Tafsir Surat Ar-Ra'd, ayat 12-13
{هُوَ
الَّذِي يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ
(12) وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ وَيُرْسِلُ
الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ
شَدِيدُ الْمِحَالِ (13) }
Dialah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepada
kalian untuk menimbulkan kekalutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya,
dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia
kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang
Mahakeras siksa-Nya.
Allah Swt. menceritakan Dialah yang menundukkan kilat, yaitu cahaya kemilau
yang menyilaukan dari sela-sela awan.
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas pernah berkirim surat kepada Abul
Jalad, bertanya kepadanya tentang kilat. Maka Abul Jalad menjawab bahwa kilat
adalah air (hujan).
Firman Allah Swt.:
{خَوْفًا
وَطَمَعًا}
ketakutan dan harapan. (Ar-Ra'd: 12)
Qatadah mengatakan bahwa ketakutan bagi orang yang sedang dalam perjalanan
yakni takut terhadap bahayanya. Dan harapan bagi orang yang bermukim (ada di
tempat tinggalnya) adalah berharap berkah dan manfaat dari kilat, serta
mengharapkan rezeki Allah (yaitu hujan).
{وَيُنْشِئُ
السَّحَابَ الثِّقَالَ}
dan Dia mengadakan awan mendung. (Ar-Ra'd: 12)
Yakni Allah menciptakannya dalam bentuk yang baru. Awan mendung ini —karena
banyaknya air yang dikandungnya— maka berada dekat dengan permukaan bumi.
Mujahid mengatakan bahwa as-sahabussiqal artinya awan yang mengandung
air.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيُسَبِّحُ
الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ}
Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. (Ar-Ra'd: 13)
Ayat ini semakna dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{وَإِنْ
مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ}
Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (Al-Isra:
44)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ،
أَخْبَرَنِي أَبِي قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا إِلَى جَنْبِ حُمَيْد بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ فِي الْمَسْجِدِ، فَمَرَّ شَيْخٌ مِنْ بَنِي غِفَارٍ، فَأَرْسَلَ
إِلَيْهِ حُمَيْدٌ، فَلَمَّا أَقْبَلَ قَالَ: يَا ابْنَ أَخِي، وَسِّعْ لَهُ فِيمَا
بَيْنِي وَبَيْنَكَ، فَإِنَّهُ قَدْ صَحِبَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَجَاءَ حَتَّى جَلَسَ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَهُ، فَقَالَ
لَهُ حُمَيْدٌ: مَا الْحَدِيثُ الَّذِي حَدَّثْتَنِي عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فقال الشَّيْخُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ اللَّهَ يُنْشِئُ السَّحَابَ،
فَيَنْطِقُ أَحْسَنَ النُّطْقِ، وَيَضْحَكُ أَحْسَنَ الضَّحِكِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku ayahku
yang mengatakan bahwa ia duduk di sebelah Humaid ibnu Abdur Rahman di masjid,
lalu lewatlah seorang syekh dari kalangan Bani Giffar, kemudian Humaid menyuruh
seseorang untuk memanggilnya. Setelah syekh itu tiba, ia mengatakan, "Hai anak
saudaraku, luaskanlah tempat duduk antara aku dan engkau." Syekh itu pernah
menemani Rasulullah Saw. (yakni berpredikat seorang sahabat). Syekh itu datang,
lalu duduk di antara aku dan Humaid. Humaid bertanya kepadanya, "Hadis apakah
yang akan engkau ceritakan kepadaku dari Rasulullah Saw.?" Syekh menjawab bahwa
ia pernah mendengar dari seorang syekh dari kalangan Bani Giffar bercerita bahwa
syekh yang kedua ini pernah mendengar Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah
mengadakan awan, maka awan itu dapat berbicara dengan suara yang paling baik dan
dapat tertawa dengan tawa yang paling baik.
Makna yang dimaksud —hanya Allah yang lebih mengetahui— bahwa ucapan awan
adalah petirnya, dan tertawanya ialah kilatnya.
Musa ibnu Ubaidah telah meriwayatkan dari Sa'd ibnu Ibrahim yang mengatakan
bahwa Allah mengirimkan hujan, maka tiada tawa yang lebih baik daripada tawanya,
dan tiada bicara yang lebih indah daripada bicaranya. Tertawanya adalah kilat,
dan bicaranya adalah petir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ubaidillah Ar-Razi, dari Muhammad ibnu
Muslim yang mengatakan, "Telah sampai kepada kami, suatu berita bahwa kilat
adalah seorang malaikat yang memiliki empat muka, yaitu muka manusia, muka
banteng, muka elang, dan muka singa; apabila mengibaskan ekornya, maka itulah
kilatnya."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ
زِيَادٍ، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ، حَدَّثَنِي أَبُو مَطَرٍ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
سَمع الرعْد وَالصَّوَاعِقَ قَالَ: "اللَّهُمَّ، لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا
تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami
Al-Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Abu Matar, dari Salim, dari ayahnya
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila mendengar suara guruh dan petir,
beliau mengucapkan doa berikut: Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan
murka-Mu, dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab-Mu, dan maafkanlah
kami sebelum itu.
