Tafsir Surat Hud, ayat 82-83
{فَلَمَّا
جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا
حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ
مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83) }
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan
negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari
tanah-tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu,
dan negeri itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا
جَاءَ أَمْرُنَا}
Maka tatkala datang azab Kami. (Hud: 82)
Hal itu terjadi di saat matahari terbit.
{جَعَلْنَا
عَالِيَهَا سَافِلَهَا}
Kami jadikan negeri kaum Lut yang bagian atasnya ke bawah (Kami
balikkan). (Hud: 82)
Yang dimaksud adalah kota Sodom, sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh
firman-Nya:
فَغَشَّاهَا
مَا غَشَّى
lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya.
(An-Najm: 54)
Artinya, Kami hujani kota itu dengan batu dari tanah liat. Lafaz sijjil
menurut bahasa Persia berarti 'batu dari tanah liat', menurut Ibnu Abbas dan
lain-lainnya. Menurut sebagian ulama adalah dari batu dan tanah liat. Di dalam
ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
{حِجَارَةً
مِنْ طِينٍ}
batu-batu dari tanah yang (keras). (Adz-Dzariyat: 33)
Yakni yang telah mengeras jadi batu sehingga kuat. Sebagian ulama mengatakan
tanah liat yang dibakar. Imam Bukhari mengatakan bahwa sijjil artinya
yang kuat lagi besar. Sijjil dan sijjin mempunyai makna yang sama.
Tamim ibnu Muqbil mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
وَرَجْلَةٍ
يَضْربُون البَيْضَ ضَاحِيةٌ ...
ضَرْبًا تواصَت بِهِ الْأَبْطَالُ سِجّينا
Dan mereka memukulkan pelana untanya
ke pedang yang dibawanya dengan pukulan yang membuat pedang itu menjadi keras
dan kuat serta pantas dipakai oleh para pendekar.
Firman Allah Swt.:
{مَنْضُودٍ}
dengan bertubi-tubi. (Hud: 82)
Sebagian ulama mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang dibakar di
langit, yakni yang disediakan khusus untuk itu. Ulama lainnya mengatakan, makna
mandud ialah yang diturunkan secara bertubi-tubi kepada mereka.
Firman Allah Swt.:
{مُسَوَّمَةً}
yang diberi tanda. (Hud: 83)
Maksudnya, pada tiap-tiap batu itu diberi tanda cap nama-nama pemiliknya.
Dengan kata lain, setiap batu tertuliskan nama orang yang akan ditimpa
olehnya.
Qatadah dan Ikrimah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: yang diberi
tanda. (Hud: 83) yang dilumuri dengan cairan racun berwarna merah. Menurut
suatu riwayat, batu-batu itu diturunkan kepada penduduk kota tersebut, juga
kepada penduduk kota itu yang tersebar di berbagai kampung yang ada di
sekitarnya. Ketika salah seorang penduduk kota itu sedang berbicara dengan
orang-orang banyak, tiba-tiba datanglah batu dari langit menimpanya, maka ia
pun roboh dan binasa di hadapan orang banyak. Batu-batu tersebut mengejar mereka
di seluruh negeri, lalu membinasakannya hingga ke akar-akarnya tanpa ada seorang
pun yang tersisa.
Mujahid mengatakan bahwa Jibril mengambil kaum Lut dari tempat-tempat
penggembalaan ternak dan rumah-rumah mereka, lalu mengangkat mereka bersama
ternak dan harta benda mereka. Jibril mengangkat mereka ke atas langit, sehingga
penduduk langit dapat mendengar lolongan anjing mereka, kemudian mereka
dijungkirkan ke tanah. Jibril mengangkat mereka dengan sayap kanannya, dan
tatkala Jibril menjungkirkannya ke bumi, maka bagian yang mula-mula terjatuh
adalah bagian halaman (pinggiran) kota itu.
Qatadah mengatakan, telah sampai kepada kami bahwa Jibril mengambil pilar
tengah kota tersebut, lalu menerbangkannya ke langit sehingga penduduk langit
dapat mendengar lolongan anjing mereka, setelah itu Jibril menghancurkan
sebagian darinya dengan sebagian yang lain. Kemudian sisa-sisa penduduk kota itu
dikejar dengan batu-batu besar yang dijatuhkan dari langit.
Diceritakan pula kepada kami bahwa mereka mendiami empat kota, pada tiap-tiap
kota terdapat seratus ribu penduduk. Menurut riwayat lain adalah tiga kota
besar, antara lain kota Sodom.
