Tafsir Surat Al-Kahfi, ayat 13-16
{نَحْنُ
نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ
وَزِدْنَاهُمْ هُدًى (13) وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا
رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ
قُلْنَا إِذًا شَطَطًا (14) هَؤُلاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً
لَوْلا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى
عَلَى اللَّهِ كَذِبًا (15) وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلا
اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ
وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرفَقًا (16) }
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu
(Muhammad) dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka
dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati
mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan
langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya
kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.”
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? Dan apabila kalian meninggalkan
mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung
ke dalam gua itu, niscaya Tuhan kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya
kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan
kalian.
Dari sini dimulailah penjabaran kisah tentang mereka secara rinci. Allah
menyebutkan bahwa mereka adalah segolongan kaum muda yang menerima perkara yang
hak dan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus dari guru-guru mereka yang saat
itu telah durhaka dan tenggelam ke dalam agama kebatilan menjadi sesat. Karena
itulah kebanyakan orang yang menyambut baik seruan Allah dan Rasul-Nya adalah
dari kalangan kaum muda. Adapun orang-orang tuanya, sebagian besar dari mereka
tetap berpegang pada agamanya dan tidak ada yang masuk Islam dari kalangan
mereka kecuali sedikit.
Demikianlah Allah Swt. menceritakan tentang para penghuni gua, bahwa mereka
semua terdiri dari kalangan kaum muda.
Mujahid mengatakan, telah sampai berita kepadaku bahwa sebagian dari kalangan
mereka ada yang memakai anting-anting. Lalu Allah memberikan kepada mereka
jalan petunjuk dan menggerakkan mereka untuk bertakwa kepada-Nya, sehingga
mereka beriman kepada Tuhannya, yakni mengakui keesaan Allah dan bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah.
{وَزِدْنَاهُمْ
هُدًى}
dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (Al-Kahfi: 13)
Dengan berlandaskan kepada dalil ayat ini dan ayat-ayat lainnya yang semakna,
sebagian para imam—seperti Imam Bukhari dan lain-lainnya dari kalangan mereka—
berpendapat bahwa iman itu berbeda-beda tingkatannya, dan iman itu dapat
bertambah serta dapat berkurang. Karena itulah disebutkan dalam ayat ini: dan
Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (Al-Kahfi: 13) Sama seperti yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالَّذِينَ
اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ}
Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada
mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.
(Muhammad: 17)
{فَأَمَّا
الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا}
Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,
sedangkan mereka merasa gembira. (At-Taubah: 124)
{لِيَزْدَادُوا
إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ}
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang
telah ada). (Al-Fath: 4)
Dan masih banyak ayat lainnya yang semakna.
Menurut suatu kisah, mereka memeluk agama Al-Masih Isa putra Maryam. Hanya
Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.
Akan tetapi, makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa mereka berada di masa
sebelum adanya agama Nasrani. Seandainya mereka memeluk agama Nasrani, tentulah
orang-orang Yahudi dari kalangan pendetanya tidak mau mencatat cerita mereka dan
hal ikhwal yang dialami oleh para pemuda penghuni gua itu, karena orang-orang
Yahudi bertentangan dengan orang-orang Nasrani.
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah
mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mengirimkan utusannya kepada
pendeta-pendeta Yahudi di Madinah dengan maksud meminta berbagai saran dari
mereka untuk menguji kebenaran Rasulullah Saw. Maka mereka mengutus beberapa
orang kaumnya untuk menanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang berita para pemuda
penghuni gua itu, kisah tentang Zul Qarnain, dan pertanyaan mengenai roh.
Dari riwayat ini tersimpulkan bahwa kisah para pemuda itu tercatat di dalam
kitab-kitab Ahli Kitab, dan kejadian itu terjadi jauh sebelum agama Nasrani.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَرَبَطْنَا
عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ}
dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu
mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi.”(Al-Kahfi: 14)
Allah Swt. menceritakan tentang mereka, "Kami buat mereka dapat bertahan
dalam menentang kaumnya dan seluruh penduduk kota tempat tinggal mereka, serta
Kami jadikan mereka dapat bersabar dan rela meninggalkan kehidupan makmur dan
mewah yang bergelimang dengan kenikmatan di kalangan kaumnya."
Kalangan Mufassirin —baik dari golongan ulama Salaf maupun Khalaf, bukan
hanya seorang dari mereka— mengatakan bahwa mereka (yakni para pemuda itu)
terdiri atas kalangan anak-anak para pembesar Kerajaan Romawi dan pemimpinnya.
Disebutkan pula bahwa pada suatu hari mereka keluar menuju tempat perayaan
kaumnya; setiap tahun kaumnya selalu mengadakan perayaan di suatu tempat yang
terletak di luar kota mereka.
Mereka adalah para penyembah berhala dan Tagut, dan selalu mengadakan kurban
penyembelihan hewan untuk berhala sesembahan mereka. Raja mereka saat itu adalah
seorang yang diktator lagi keras kepala, bernama Dekianus. Ia menganjurkan
rakyatnya untuk melakukan hai tersebut, menyeru serta memerintah mereka Untuk
menyembah berhala dan berkurban untuk berhala.