Hadis ini merupakan riwayat Imam Turmuzi dan Imam Bukhari di dalam Kitabul
Adab, serta Imam Nasai di dalam Bab "Zikir Malam dan Siang Hari". Imam Hakim
di dalam kitab Mustadrak-Hya meriwayatkannya melalui hadis Al-Hajjaj ibnu
Artah, dari Abu Mathar, tetapi ia tidak menyebutkan namanya.
قَالَ
[الْإِمَامُ] أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ،
حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِيهِ عَنْ رَجُلٍ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَفَعَ الْحَدِيثَ قَالَ: إِنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ
الرَّعْدَ قَالَ: "سُبْحَانَ مَنْ يُسبّح الرعْد بِحَمْدِهِ".
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada
kami Israil, dari ayahnya, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah yang
me-rafa'-kannya (sampai kepada Nabi Saw.). Disebutkan bahwa Nabi Saw. membaca
doa berikut apabila mendengar suara guruh: Mahasuci Tuhan yang guruh
bertasbih dengan memuji-Nya.
Diriwayatkan dari Ali r.a. bahwa apabila ia mendengar suara guruh mengucapkan
doa berikut: "Mahasuci Tuhan yang engkau bertasbih kepada-Nya."
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Tawus, dan Al-Aswad ibnu
Yazid, bahwa mereka mengucapkan doa tersebut.
Al-Auza'i mengatakan, "Ibnu Zakaria pernah berkata bahwa barang siapa yang
mendengar suara guruh, lalu membaca doa ini, 'Mahasuci Allah dan dengan memuji
kepada-Nya,' niscaya dia tidak akan disambar petir."
Dari Abdullah ibnuz Zubair, disebutkan bahwa apabila ia mendengar suara
guruh, sedangkan ia dalam keadaan berbicara, maka ia menghentikan pembicaraannya
dan mengucapkan doa, "Mahasuci Tuhan yang guruh dan para malaikat bertasbih
kepada-Nya dengan memuji-Nya karena takut kepada-Nya." Lalu ia berkata,
"Sesungguhnya suara ini benar-benar merupakan peringatan yang keras bagi
penduduk bumi." Demikianlah menurut riwayat Imam Malik di dalam kitab Muwata-nya
dan Imam Bukhari di dalam Kitabul Adab.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ،
حَدَّثَنَا صَدَقة بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ وَاسِعٍ، عَنْ شتيز بْنِ
نَهَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "قَالَ رَبُّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ: لَوْ أَنَّ عَبِيدِي أَطَاعُونِي
لَأَسْقَيْتُهُمُ الْمَطَرَ بِاللَّيْلِ، وَأَطْلَعْتُ عَلَيْهِمُ الشَّمْسَ
بِالنَّهَارِ، وَلَمَا أَسْمَعْتُهُمْ صَوْتَ الرَّعْدِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud
At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Wasi', dari Ma'mar ibnu Nahar, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tuhan kalian telah
berfirman, "Sekiranya hamba-hamba-Ku taat kepada-Ku, tentulah Aku sirami mereka
dengan air hujan di malam hari, dan Aku terbitkan kepada mereka matahari di
siang harinya, dan tentulah Aku tidak akan memperdengarkan suara guruh kepada
mereka.”
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى السَّاجِيُّ، حَدَّثَنَا
أَبُو كَامِلٍ الجَحْدري، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ كَثِيرٍ أَبُو النَّضْرِ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْكَرِيمِ، حَدَّثَنَا عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا سَمِعْتُمُ
الرَّعْدَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ؛ فَإِنَّهُ لَا يُصِيبُ ذَاكِرًا".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya
As-Saji, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al-Juhdari, telah menceritakan
kepada kami Yahya ibnu Kasir Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdul
Karim, telah menceritakan kepada kami Ata, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kalian mendengar suara guruh, maka
berzikirlah kepada Allah, karena sesungguhnya guruh tidak akan mengenai orang
yang berzikir.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَيُرْسِلُ
الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ}
dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia
kehendaki. (Ar-Ra'd: 13)
Artinya, Allah melepaskan petir sebagai azab-Nya yang Dia timpakan kepada
siapa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah halilintar banyak terjadi di akhir
zaman, seperti apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ مُصْعَبٍ، حَدَّثَنَا عُمَارَةُ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "تَكْثُرُ الصَّوَاعِقُ عِنْدَ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ،
حَتَّى يَأْتِيَ الرَّجُلُ الْقَوْمَ فَيَقُولُ: مَنْ صُعِقَ تِلْكُمُ الْغَدَاةَ؟
فَيَقُولُونَ صعِق فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَفُلَانٌ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mus'ab telah menceritakan kepada
kami Imarah, dari AbuNadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., bahwa Nabi Saw.
