Tafsir Surat Hud, ayat 7-8
{وَهُوَ 
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ 
عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَلَئِنْ قُلْتَ 
إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا 
إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ (7) وَلَئِنْ أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى 
أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا يَحْبِسُهُ أَلا يَوْمَ يَأْتِيهِمْ لَيْسَ 
مَصْرُوفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (8) 
}
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi 
dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di 
antara kalian yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada 
penduduk Mekah), "Sesungguhnya kalian akan dibangkitkan sesudah mati, " 
niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir 
yang nyata.” Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada 
suatu waktu yang ditentukan, niscaya mereka akan berkata, "Apakah yang 
menghalanginya?” Ingatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat 
dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka 
selalu memperolok-olokkannya.
Allah Swt. menceritakan tentang kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, bahwa 
Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari (masa), dan bahwa 
'Arasy-Nya sebelum itu berada di atas air.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا 
أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ جَامِعِ بْنِ شَدَّاد، عَنْ 
صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزْ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ 
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اقْبَلُوا الْبُشْرَى يَا بَنِي 
تَمِيمٍ". قَالُوا: قَدْ بَشَّرْتَنَا فَأَعْطِنَا. قَالَ: "اقْبَلُوا الْبُشْرَى 
يَا أَهْلَ الْيَمَنِ". قَالُوا: قَدْ قَبِلْنَا، فَأَخْبِرْنَا عَنْ أَوَّلِ هَذَا 
الْأَمْرِ كَيْفَ كَانَ؟ قَالَ: "كَانَ اللَّهُ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ، وَكَانَ 
عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَكَتَبَ فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ ذِكْرَ كُلِّ 
شَيْءٍ". قَالَ: فَأَتَانِي آتٍ فَقَالَ: يَا عِمْرَانُ، انْحَلَّتْ نَاقَتُكَ مِنْ 
عِقَالِهَا. قَالَ: فَخَرَجْتُ فِي إِثْرِهَا، فَلَا أَدْرِي مَا كَانَ 
بَعْدِي
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah 
menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Jami’ ibnu Syaddad, dari Safwan ibnu 
Muharriz, dari Imran ibnu Husain yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah 
bersabda, "Terimalah kabar gembira, hai Bani Tamim!" Mereka berkata, 
"Engkau telah menyampaikan berita gembira kepada kami, maka berilah kami." Nabi 
Saw. bersabda, "Terimalah kabar gembira ini, hai penduduk negeri Yaman!" 
Mereka menjawab, "Kami terima, maka ceritakanlah kepada kami tentang permulaan 
dari kejadian ini. Bagaimanakah prosesnya?" Rasulullah Saw. bersabda: Allah 
telah ada sebelum segala sesuatu terjadi, dan 'Arasy-Nya berada di atas air, 
lalu Dia mencatat di dalam Lauh Mahfuz ketetapan segala sesuatu. Imran ibnu 
Husain berkata, "Lalu aku kedatangan seseorang yang mengatakan kepadaku, 'Hai 
Imran, unta kendaraanmu telah lepas dari tambatannYa’lalu aku pergi mengejarnya 
sehingga aku tidak mengetahui hadis selanjutnya." 
Hadis ini diketengahkan di dalam dua kitab Sahih, yaitu Sahih 
Bukhari dan Sahih Muslim dengan teks yang cukup banyak, antara lain 
seperti berikut: 
قَالُوا: 
جِئْنَاكَ نَسْأَلُكَ عَنْ أَوَّلِ هَذَا الْأَمْرِ فَقَالَ: "كَانَ اللَّهُ وَلَمْ 
يَكُنْ شَيْءٌ قَبْلَهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: غَيْرُهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: مَعَهُ 
-وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ، ثُمَّ 
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ".