Ketika orang-orang keluar menuju tempat pertemuan mereka dalam hari raya itu,
para pemuda tersebut ikut keluar bersama bapak-bapak mereka dan kaumnya untuk
menyaksikan apa yang diperbuat oleh kaumnya dengan mata kepala sendiri.
Setelah menyaksikan perayaan itu, mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukan
oleh kaumnya —yaitu bersujud kepada berhala dan berkurban untuknya— tidak boleh
dilakukan kecuali hanya kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi.
Maka para pemuda itu meloloskan diri masing-masing dari kaumnya dan memisahkan
diri di tempat yang terpisah jauh dari mereka. Pada mulanya seseorang dari
mereka duduk bernaung di bawah pohon, lalu datanglah pemuda lain ikut duduk
bergabung dengannya. Kemudian datang lagi pemuda yang lain. Demikianlah
seterusnya hingga semuanya berkumpul di tempat tersebut, tanpa saling mengenal
di antara sesama mereka.
Sesungguhnya motivasi yang mendorong mereka berkumpul di tempat itu tiada
lain dorongan hati mereka yang beriman, seperti yang disebutkan di dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta'liq, melalui hadis
Yahya ibnu Sa’id, dari Amrah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"الْأَرْوَاحُ
جُنُودٌ مُجَنَّدة، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا
اخْتَلَفَ"
Roh-roh itu bagaikan tentara yang terlatih; maka yang mana di antaranya
yang kenal akan menjadi rukun, dan yang mana di antaranya yang tidak kenal akan
bertentangan.
Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini di dalam kitab sahihnya
melalui riwayat Suhail, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. dan orang-orang
mengatakan bahwa kebangsaan adalah motivasi persatuan.
Masing-masing dari mereka menutup diri dari yang lainnya karena takut
pribadinya terbuka, sedangkan dia tidak mengetahui apakah temannya itu seakidah
dengannya ataukah tidak? Akhirnya salah seorang dari mereka memberanikan diri
mengatakan, "Hai kaumku, kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya tiada yang
menjauhkan kalian dari kaum kalian hingga kalian memisahkan diri dari mereka
kecuali karena suatu alasan, maka hendaklah kita mengutarakan tujuannya
masing-masing."
Seseorang dari mereka menjawab, "Sesungguhnya saya, demi Allah, setelah
melihat apa yang dilakukan oleh kaum saya menyimpulkan bahwa apa yang mereka
lakukan itu batil. Karena sesungguhnya yang berhak disembah semata dan tidak
boleh dipersekutukan dengan sesuatu hanyalah Allah, Yang telah menciptakan
langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya."
Yang lainnya mengatakan, "Saya pun mempunyai pemikiran yang sama dengan apa
yang dia katakan," dan yang lainnya lagi mengatakan hal yang sama, hingga mereka
semua sepakat dalam suatu kalimat dan ternyata mereka senasib dan
sepenanggungan; mereka menjadi bersaudara yang sebenarnya dalam ikatan iman.
Lalu mereka membangun sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Allah.
Tetapi kaum mereka mengetahuinya dan melaporkan keadaan mereka kepada raja
mereka. Raja memanggil mereka, lalu menanyai urusan mereka dan apa yang sedang
mereka lakukan. Mereka menjawab dengan jawaban yang benar dan menyeru raja untuk
menyembah Allah Swt. karena itulah dalam ayat ini disebutkan melalui
firman-Nya:
{وَرَبَطْنَا
عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا}
dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu
mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak
menyeru Tuhan selain Dia." (Al-Kahfi: 14)
Kata lan menunjukkan makna negatif untuk selamanya, yakni kami sama
sekali tidak akan melakukan penyembahan kepada selain-Nya untuk selama-lamanya.
Karena sesungguhnya jika kami berbuat demikian, tentulah apa yang kami lakukan
itu adalah hal yang batil. Maka pada akhir ayat ini disebutkan oleh
firman-Nya:
{لَقَدْ
قُلْنَا إِذًا شَطَطًا}
"Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat
jauh dari kebenaran.” (Al-Kahfi: 14)
Yakni batil, dusta, dan bohong.
{هَؤُلاءِ
قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَوْلا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ
بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ}
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk
disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka).” (Al-Kahfi: 15)
Dengan kata lain, tidaklah mereka mengemukakan alasan yang jelas dan benar
untuk membuktikan kebenaran pendapat mereka yang demikian itu.
{فَمَنْ
أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا}
Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah? (Al-Kahfi: 15)
Sebenarnya merekalah orang-orang yang aniaya lagi dusta dalam ucapannya yang
demikian itu.
Alkisah, tatkala raja mereka diseru dan diajak oleh mereka untuk beriman
kepada Allah, ia menolak dan bahkan mengancam serta menakut-nakuti mereka
dengan mengeluarkan perintah agar pakaian tradisi kaum mereka dilucuti dari diri
mereka. Kemudian raja memberi mereka masa tangguh untuk memikirkan perihal
mereka, barangkali saja mereka mau kembali kepada agama kaumnya.
