْلَكْتُ النَّاسَ
بالذُّنُوبِ، وأهْلَكُونِي بِلا إلَهَ إِلَّا اللهُ والاسْتِغْفَار، فَلَمَّا
رَأيْتُ ذَلِكَ أهْلَكْتُهُمْ بِالأهْوَاءِ، فَهُمْ يَحْسَبُونَ أنَّهُم
مُهْتَدُونَ".
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muharriz ibnu
Aun, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Matar, telah menceritakan kepada
kami Abdul Gafur, dari Abu Nadrah, dari Abu Raja, dari Abu Bakar r.a., dari Nabi
Saw. yang telah bersabda: Berpeganglah kalian kepada kalimah La Ilaha
Illallah dan istigfar, perbanyaklah oleh kalian dalam membaca keduanya. Karena
sesungguhnya iblis mengatakan, "Aku binasakan manusia dengan dosa-dosa, dan
mereka membinasakan diriku dengan La Ilaha Illallah dan istigfar. Setelah aku
melihat hal tersebut, maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, sedangkan
mereka menduga bahwa diri mereka diberi petunjuk."Usman ibnu Matar dan gurunya, kedua-duanya daif.
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam kitab musnadnya melalui jalur Amr ibnu Abu Amr dan Abul Haisam Al-Atwari, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«قَالَ
إِبْلِيسُ: يَا رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَا أَزَالُ أُغْوِي عِبَادَكَ مَا دَامَتْ
أَرْوَاحُهُمْ فِي أَجْسَادِهِمْ، فَقَالَ اللَّهُ تعالى: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي
لَا أَزَالُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي»
Iblis berkata, "Ya Tuhanku, demi keagungan-Mu, aku akan terus-menerus
menyesatkan anak Adam selagi roh berada di dalam tubuh mereka." Maka Allah Swt.
ber-firman, "Demi Keagungan dan Kebesaran-Ku, Aku terus-menerus memberikan
ampunan bagi mereka selagi mereka memohon ampun kepada-Ku."
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى،
حَدَّثَنَا عُمر بْنُ أَبِي خَلِيفَةَ، سَمِعْتُ أَبَا بَدْر يُحَدِّثُ عَنْ
ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَذْنَبْتُ ذَنْبًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"إذَا أَذْنَبْتَ فَاسْتَغْفِرْ رَبَّكَ". [قَالَ: فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُ، ثُمَّ
أَعُودُ فأُذْنِب. قَالَ فَإذا أَذْنَبْتَ فَعُدْ فَاسْتَغْفِرْ رَبَّكَ] "
فَقَالَهَا فِي الرَّابِعَةِ فَقَالَ: "اسْتَغْفِرْ رَبَّكَ حَتَّى يَكُونَ
الشَّيْطَانُ هُوَ المحسُورُ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Khalifah; ia
pernah mendengar Abu Badar menceritakan hadis berikut dari Sabit, dari Anas,
bahwa ada seorang lelaki datang, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku telah melakukan suatu dosa." Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Apabila kamu
berbuat dosa, maka memohon ampunlah kepada Tuhanmu." Lelaki itu berkata,
"Sesungguhnya aku telah memohon ampun, kemudian sesudah itu aku kembali
melakukan dosa." Nabi Saw. bersabda, "Apabila kamu berbuat dosa lagi, maka
ulangilah istigfarmu kepada Tuhanmu." Lelaki itu mengulangi lagi
pertanyaannya untuk keempat kalinya, dan Nabi Saw. bersabda, "Minta ampunlah
kepada Tuhanmu, hingga setanlah yang kecewa."Hadis ini bila ditinjau dari jalur ini berpredikat garib.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah? (Ali
Imran: 135)Artinya, tiada seorang pun yang dapat memberikan ampun atas perbuatan dosa selain Allah Swt.
Seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus'ab, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin dan Al-Mubarak, dari Al-Aswad ibnu Sari':
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِأَسِيرٍ، فَقَالَ:
اللَّهْمُ إِنِّي أَتُوبُ إِلَيْكَ وَلَا أَتُوبُ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «عَرَفَ الْحَقَّ لِأَهْلِهِ»
.
Bahwa pernah dihadapkan kepada Nabi Saw. seorang tawanan, lalu tawanan itu
berkata, "Ya Allah, sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan tidak akan bertobat
kepada Muhammad." Maka Nabi Saw. bersabda, "Berikanlah hak itu kepada
pemiliknya (yakni Allah)."
