Tafsir Surat Al-Isra, ayat 47-48
{نَحْنُ
أَعْلَمُ بِمَا يَسْتَمِعُونَ بِهِ إِذْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ وَإِذْ هُمْ
نَجْوَى إِذْ يَقُولُ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلا رَجُلا مَسْحُورًا (47)
انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلا
(48) }
Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagaimana
mereka mendengarkan sewaktu mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka
berbisik-bisik (yaitu) ketika
orang-orang zalim itu berkata, "Kalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang
laki-laki yang kena sihir.” Lihatlah bagaimana mereka membuat
perumpamaan-perumpamaan terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak
dapat lagi menemukan jalan (yang benar).
Allah Swt. memberitahukan kepada Nabi-Nya tentang apa yang dibisik-bisikkan
oleh pemimpin orang-orang kafir Quraisy di antara sesamanya ketika mereka datang
mendengarkan apa yang dibacakan oleh Nabi Saw. secara sembunyi-sembunyi melalui
kaum mereka. Mereka mengatakan bahwa Nabi Saw. adalah seorang laki-laki yang
kena sihir. Demikianlah menurut pendapat yang terkenal yang mengatakan bahwa
kata mas-hur adalah bentuk isim maf'ul dari as-sihr yang
artinya terkena sihir. Atau dapat dikatakan bahwa ia berasal dari as-sahar
yang artinya paru-paru. Dengan kata lain, tiadalah yang kalian ikuti
melainkan seorang manusia yang memakan makanan. Pengertian ini sama dengan yang
terdapat di dalam perkataan seorang penyair:
فَإن
تَسألينا فِيمَ نَحْنُ فَإنَّنا ...
عصافيرُ مِنْ هَذا الأنَام المُسَحَّر ...
Maka jika engkau menanyakan kepada
kami tentang apa yang kami alami, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang
kecil dari kalangan manusia yang diberi makan.
Dikatakan yus-haru bit ta'ami wasy'syarabi artinya diberi makan dan
minum. Pendapat ini dinilai benar oleh Ibnu Jarir. Tetapi masih perlu
dipertimbangkan kebenarannya, karena sesungguhnya orang-orang kafir itu dalam
kalimatnya ini bermaksud bahwa Nabi Saw. adalah seorang yang kena sihir yang
memiliki jin. Jin itu selalu datang kepadanya menyampaikan kalam yang telah
didengarnya, kemudian Nabi Saw. membacanya.
Di antara orang-orang kafir ada yang menuduhnya (Nabi Saw.) sebagai seorang
penyair, ada yang menuduhnya seorang tukang tenung, ada yang menuduhnya seorang
yang gila, dan ada yang menuduhnya seorang yang ahli sihir. Karena itulah dalam
ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{انْظُرْ
كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الأمْثَالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ
سَبِيلا}
Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu;
karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang
benar). (Al-Isra: 48)
Yakni mereka tidak dapat memperoleh petunjuk ke jalan yang benar dan tidak
dapat menemukan jalan keluar dari kesesatannya.
Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah-nya mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Muslim ibnu Syihab Az-Zuhri; ia pernah
menceritakan suatu kisah bahwa Abu Sufyan ibnu Harb dan Abu Jahal ibnu Hisyam
serta Al-Akhnas ibnu Syuraiq ibnu Amr ibnu Wahb As-Saqafi (teman sefakta Bani
Zuhrah) keluar di suatu malam dengan tujuan untuk mendengar apa yang dibaca oleh
Rasulullah Saw. dalam salatnya di malam hari di dalam rumahnya. Kemudian
masing-masing orang dari mereka mengambil posisinya masing-masing untuk mencuri
dengar dari tempat (posisi)nya, masing-masing dari mereka tidak mengetahui
tempat temannya. Maka semalaman penuh mereka mendengarkan apa yang dibaca oleh
Rasulullah Saw. Setelah fajar terbit, mereka bubar.' Dan ketika mereka bertemu
di tengah perjalan pulangnya, mereka saling mencela di antara sesamanya.
Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, "Janganlah kalian
lakukan lagi, karena kalau ada seseorang dari kalangan awam kalian melihat
kalian, maka akan menimbulkan kecurigaan di hatinya terhadap kalian." Setelah
itu mereka pulang ke tempatnya masing-masing. Kemudian pada malam yang kedua,
masing-masing dari mereka kembali ke tempat posisinya semula, lalu semalaman
mereka mendengarkan bacaan Nabi Saw. Ketika fajar terbit mereka bubar; dan dalam
perjalanan pulangnya mereka bersua, lalu sebagian dari mereka mengatakan hal
yang sama seperti kemarin kepada sebagian yang lainnya, kemudian pulang ke
rumahnya masing-masing. Pada malam yang ketiganya masing-masing orang dari
mereka kembali ke tempat posisinya semula, lalu semalaman mereka mendengarkan
bacaan Nabi Saw. (dalam salatnya) hingga fajar terbit, kemudian mereka pulang.
Di tengah jalan mereka bersua, maka sebagian dari mereka mengatakan kepada
sebagian yang lain, "Kita tidak mau meninggalkan tempat ini sebelum ada
perjanjian di antara kita, bahwa kita tidak akan kembali lagi melakukan hal
ini!" Akhirnya mereka mengadakan perjanjian di antara sesamanya, bahwa mereka
tidak akan mengulanginya lagi. Setelah itu masing-masing pulang ke rumahnya.
Pada keesokkan harinya Al-Akhnas ibnu Syuraiq mengambil tongkatnya, lalu keluar
rumah menuju ke tempat Abu Sufyan ibnu Harb. Sesampainya di rumah Abu Sufyan,
Al-Akhnas berkata kepadanya, "Hai Abu Hanzalah, bagaimanakah pendapatmu tentang
apa yang telah engkau dengar dari Muhammad?" Abu Sufyan menjawab, "Hai Abu
Salabah, demi Allah, sesungguhnya saya telah mendengar banyak hal yang saya
ketahui, dan saya mengetahui apa yang dimaksud olehnya dengan perkataannya itu.
Tetapi saya juga telah mendengar banyak hal yang tidak saya ketahui makna dan
maksudnya." Al-Akhnas berkata, "Demi yang engkau sebut dalam sumpahmu itu, saya
pun mempunyai pemahaman yang sama." Al-Akhnas pergi meninggalkan Abu Sufyan,
lalu menuju ke rumah Abu Jahal. Sesampainya di rumah Abu Jahal, Al-Akhnas
bertanya kepadanya, "Hai Abul Hakam, bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang
telah engkau dengar dari Muhammad?" Abu Jahal menjawab, "Apa yang saya dengar?"
Abu Jahal melanjutkan perkataannya, "Kami dan Bani Abdu Manaf bersaing untuk
merebut kedudukan. Mereka memberi makan, maka kami memberi makan pula. Mereka
memberikan tunggangan, maka kami pun memberikan tunggangan pula. Dan mereka
memberi, maka kami pun memberi pula. Hingga manakala kami sedang
sengit-sengitnya berlomba, mereka mengatakan, 'Di antara kami ada seorang nabi
yang mendapat wahyu dari langit.' Maka jika kami menjumpai masanya, demi Allah,
kami tidak akan beriman kepadanya dan tidak mempercayainya selama-lamanya."
Maka Al-Akhnas bangkit meninggalkan Abu Jahal dan pulang ke rumahnya.