Bahwa mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kami datang kepadamu untuk 
menanyakan tentang kisah kejadian ini pada awalnya." Maka Rasulullah Saw. 
bersabda: Allah telah ada, dan tiada sesuatu pun sebelum-Nya —menurut 
riwayat lain disebutkan tiada sesuatu pun selain-Nya, dan menurut 
riwayat yang lainnya lagi disebutkan tiada sesuatu pun bersamaNya— 
dan 'Arasy-Nya berada di atas air, lalu Allah menulis segala sesuatu di Lauh 
Mahfuz kemudian menciptakan langit dan bumi.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Abdullah ibnu Amr ibnul As 
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ 
اللَّهَ قَدَّرَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ 
وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى 
الْمَاءِ"
Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir-takdir semua makhluk sebelum 
Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh ribu tahun, dan saat 
itu 'Arasy-Nya berada di atas air.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Bukhari mengatakan bahwa: 
حَدَّثَنَا 
أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ، عَنِ 
الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ 
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أنفِق 
أُنفقْ عَلَيْكَ". 
وَقَالَ: "يَدُ اللَّهِ مَلْأَى لَا يَغيضها نَفَقَةٌ، سحَّاءَ الليلَ 
وَالنَّهَارَ" وَقَالَ "أَفَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَوَاتِ 
وَالْأَرْضَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَغض مَا فِي يَدِهِ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى 
الْمَاءِ، وَبِيَدِهِ الْمِيزَانُ يَخْفِضُ وَيَرْفَعُ"
telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami 
Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu 
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah 
Swt. berfirman, "Berinfaklah, niscaya Aku memberikan gantinya kepadamu!" 
Rasulullah Saw. bersabda pula: Tangan (kemurahan) Allah selalu 
penuh, tiada suatu nafkah pun yang dapat menguranginya; Dia selalu memberi 
sepanjang malam dan siang hari. Bukankah kalian lihat apa yang telah 
dinafkahkan-Nya sejak Dia menciptakan langit dan bumi, sesungguhnya apa yang ada 
di tangan kanan (kemurahan)-Nya tidaklah berkurang (karenanya). 
Dan adalah 'Arasy-Nya berada di atas air, dan di tangan-Nya terletak 
mizan (neraca), Dia merendahkan dan meninggikannya.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ 
سَلَمَةَ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاء، عَنْ وَكِيع بْنِ عُدُس، عَنْ عَمِّهِ أَبِي 
رَزِين -وَاسْمُهُ لَقِيط بْنُ عَامِرِ بْنِ الْمُنْتَفِقِ العُقَيْلي -قَالَ: 
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيْنَ كَانَ رَبُّنَا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ 
خَلْقَهُ؟ قَالَ: "كَانَ فِي عَمَاء، مَا تَحْتَهُ هَوَاءٌ وَمَا فَوْقَهُ هَوَاءٌ، 
ثُمَّ خَلَقَ الْعَرْشَ بَعْدَ ذَلِكَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah 
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ya'la ibnu Ata, dari Waki' 
ibnu Adas, dari pamannya (yaitu Abu Razin yang nama aslinya Laqit ibnu Amir 
ibnul Munfiq Al-Uqaili), bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai 
Rasulullah, di manakah Tuhan kita sebelum Dia menciptakan makhluk-Nya?" 
Rasulullah Saw. bersabda: Dia berada di awan yang di bawahnya tidak ada udara 
dan di atasnya tidak ada udara (pula), kemudian sesudah itu Dia 
menciptakan 'Arasy.
Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi di dalam kitab 
Tafsir-nya, juga oleh Ibnu Majah di dalam kitab Sunan-nya melalui 
hadis Yazid ibnu Harun dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa 
hadis ini hasan.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan adalah 'Arasy-Nya 
(sebelum itu) di atas air. (Hud: 7) Yakni sebelum Dia menciptakan 
sesuatu. 
Hal yang sama telah dikatakan oleh Wahb ibnu Munabbih, Gamrah, Qatadah, Ibnu 
Jarir, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan adalah 
'Arasy-Nya (sebelum itu) berada di atas air. (Hud: 7) Allah 
menceritakan kepada kalian bagaimana permulaan penciptaan makhluk-Nya sebelum 
Dia menciptakan langit dan bumi.
Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: 
Dan adalah 'Arasy-Nya (sebelum itu) berada di 
atas air. (Hud: 7) Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, 
Dia membagi air itu menjadi dua bagian; sebagian dijadikan di bawah 'Arasy, dan 
air itu adalah lautan yang meluap.
Ibnu Abbas mengatakan, singgasana itu disebut 'Arasy karena ketinggiannya. 
Ismail ibnu Abu Khalid mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'd At-Ta-i 
berkata, 'Arasy itu berupa yaqut merah." 