*******************
Firman Allah Swt.:
وَلَمْ
يُصِرُّوا عَلى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka
mengetahui. (Ali Imran: 135)Yakni mereka bertobat kepada Allah dari perbuatan dosa mereka dalam waktu yang dekat, dan tidak melanjutkan perbuatan maksiat, tidak menetapinya, tidak pula menjadikannya sebagai langganan. Seandainya mereka mengulangi perbuatan dosanya, maka dengan segera mereka bertobat dari perbuatannya itu kepada Allah.
Seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli di dalam kitab musnadnya. ia menyebutkan:
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ بْنُ أَبِي إِسْرَائِيلَ وَغَيْرُهُ قَالُوا: حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى
عَبْدُ الْحَمِيدِ الحِمَّانيّ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ وَاقِدٍ عَنْ أَبِي
نُصَيْرَةَ، عَنْ مَوْلًى لِأَبِي بَكْرٍ، عَنْ أَبِي بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا
أصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ وَإنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ سَبْعِينَ
مَرَّةً".
telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Israil dan lain-lainnya yang
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Yahya Abdul Hamid Al-Hamani,
dari Usman ibnu Waqid, dari Abu Nadrah, dari maula Abu Bakar, dari Abu Bakar
r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Bukan dinamakan
orang yang menetapi dosa seseorang yang memohon ampun (kepada Allah), sekalipun
ia mengulangi dosanya dalam sehari sebanyak tujuh puluh kali.Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya telah meriwayatkannya melalui hadis Usman ibnu Waqid —Usman ibnu Waqid dinilai siqah oleh Yahya ibnu Mu'in— dengan lafaz yang sama. Guru Usman ibnu Waqid ialah Abu Nasr Al-Muqasiti yang nama aslinya adalah Salim ibnu Ubaid, ia dinilai siqah oleh Imam Ahmad dan Ibnu Hibban.
Ali ibnul Madini dan Imam Turmuzi berpendapat bahwa predikat sanad hadis ini tidaklah seperti apa yang dikatakan mereka. Pendapat ini pada lahiriahnya karena tidak dikenalnya maula Abu Bakar. Tetapi ketidakjelasan orang seperti dia tidak menjadikan mudarat atau hambatan, mengingat dia adalah seorang tabi'in yang besar. Sudah dinilai cukup hanya dengan menisbatkan (mengaitkan)nya kepada Abu Bakar. Dengan demikian, berarti hadis ini adalah hasan.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَهُمْ
يَعْلَمُونَ
sedangkan mereka mengetahui. (Ali lmran: 135)Mujahid dan Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan mereka mengetahui. (Ali lmran: 135)
Yakni barang siapa yang bertobat, maka Allah menerima tobatnya. Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
أَلَمْ
يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبادِهِ
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari
hamba-hamba-Nya? (At-Taubah: 104)
وَكَقَوْلِهِ
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ
اللَّهَ غَفُوراً رَحِيماً
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya
sendiri, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak jumlahnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ، حَدَّثَنَا حِبَّانُ
-هُوَ ابْنُ زَيْدٍ الشَّرْعَبيّ-عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ-وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ-:
"ارْحَمُوا تُرْحَمُوا، واغْفِرُوا يُغْفَرْ لَكُمْ، وَيْلٌ لأقْمَاعِ الْقَوْلِ،
وَيْلٌ للْمُصِرِّينَ الَّذِينَ يُصرونَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada kami Hibban (yaitu
Ibnu Zaid Asy-Syar'i), dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi Saw. yang pernah
bersabda ketika berada di atas mimbarnya: Belas kasihanlah kalian, niscaya
kalian dibelaskasihani; dan jadilah kalian orang-orang yang pemaaf, niscaya
kalian dimaafkan. Kecelakaanlah bagi orang-orang yang suka berkata kasar; dan
kecelakaanlah bagi orang-orang yang menetapi perbuatan dosa mereka, sedangkan
mereka mengetahui.Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman sesudah menggambarkan perihal mereka yang telah
disebutkan sifat-sifatnya, yaitu:
أُولئِكَ
جَزاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka. (Ali Imran:
136)Yaitu balasan mereka karena menyandang sifat-sifat tersebut ialah ampunan dari Tuhan mereka.
وَجَنَّاتٌ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ
dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. (Ali Imran:
136)Yakni berbagai macam minuman.
خالِدِينَ
فِيها
sedangkan mereka kekal di dalamnya. (Ali Imran: 136) Maksudnya, menetap di dalam surga untuk selama-lamanya.
وَنِعْمَ
أَجْرُ الْعامِلِينَ
dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yana beramal (Ali Imran:
136)Allah Swt memuji keindahan surga dan semua kenikmatan yang ada di dalamnya.