Qatadah mengatakan, telah sampai suatu riwayat kepada kami bahwa Ibrahim a.s.
menyaksikan penghancuran kota Sodom itu dan ia mengatakan, "Hai penduduk Sodom,
ini adalah hari kehancuran kalian!"
Menurut riwayat yang lain —dari Qatadah dan lain-lainnya—telah sampai kepada
kami suatu kisah yang mengatakan bahwa ketika Jibril a.s. berada di pagi hari
itu, ia membeberkan sayapnya. Maka beterbanganlah karenanya tanah mereka
berikut isinya yang terdiri atas gedung-gedung-nya, semua hewan ternaknya,
batu-batuan, dan pepohonannya. Lalu Jibril a.s. menggenggamnya dengan sayapnya
dan mengepitnya di dalam sayapnya. Lalu ia terbang ke langit pertama sehingga
penduduk langit mendengar suara manusia dan lolongan anjingnya; jumlah penduduk
kota itu adalah empat juta jiwa. Kemudian Jibril a.s. membalikkannya dan
menjatuhkannya ke tanah dalam keadaan terjungkir, lalu ia menghancurkan
sebagiannya dengan sebagian yang lain. Bagian atas kota itu dibalikkan ke bawah,
lalu diiringi dengan hujan batu dari tanah yang terbakar.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa kota-kota kaum Lut ada lima
buah, yaitu: Sodom yang merupakan kota terbesar, lalu Sa'bah, Su'ud, Gomorah,
dan Dauha. Jibril mengangkatnya dengan sayapnya dan membawanya ke langit,
sehingga penduduk langit benar-benar dapat mendengar lolongan anjing serta
kokokan ayam mereka, lalu membalikkannya ke bumi dalam keadaan terjungkir,
setelah itu Allah mengiringinya dengan hujan batu.
Allah Swt. telah berfirman:
{جَعَلْنَا
عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ
سِجِّيلٍ}
Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami
balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar.
(Hud: 82)
Allah membinasakan kota itu, dan semua kota yang ada di sekitarnya
dimusnahkan.
As-Saddi mengatakan balivva Malaikat Jibril turun kepada kaum Lut pada pagi
harinya, lalu Jibril mencabut bumi kota itu dari bumi lapis yang ketujuh.
Kemudian ia mengangkatnya ke langit, sehingga penduduk langit pertama dapat
mendengar lolongan anjing dan suara kokok ayam milik mereka, lalu Jibril
membalikkannya dan membinasakan mereka. Yang demikian itu disebutkan di dalam
firman-Nya:
{وَالْمُؤْتَفِكَةَ
أَهْوَى}
dan negeri-negeri kaum Lut yang telah dihancurkan Allah (An- Najm:
53)
Dan siapa di antara mereka yang masih belum mati sesudah negeri mereka
dijatuhkan ke bumi, maka Allah menghujaninya dengan batu-batuan sehingga matilah
ia. Barang siapa di antara mereka melarikan diri ke negeri lain, maka
batu-batuan itu mengejarnya ke tempat ia berada. Tersebutlah seseorang yang
sedang asyik berbicara, maka dengan tiba-tiba batu itu menimpanya dan
membunuhnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:
{وَأَمْطَرْنَا
عَلَيْهِمْ}
dan Kami hujani mereka. (Hud: 82)
Yakni di kota-kota itu dengan batu dari tanah yang terbakar. Demikianlah
menurut riwayat As-Saddi.
*******************
Firman Allah Swt.
{وَمَا
هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ}
dan negeri itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (Hud:
83)
Artinya, azab dan pembalasan Allah itu tidaklah jauh dari orang-orang yang
serupa dengan mereka dalam kezalimannya. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
di dalam kitab-kitab Sunan —dari Ibnu Abbas secara marfu—
disebutkan:
"
مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعَمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ، فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ
وَالْمَفْعُولَ بِهِ"
Barang siapa yang kalian jumpai sedang mengerjakan perbuatan kaum Lut,
maka bunuhlah pelaku dan orang yang dikerjainya.
Imam Syafi’i —menurut suatu pendapat yang bersumber darinya— dan sejumlah
ulama mengatakan bahwa orang yang melakukan perbuatan kaum Lut harus dibunuh,
baik dia telah muhsan ataupun belum muhsan, karena berdasarkan
hadis di atas.
Lain halnya dengan Imam Abu Hanifah, ia berpendapat bahwa si pelaku
dijatuhkan dari tempat yang tinggi (dari ketinggian), kemudian diiringi dengan
lemparan batu, seperti yang dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum
Luth.