pernah bersabda: Halilintar akan banyak bila hari kiamat telah dekat,
sehingga seorang lelaki datang kepada suatu kaum, lalu ia mengatakan, "Siapakah
yang telah disambar petir di antara kalian kemarin?” Maka mereka menjawab, "Si
Fulan, si Fulan, dan si Fulan.”
Telah diriwayatkan sebuah hadis berkenaan dengan asbabun nuzul ayat
ini oleh Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli; telah menceritakan kepada kami Ishaq,
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Sarah Asy-Syaibani, telah
menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan
seorang lelaki kepada seseorang dari kalangan orang-orang Badui yang kafir.
Beliau Saw. memerintahkan kepada pesuruhnya itu, "Pergilah dan serulah dia untuk
memeluk (agama)ku!" Pesuruh berangkat menuju tempat lelaki Badui itu. Setelah
datang, ia berkata kepadanya, "Rasulullah Saw. menyerumu!" Lelaki Badui itu
bertanya, "Siapakah Rasulullah, dan apakah Allah itu, apakah dari emas ataukah
dari perak atau dari tembaga?" Pesuruh Rasulullah Saw. kembali menghadap kepada
Rasulullah Saw. dan menceritakan apa yang dialaminya, Ia berkata kepada Nabi
Saw., "Telah aku ceritakan kepadamu bahwa orang itu jauh lebih ingkar daripada
apa yang diperkirakan. Dia mengatakan anu dan anu kepadaku (menunjukkan
keingkarannya)." Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, "Pergilah lagi kamu
kepadanya!" Pesuruh Rasulullah Saw. berangkat lagi kepadanya untuk kedua
kalinya, dan lelaki Badui yang diserunya mengatakan hal yang sama dengan
sebelumnya. Maka pesuruh Rasulullah Saw. kembali dan berkata kepada Rasulullah
Saw., "Wahai Rasulullah, telah aku ceritakan kepadamu bahwa dia lebih ingkar
daripada itu." Rasulullah Saw. bersabda kepadanya.”Kembalilah kamu dan
serulah dia!" Pesuruh Rasulullah Saw. kembali kepada lelaki Badui itu untuk
yang ketiga kalinya, tetapi lelaki Badui itu mengeluarkan jawaban yang sama
kepada utusan Rasulullah. Ketika sedang berbicara dengan utusan Rasulullah,
tiba-tiba Allah mengirimkan awan di atas kepala lelaki Badui itu, lalu awan
tersebut mengeluarkan guruhnya, dan petir menyambar lelaki Badui itu mengenai
kepalanya sehingga kepalanya hilang. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
dan Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Ali ibnu Abu Sarah dengan sanad yang
sama.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkannya dari Abdah ibnu Abdullah, dari
Yazid ibnu Harun, dari Dulaim ibnu Gazwan, dari Sabit, dari Anas, lalu
disebutkan hal yang semisal.
Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad,
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu
Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Imran Al-Juni, dari Abdur Rahman ibnu
Sahhar Al-Abdi. Disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah mengutusnya kepada seseorang
yang berlaku sewenang-wenang untuk menyerunya agar memeluk Islam. Tetapi lelaki
yang diserunya bertanya, "Bagaimanakah menurut kalian tentang Tuhan kalian,
apakah dari emas, atau dari perak atau dari permata?" Ketika lelaki yang diseru
itu membantah mereka yang menyerunya, tiba-tiba Allah mengirimkan segumpal awan,
lalu awan itu mengeluarkan suara guruhnya, kemudian Allah melepaskan halilintar
mengenai lelaki yang diseru itu sehingga kepalanya hilang. Dan turunlah ayat
ini.
Abu Bakar ibnu Ayyasy telah menceritakan dari Lais ibnu Sulaim, dari Mujahid
yang mengatakan bahwa seorang Yahudi datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Hai
Muhammad, ceritakanlah kepadaku tentang Tuhanmu, terbuat dari apa, apakah dari
tembaga atau dari mutiara atau dari batu yaqut?" Perawi melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu datanglah halilintar menyambar lelaki itu hingga binasa, kemudian
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: dan Allah melepaskan halilintar.