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan 
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah 
singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air. (Hud: 7) Keadaan 'Arasy-Nya 
adalah seperti yang digambarkan oleh Allah Swt. sendiri, karena saat itu tiada 
lain kecuali air yang di atasnya terdapat 'Arasy, dan di atas 'Arasy adalah 
Tuhan Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, kekuasaan dan pengaruh, Yang 
Memiliki dan Yang Menguasai, Yang Maha Penyantun lagi Maha Mengetahui, Yang 
Memiliki Rahmat dan Nikmat, serta Yang Maha Memperbuat segala yang 
dikehendakiNya.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr ibnu Sa'id ibnu Jubair 
yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: 
dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air. (Hud: 7) 
Bunyi pertanyaan adalah, "Air itu berada di atas apa?" Ibnu Abbas menjawab, 
"Berada di atas angin."
*******************
Firman Allah Swt.:
{لِيَبْلُوَكُمْ 
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا}
agar Dia menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya. 
(Hud: 7)
Artinya, Dia menciptakan langit dan bumi agar bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya 
yang telah Dia ciptakan, agar mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya 
dengan sesuatu pun. Dan Allah tidak menciptakan hal tersebut dengan sia-sia, 
seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya:
{وَمَا 
خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ 
كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ}
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara 
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka 
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (Shad: 
27)
{أَفَحَسِبْتُمْ 
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ فَتَعَالَى 
اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ 
الْكَرِيمِ}
Maka apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian secara main-main 
(saja), dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka 
Mahatinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan 
(yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al-Mu’minun: 115-116)
{وَمَا 
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka 
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{لِيَبْلُوكُمْ 
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا}
agar Dia menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya. 
(Hud: 7)
Maksudnya, untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling banyak 
amalnya. Dalam ayat ini tidak disebutkan paling banyak amalnya, melainkan paling 
baik amalnya. Dan tiadalah amal itu baik kecuali jika dilakukan dengan ikhlas 
karena Allah Swt. dan sesuai dengan syariat (tuntunan) Nabi Saw. Apabila sesuatu 
amal kehilangan salah satu dari kedua syarat tersebut, maka amal itu batil dan 
gugur (tidak ada pahalanya). 
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَئِنْ 
قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ}
dan jika kamu katakan (kepada penduduk Mekah), "Sesungguhnya kalian 
akan dibangkitkan sesudah mati.” (Hud: 7), hingga akhir ayat.
Allah Swt. berfirman bahwa jika engkau beritakan—hai Muhammad— kepada 
orang-orang musyrik itu bahwa Allah kelak akan menghidupkan kembali mereka 
sesudah mati, sebagaimana Dia memulai penciptaan mereka, padahal mereka 
mengetahui bahwa Allah Swt. adalah Yang menciptakan langit dan bumi, seperti 
yang disebutkan oleh firman lainnya:
{وَلَئِنْ 
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan 
mereka," niscaya mereka menjawab, "Allah." (Az-Zukhruf: 87)
{وَلَئِنْ 
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ 
لَيَقُولُنَّ اللَّهُ}
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang 
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka 
akan menjawab, "Allah" (Al-'Ankabut: 61)
Sekalipun mengetahui hal tersebut, mereka ingkar kepada hari berbangkit dan 
hari kembali kelak di hari kiamat, padahal bila dinilai dari segi kemampuan jauh 
lebih mudah daripada memulai penciptaan, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. 
dalam firman-Nya:
{وَهُوَ 
الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ 
عَلَيْهِ}
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian 
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu 
adalah lebih mudah. (Ar-Rum: 27)
{مَا 
خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) 
itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan mem bangkitkan) satu 
jiwa saja. (Luqman: 28)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{إِنْ 
هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ}
Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata. (Hud: 7)
Yakni mereka berkata dengan nada kafir dan ingkar, "Kami tidak percaya 
kepadamu yang mengatakan terjadinya hari berbangkit, dan tiadalah yang 
menyebutkan hal tersebut kecuali orang yang telah engkau sihir, lalu ia 
mengikuti apa yang engkau katakan." 
