Tafsir Surat Yunus, ayat 98
{فَلَوْلا
كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا
آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ (98) }
Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus. Tatkala mereka (kaum Yunus itu),
beriman Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang
tertentu.
Allah Swt. berfirman, "Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang seluruhnya
beriman dari kalangan umat-umat terdahulu yang Kami kirimkan kepada mereka
rasul-rasul Kami? Bahkan tidak sekali-kali Kami mengutus seorang rasul sebelum
kamu, hai Muhammad, melainkan ia didustakan oleh kaumnya atau oleh kebanyakan
dari mereka." Hal ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat
lain, yaitu:
{يَا
حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ
يَسْتَهْزِئُونَ}
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang
seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
(Yasin: 30)
{كَذَلِكَ
مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ
مَجْنُونٌ}
Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang
sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia itu adalah seorang tukang sihir
atau orang gila." (Adz-Dzariyat: 52)
{وَكَذَلِكَ
مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلا قَالَ مُتْرَفُوهَا
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ
مُقْتَدُونَ}
Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi
peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di
negeri itu berkata, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu
agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.”
(Az-Zukhruf: 23)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
"عُرِضَ
عَلَيَّ الْأَنْبِيَاءُ، فَجَعَلَ النَّبِيُّ يَمُرُّ وَمَعَهُ الْفِئَامُ مِنَ
النَّاسِ، وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلُ وَالنَّبِيُّ مَعَهُ الرَّجُلَانِ،
وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ"
Ditampilkan kepadaku para nabi. Maka ada seorang nabi yang lewat dengan
ditemani oleh beberapa golongan orang, dan ada seorang nabi yang lewat hanya
bersama seorang saja, ada pula seorang nabi yang hanya ditemani oleh dua orang,
serta ada seorang nabi (yang lewat) tanpa ditemani oleh seorang
pun.
Kemudian Nabi Saw. menyebutkan pengikut Nabi Musa a.s. yang cukup banyak.
Nabi Saw. menyebutkan pula jumlah umatnya yang jauh lebih banyak sehingga karena
banyaknya itu maka cakrawala timur dan barat penuh dengan umatnya.
Makna yang dimaksud ialah 'tidak ada suatu penduduk kota pun yang seluruhnya
beriman kepada nabi mereka dari kalangan umat terdahulu kecuali umat Nabi
Yunus'. Mereka adalah penduduk negeri Nainawi, tiadalah iman mereka kecuali
karena takut akan tertimpa azab yang telah diperingatkan kepada mereka oleh
rasul mereka, sesudah mereka melihat adanya tanda-tanda kedatangan azab itu,
sedangkan rasul mereka telah pergi meninggalkan mereka.
Pada mulanya mereka menentang Allah, lalu mereka sadar, maka mereka meminta
pertolongan kepada Allah seraya merendahkan diri kepada-Nya. Mereka melakukannya
dengan membawa semua anak kecil mereka, hewan-hewan kendaraan, serta ternak
mereka. Lalu mereka meminta kepada Allah agar azab dilenyapkan dari mereka,
yakni azab yang pernah diperingatkan oleh nabi mereka. Maka pada saat itu Allah
mengasihani mereka, melenyapkan azab yang akan diturunkan-Nya kepada mereka, dan
menangguhkan mereka. Hal ini disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{إِلا
قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ}
selain kaum Yunus, tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami
hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri
kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)
Ulama tafsir berbeda pendapat, apakah azab di akhirat dihilangkan pula dari
mereka bersamaan dengan azab dunia, ataukah yang dihilangkan dari mereka
hanyalah azab dunia saja? Ada dua pendapat mengenainya:
Pertama, sesungguhnya yang dilenyapkan dari mereka hanyalah azab
dunia, sesuai dengan apa yang disebutkan oleh ayat ini.
Kedua, yang dilenyapkan adalah azab di dunia dan di akhirat; karena
berdasarkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَأَرْسَلْنَاهُ
إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى
حِينٍ}
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka
beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu
yang tertentu. (Ash-Shaffat: 147-148)
Dalam ayat ini lafaz iman disebutkan secara mutlak tanpa ikatan,
sedangkan iman itu dapat menyelamatkan seseorang dari azab ukhrawi; hal ini
jelas.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Qatadah mengatakan bahwa tidak bermanfaat
penduduk suatu kota yang tadiny'a kafir lalu beriman, jika azab telah datang,
lalu mereka dibiarkan, kecuali kaum Yunus. Mereka kehilangan Nabinya, dan mereka
menduga bahwa azab telah dekat akan menimpa mereka. Lalu Allah menanamkan ke
dalam hati mereka iman yang mendorong mereka untuk bertobat. Maka mereka memakai
pakaian lusuh, lalu memisahkan antara ternak mereka dengan anak-anaknya,
kemudian menggiringnya (ke suatu tanah lapang) untuk bertobat kepada Allah
selama empat puluh hari.
Ketika Allah melihat kesungguhan dan kebenaran tobat serta penyesalan dalam
hati mereka atas semua dosa yang telah mereka lakukan di masa sebelumnya, maka
Allah menghilangkan azab dari mereka, padahal azab telah dekat akan menimpa
mereka.
Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu riwayat, kaum Nabi Yunus bertempat di
kota Nainawi yang terletak di negeri Mausul. Hal yang sama telah diriwayatkan
dari Ibnu Mas'ud, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lainnya dari kalangan
ulama Salaf yang bukan hanya seorang.
Disebutkan pula bahwa Ibnu Mas'ud membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
Fahalla kanat qaryatun amanat (Mengapa tidak ada penduduk suatu kota yang
beriman?).
Abu Imran telah meriwayatkan dari Abul Jalad yang mengatakan bahwa ketika
azab akan turun kepada mereka (kaum Nabi Yunus), azab itu berputar di atas
kepala mereka seperti awan yang sangat gelap. Lalu mereka pergi menemui seorang
ulama dari kalangan mereka, dan mereka berkata, "Ajarkanlah kepada kami suatu
doa yang akan kami panjatkan. Mudah-mudahan Allah menghilangkan azab ini dari
kita." Maka ulama itu menjawab:
يَا
حَيُّ حِينَ لَا حَيَّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ.
Ucapkanlah, "Hai Yang Mahahidup di saat tiada yang hidup, hai Yang
Mahahidup Yang menghidupkan orang-orang yang mati, hai Yang Mahahidup, tidak ada
Tuhan selain Engkau.
Maka Allah menghilangkan azab itu dari mereka. Kisah ini selengkapnya akan
disebutkan secara rinci di dalam tafsir surat Ash-Shaffat.