(Ar-Ra'd: 13), hingga akhir ayat.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa pernah ada seorang
lelaki yang ingkar kepada Al-Qur'an dan mendustakan Nabi Saw. Lalu Allah
mengirimkan halilintar untuk menyambarnya hingga binasa, kemudian Allah Swt.
menurunkan Firman-Nya: dan Allah melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13),
hingga akhir ayat.
Sehubungan dengan asbabun nuzul ayat ini ulama tafsir menceritakan
kisah Amir ibnut Tufail dan Arbad ibnu Rabi'ah ketika keduanya tiba di Madinah
dan menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu keduanya meminta separo dari urusan
itu buat mereka berdua kepada Rasulullah Saw. Tetapi Rasulullah Saw. menolak
permintaan mereka berdua. Maka Amir ibnut Tufail berkata kepada Rasulullah Saw.,
"Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar akan memenuhi kota Madinah
untuk memerangimu dengan pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki." Maka
Rasulullah Saw. menjawabnya, "Allah pasti menolakmu melakukan hal tersebut,
demikian pula orang-orang Ansar." Kemudian keduanya berniat akan membunuh
Rasulullah Saw. Untuk itu, salah seorang dari keduanya mengajak Rasulullah Saw.
berbicara, sedangkan yang lainnya menghunus pedang untuk membunuh Rasulullah
Saw. dari arah belakang. Akan tetapi, Allah Swt. melindungi diri Rasulullah Saw.
dari perbuatan keduanya dan menjaganya. Akhirnya keduanya pergi meninggalkan
kota Madinah, lalu berkeliling menemui kabilah-kabilah Arab Badui, mengumpulkan
orang-orangnya buat memerangi Rasulullah Saw. Maka Allah mengirimkan awan yang
mengandung halilintar kepada Arbad, kemudian Arbad mati terbakar disambar
halilintar. Adapun Amir ibnut Tufail, Allah mengirimkan penyakit ta'un
kepadanya; akhirnya tubuh Amir terkena penyakit bisul yang besar, sehingga Amir
merintih-rintih kesakitan dan berkata, "Hai keluarga Amir, aku terserang bisul
seperti bisul punuk unta, dan kematianku sudah dekat, yaitu di rumah keluarga
Saluliyah." Akhirnya matilah keduanya. Semoga mereka berdua dilaknat oleh Allah.
Sehubungan dengan peristiwa seperti itu Allah menurunkan firman-Nya: dan
Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki,
dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah. (Ar-Ra'd: 13)
Sehubungan dengan peristiwa itu Lubaid ibnu Rabi'ah (saudara lelaki Arbad)
mengatakan dalam bait syairnya yang mengungkapkan rasa belasungkawanya, "Aku
merasa khawatir maut akan merenggut Arbad, tetapi aku tidak merasa takut akan
keselamatannya terhadap hujan-Mu dan singa. Tetapi sangat mengejutkan aku
halilintar dan guruh yang menggelegar menyambar seorang pendekar di hari yang
sangat kubenci di Najd."
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Mas'adah ibnu Sa'id Al-Attar, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul
Munzir Al-Hizami, telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz ibnu Imran, telah
menceritakan kepadaku Abdur Rahman dan Abdullah (keduanya anak Zaid ibnu Aslam),
dari ayahnya, dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas, bahwa Arbad ibnu Qais ibnu
Hazz ibnu Jalid ibnu Ja'far ibnu Kilab dan 'Amir ibnut Tufail ibnu Malik tiba di
Madinah untuk menjumpai Rasulullah Saw. Lalu keduanya menjumpainya, saat itu
Rasulullah Saw. sedang duduk; maka keduanya duduk di hadapan Rasulullah Saw.
