Tafsir Surat Hud, ayat 40
{حَتَّى 
إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ 
زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ 
وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلا قَلِيلٌ (40) }
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur 
telah memancarkan air, Kami berfirman, "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari 
masing-masing binatang sepasang (jantan dan 
betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan 
terhadapnya, dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.” Dan tidak 
beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
Hal ini merupakan janji Allah Swt. kepada Nuh a.s. yang menyatakan bahwa 
apabila telah datang perintah Allah yang berupa hujan yang berturut-turut tiada 
henti-hentinya disertai dengan luapan air yang tak pernah berhenti, bahkan 
keadaannya adalah seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam ayat lain, 
yaitu:
{فَفَتَحْنَا 
أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ وَفَجَّرْنَا الأرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى 
الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ وَحَمَلْنَاهُ عَلَى ذَاتِ أَلْوَاحٍ وَدُسُرٍ 
تَجْرِي بِأَعْيُنِنَا جَزَاءً لِمَنْ كَانَ كُفِرَ}
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang 
tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah 
air-air, itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut 
Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar 
dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari 
(Nuh). (Al-Qamar: 11-14)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَفَارَ 
التَّنُّورُ}
dan dapur telah memancarkan air. (Hud: 40)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan tannur ialah 
permukaan bumi. Dengan kata lain, bumi menjadi mata air yang memancarkan air, 
sehingga air pun keluar menyembur dari tempat pemanggangan roti yang merupakan 
tempat yang berapi. Yakni bumi memancarkan airnya dari segala tempat. 
Demikianlah menurut pendapat jumhur ulama Salaf dan Khalaf.
Dari Ali ibnu Abu Talib r.a., diriwayatkan bahwa tannur artinya cahaya 
waktu subuh dan sinar fajar. Tetapi pendapat yang pertamalah yang paling 
jelas.
Mujahid dan Asy-Sya'bi mengatakan bahwa tannur tersebut berada di kota 
Kufah. Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, tannur adalah sebuah mata air 
yang terletak di negeri India. Sedangkan menurut riwayat dari Qatadah, tannur 
adalah sebuah mata air yang terletak di Jazirah Arabia yang dikenal dengan 
nama "mata air Wardah". Tetapi semua pendapat di atas berpredikat garib 
(aneh).
Maka pada saat itu Allah memerintahkan kepada Nuh a.s. untuk membawa 
bersamanya ke dalam bahtera itu dari setiap jenis makhluk yang bernyawa sepasang 
jodoh. Menurut pendapat yang lain, juga membawa yang lainnya yang berupa 
tumbuh-tumbuhan dari setiap jenis sepasang jodoh.
Menurut suatu pendapat, burung yang mula-mula dimasukkan ke dalam bahtera 
Nabi Nuh a.s. ialah burung beo, dan hewan terakhir yang dimasukkan ke dalam 
bahtera adalah keledai. Lalu bergantung iblis pada ekornya; ketika keledai 
hendak bangkit naik ke bahtera, iblis memberatkannya karena ia bergantung pada 
ekor keledai itu. Maka Nabi Nuh a.s. berkata, "Mengapa kamu, masuklah, celakalah 
kamu!" Keledai hendak bangkit, tetapi tidak mampu. Maka Nuh berkata, "Masuklah 
kamu, sekalipun iblis ikut bersamamu," hingga masuklah keduanya ke dalam 
bahtera itu.
Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka merasa keberatan bila singa 
dibawa masuk ke dalam bahtera bersama-sama mereka, akhirnya ditimpakan penyakit 
lemah kepada singa.
قَالَ 
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ 
كَاتِبُ اللَّيْثِ، حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، حَدَّثَنِي هِشَامُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ 
زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ. عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ قَالَ: "لَمَّا حَمَلَ نُوحٌ فِي السَّفِينَةِ مِنْ كُلِّ زَوْجَيْنِ 
اثْنَيْنِ، قَالَ أَصْحَابُهُ: وَكَيْفَ يَطْمَئِنُّ أَوْ: تَطْمَئِنُّ 
-اَلْمَوَاشِي وَمَعَهَا الْأَسَدُ؟ فَسَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْحُمَّى، 
فَكَانَتْ أَوَّلَ حُمَّى نَزَلَتِ الْأَرْضَ، ثُمَّ شَكَوُا الْفَأْرَةَ 
فَقَالُوا: الفُوَيسقة تُفْسِدُ عَلَيْنَا طَعَامَنَا وَمَتَاعَنَا. فَأَوْحَى 
اللَّهُ إِلَى الْأَسَدِ، فَعَطَسَ، فَخَرَجَتِ الْهِرَّةُ مِنْهُ، فَتَخَبَّأَتِ 
الْفَأْرَةُ مِنْهَا
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah 
menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Saleh (juru tulis Al-Lais), telah 
menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, 
dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: 
Setelah Nuh membawa serta ke dalam perahunya dari setiap makhluk satu jodoh, 
teman-temannya berkata, "Bagaimana ternak-ternak itu dapat tenang bila mereka 
tinggal bersama singa?” Maka Allah menimpakan penyakit demam pada singa, dan 
penyakit demam itu adalah penyakit demam yang mula-mula ada di bumi. Kemudian 
mereka mengadu tentang tikus, mereka berkata, "Binatang perusak ini telah 
membuat rusak makanan dan barang-barang kami.” Maka Allah memerintahkan kepada 
singa untuk bersin. Lalu bersinlah singa itu, dan keluarlah darinya kucing; maka 
tikus-tikus itu bersembunyi dari kucing (karena takut kepadanya).
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَهْلَكَ 
إِلا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ}
dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya. 
(Hud: 40)
Yakni muatkanlah ke dalam bahtera itu seluruh keluargamu, mereka terdiri atas 
ahli bait dan kaum kerabat Nuh a.s. Kecuali orang yang telah ditetapkan oleh 
takdir Allah dari kalangan mereka, yaitu orang-orang yang tidak beriman kepada 
Allah dari kalangan mereka. Di antaranya ialah anak lelaki Nabi Nuh sendiri yang 
bernama Yam, dia memisahkan dirinya; juga istri Nabi Nuh yang kafir kepada Allah 
dan Rasul-Nya. 
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ 
آمَنَ}
dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman. (Hud: 40) 
Yaitu dari kalangan kaummu.
{وَمَا 
آمَنَ مَعَهُ إِلا قَلِيلٌ}
Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. (Hud: 40)
Maksudnya, sangat sedikit; padahal masa Nabi Nuh tinggal bersama mereka cukup 
lama, yaitu kurang lebih sembilan ratus lima puluh tahun. Diriwayatkan dari Ibnu 
Abbas, bahwa jumlah mereka yang beriman kepada Nabi Nuh ada delapan puluh jiwa 
termasuk kaum wanitanya.
Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar bahwa jumlah mereka yang beriman adalah tujuh 
puluh dua orang. Menurut pendapat lainnya adalah sepuluh orang. Menurut pendapat 
lainnya, sesungguhnya yang naik ke dalam bahtera itu hanyalah Nuh dan ketiga 
putranya (yaitu Sam, Ham, dan Yafis) serta empat orang wanita, yaitu istri dari 
ketiga putra Nuh dan istri Yam.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, istri Nuh pun berada bersama mereka di 
dalam bahtera itu, tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan 
kebenarannya. Karena sesungguhnya menurut pendapat yang kuat, istri Nabi Nuh 
binasa, karena dia masih memeluk agama kaumnya, sehingga ia tertimpa apa yang 
menimpa kaumnya. Perihalnya sama dengan istri Nabi Lut yang ikut tertimpa azab 
yang menimpa kaumnya.