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَئِنْ 
أَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِلَى أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ لَيَقُولُنَّ مَا 
يَحْبِسُهُ}
Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu 
waktu yang ditentukan. (Hud: 8)
Allah Swt. berfirman, "Seandainya Kami tangguhkan azab dan hukuman terhadap 
orang-orang musyrik itu sampai kepada suatu waktu yang ditentukan atau waktu 
yang telah dibatasi. Lalu Kami janjikan hal itu kepada mereka sampai kepada 
batas waktu yang telah ditetapkan, niscaya mereka akan mengatakan dengan nada 
mendustakan dan menantang ingin segera diturunkan azab itu. 'Apakah gerangan 
yang menyebabkan azab itu ditangguhkan dari kami? 
Dikatakan demikian karena tabiat dan watak mereka telah terbiasa dengan dusta 
dan ragu, maka tiada kebiasaan mereka kecuali hanyalah berdusta dan meragukan; 
mereka tidak dapat melepaskan tabiatnya.
Lafaz ummah di dalam Al-Qur'an dan Sunnah digunakan untuk menunjukkan 
makna yang beraneka ragam. Adakalanya makna yang dimaksud ialah waktu, seperti 
dalam firman-Nya:
{إِلَى 
أُمَّةٍ مَعْدُودَةٍ}
suatu waktu yang ditentukan. (Hud: 8) 
Juga dalam surat Yusuf, yaitu:
{وَقَالَ 
الَّذِي نَجَا مِنْهُمَا وَادَّكَرَ بَعْدَ أُمَّةٍ}
Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat 
(kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya. (Yusuf: 45)
Adakalanya menunjukkan makna "imam yang diikuti", seperti yang terdapat di 
dalam firman-Nya:
{إِنَّ 
إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ 
الْمُشْرِكِينَ}
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan 
lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk 
orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). (An-Nahl: 120)
Adakalanya dipakai untuk menunjukkan makna tuntunan dan agama, seperti yang 
disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang menceritakan perkataan 
orang-orang musyrik, bahwa mereka telah mengatakan:
{إِنَّا 
وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ 
مُقْتَدُونَ}
Sesungguhnya kami menjumpai bapak-bapak kami menganut suatu agama dan 
sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Az-Zukhruf: 23)
Adakalanya pula dipakai untuk menunjukkan makna segolongan manusia, seperti 
yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَمَّا 
وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ 
يَسْقُونَ}
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana 
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya). (Al-Qashash: 23)
{وَلَقَدْ 
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا 
الطَّاغُوتَ}
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk 
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu” 
(An-Nahl: 36)
{وَلِكُلِّ 
أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ 
لَا يُظْلَمُونَ}
Tiap-tiap umat mempunyai rasul maka apabila telah datang rasul mereka, 
diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) 
tidak dianiaya. (Yunus: 47)
Makna "umat" dalam ayat ini ialah orang-orang yang diutus di kalangan mereka 
seorang rasul, baik yang mukmin maupun yang kafir, seperti yang disebutkan di 
dalam kitab Sahih Muslim:
"وَالَّذِي 
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، يَهُودِيٌّ 
وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ لَا يُؤْمِنُ بِي إِلَّا دَخَلَ 
النَّارَ"
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiada 
seorang pun dari kalangan umat ini —baik orang Yahudi ataupun orang 
Nasrani— yang telah mendengarku, lalu ia tidak beriman kepadaku, 
melainkan masuk neraka.
Sedangkan yang dimaksud dengan "umat pengikut" adalah orang-orang yang 
percaya kepada para rasul, seperti pengertian yang terdapat di dalam 
firman-Nya:
{كُنْتُمْ 
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ}
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali 
Imran: 110)
Di dalam hadis sahih disebutkan:
" 
فَأَقُولُ: أُمَّتِي أمتي".
Maka aku berkata, "Umatku, umatkul"
Lafaz Ummah ini pun terkadang digunakan untuk menunjukkan pengertian 
suatu golongan atau sebagian, sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam 
firman Allah Swt.:
{وَمِنْ 
قَوْمِ مُوسَى أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ}
Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat (golongan)_yawg 
memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan yang hak 
itulah mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 159)
{مِنْ 
أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ}
di antara ahli kitab itu ada golongan yang berlaku lurus. (Ali Imran: 
113), hingga akhir ayat.