Kesempatan ini merupakan belas kasihan dari Allah kepada mereka, yang
kemudian mereka jadikan saat untuk melarikan diri dari raja mereka dengan
membawa agama mereka agar selamat dari fitnah.
Memang sikap demikianlah yang diperintahkan oleh syariat di saat fitnah
melanda manusia, yaitu hendaknya seseorang melarikan diri dari mereka demi
menyelamatkan agamanya, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis berikut
ini:
"يُوشِكُ
أَنْ يَكُونَ خيرُ مَالِ أَحَدِكُمْ غَنَمًا يَتْبَعُ بِهَا شَغَفَ الْجِبَالِ
وَمَوَاقِعَ القَطْر، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الْفِتَنِ"
Sudah dekat masanya akan terjadi harta yang paling baik bagi seseorang di
antara kalian ialah ternak yang ia bawa menelusuri lereng-lereng bukit dan
tempat-tempat turunnya hujan, melarikan diri dari fitnah demi menyelamatkan
agamanya.
Dalam keadaan seperti itu disyariatkan mengisolasi diri dari manusia, lain
dari itu tidak, karena dengan begitu berarti memisahkan diri dari jamaah dan
persatuan.
Setelah tekad mereka bulat untuk lari meninggalkan kaumnya, maka Allah Swt.
memudahkan mereka melakukan demikian, seperti yang dikisahkan dalam
firman-Nya:
{وَإِذِ
اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ}
Dan apabila kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain
Allah. (Al-Kahfi: 16)
Yakni bila kalian menentang mereka dan memisahkan diri dari mereka dalam hal
beragama, maka pisahkanlah diri kalian dari rrereka.
{فَأْوُوا
إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ}
maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu. niscaya Tuhan kalian akan
melimpahkan sebagian rahmat-Nya. (Al-Kahfi: 16)
Artinya, Tuhan kalian pasti akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian dan
menyembunyikan kalian dari kaum kalian.
{وَيُهَيِّئْ
لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ}
dan menyediakan bagi kalian dalam urusan kalian. (Al-Kahfi: 16)
yang sedang kalian kerjakan.
{مِرفَقًا}
sesuatu yang berguna. (Al-Kahfi: 16)
Yakni hal yang berguna dan bermanfaat bagi tujuan kalian. Maka pada saat
itulah mereka melarikan diri dari kaumnya dan berlindung di dalam sebuah gua.
Ketika kaum mereka merasa kehilangan mereka, raja mereka mencari-cari mereka.
Menurut suatu riwayat, si raja tidak berhasil menemukan mereka karena Allah
menjadikan mata raja itu tidak dapat melihat mereka, seperti yang Dia lakukan
kepada Nabi Muhammad Saw. dan sahabat Abu Bakar As-Siddiq, saat keduanya
bersembunyi di dalam gua Sur. Orang-orang musyrik Quraisy datang mencari mereka
berdua, tetapi mereka tidak dapat menemukan keduanya, padahal mereka melewati
jalan yang dilalui keduanya. Saat-itu Nabi Saw. melihat ketakutan yang mencekam
diri sahabat Abu Bakar melalui kata-katanya yang berucap, "Wahai Rasulullah,
seandainya seseorang dari mereka melihat ke arah tempat telapak kakinya,
tentulah dia dapat melihat kita." Tetapi Rasulullah Saw. bersabda:
"يَا
أَبَا بَكْرٍ، مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا؟ "
Hai Abu Bakar, apakah yang mengkhawatirkanmu terhadap dua orang, sedangkan
yang ketiganya adalah Allah?
Peristiwa itu disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{إِلا
تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ
اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ
اللَّهَ مَعَنَا فَأَنزلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ
تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ
هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ}
Jikalau kalian tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin
Mekah) mengusirnya (dari Mekah), sedangkan dia salah seorang dari dua
orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkala kepada temannya,
"Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah
menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kalian tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (At-Taubah: 40)
Kisah gua tempat Nabi Saw. bersembunyi lebih mulia, lebih terhormat, lebih
besar, dan lebih mengagumkan daripada kisah para pemuda penghuni gua itu.
Menurut suatu pendapat, kaum para pemuda itu dapat menemukan mereka, lalu
mereka berdiri di depan pintu gua tempat para pemuda bersembunyi. Kaum mereka
berkata, "Kami tidak menginginkan menghukum mereka dengan hukuman yang lebih
berat daripada apa yang mereka perbuat terhadap diri mereka sendiri." Kemudian
raja mereka memerintahkan agar gua itu ditimbun dan ditutup pintunya agar
mereka binasa di dalamnya. Maka kaum para pemuda itu melaksanakan perintah
rajanya. Akan tetapi, pendapat ini perlu dipertimbangkan kebenarannya. Hanya
Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya, karena sesungguhnya Allah telah
menceritakan bahwa matahari dapat menyinari mereka melalui pintu gua di setiap
pagi dan petang, seperti yang disebutkan di dalam ayat berikut.