Amir ibnut Tufail berkata, "Hai Muhammad, apakah yang akan engkau berikan
kepadaku jika aku masuk Islam?" Rasulullah Saw. bersabda, "Engkau akan
memperoleh hak seperti kaum muslim lainnya dan mempunyai kewajiban yang sama
dengan mereka." Amir ibnut Tufail berkata lagi "Apabila aku masuk Islam,
maukah engkau jika aku memegang tampuk pemerintahan sesudahmu?" Rasulullah Saw.
bersabda, "Hal itu bukanlah untukmu, bukan pula untuk kaummu, tetapi engkau
boleh memegang tali kendali kuda (memimpin pasukan berkuda)." Amir menjawab,
"Sekarang saya adalah pemimpin pasukan berkuda Najd. Berikanlah kepadaku
kekuasaan atas daerah-daerah pedalaman, dan engkau mempunyai kekuasaan di
daerah-daerah perkotaan." Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak." Ketika
keduanya telah pergi dari hadapan Rasulullah Saw., berkatalah Amir, "Ingatlah,
demi Allah, sesungguhnya aku akan memenuhi kota Madinah dengan pasukan berkuda
dan pasukan jalan kaki untuk memerangimu." Rasulullah Saw. menjawabnya,
"Allah pasti mencegahmu." Setelah Arbad dan Amir keluar dari sisi
Rasulullah Saw., Amir berkata, "Hai Arbad, aku akan menyibukkan Muhammad darimu
dengan pembicaraan, lalu pukullah dia olehmu dengan pedang. Karena sesungguhnya
orang-orang Madinah itu —bila kamu membunuh Muhammad— paling tidak tuntutan
mereka adalah diat. Mereka pasti tidak mau berperang, maka kita beri
mereka diat-nya." Arbad berkata, "Akan saya lakukan." Keduanya kembali
lagi menemui Rasulullah Saw. Amir berkata, "Hai Muhammad, kemarilah bersamaku,
aku akan berbicara denganmu." Rasulullah Saw. bangkit dan pergi bersama Amir,
lalu keduanya duduk di dekat pagar kebun kurma. Amir berbincang-bincang dengan
Rasulullah Saw., sedangkan Arbad menghunus pedangnya. Tetapi ketika Arbad
meletakkan tangannya pada gagang pedang, tiba-tiba tangannya kaku dan menempel
pada gagang pedangnya sehingga ia tidak dapat mencabut pedang. Ketika Arbad
dalam keadaan demikian, dalam waktu yang cukup lama dirasakan oleh Amir,
tiba-tiba Rasulullah Saw. berpaling ke belakang dan melihat Arbad dalam
posisinya yang demikian, maka beliau pergi meninggalkan keduanya. Akhirnya Amir
dan Arbad pergi dari hadapan Rasulullah Saw., dan ketika keduanya telah sampai
di Al-Harrah —yaitu Harrah Raqim— keduanya turun beristirahat. Sa'd ibnu Mu'az
dan Usaid ibnu Hudair keluar (dari Madinah) mengejar keduanya. Sa'd dan Usaid
berkata, "Tampakkanlah dirimu, hai dua orang lelaki musuh Allah; semoga Allah
melaknatmu berdua!" Amir bertanya, "Siapakah temanmu itu, hai Sa'd?" Sa'd
menjawab, "Ini adalah Usaid ibnu Hudair, panglima pasukan." Keduanya pergi dari
Madinah. Ketika sampai di Ar-Raqm, Allah mengirimkan halilintar bagi Arbad, lalu
halilintar menyambarnya hingga mati. Sedangkan Amir ketika ia sampai di
Al-Kharim, Allah menimpakan penyakit bisul yang membinasakannya. Pada malam
harinya ia sampai di rumah seorang wanita dari kalangan Bani Salul, lalu ia
mengusap bisul di tenggorokannya seraya berkata, "Bisul seperti punuk unta di
rumah seorang wanita Bani Salul," dengan harapan dia ingin mati di rumah
wanita itu. Pada keesokan harinya ia mengendarai kudanya pulang ke
negerinya, tetapi di tengah jalan ia sekarat dan mati. Sehubungan dengan
peristiwa kedua orang itu Allah menurunkan firman-Nya: Allah mengetahui apa
yang dikandung oleh setiap perempuan. (Ar-Ra'd: 8) sampai dengan firman-Nya:
dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra'd:
11)
Perawi mengatakan bahwa malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran
menjaga Nabi Muhammad Saw. atas perintah Allah. Kemudian perawi menyebutkan
kisah Arbad dan kematiannya, lalu membacakan firman Allah Swt.: dan Allah
melepaskan halilintar. (Ar-Ra'd: 13), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَهُمْ
يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ}
dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah. (Ar-Ra'd: 13)
Maksudnya, mereka meragukan kebesaran Allah yang sesungguhnya tidak ada Tuhan
selain Dia.
{وَهُوَ
شَدِيدُ الْمِحَالِ}
dan Dialah Tuhan Yang Mahakeras siksa-Nya. (Ar-Ra'd: 13)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa siksaan Allah yang amat keras hanya ditujukan
kepada orang yang kelewat batas terhadap-Nya serta berkepanjangan dalam
kekufurannya. Ayat ini maknanya serupa dengan firman Allah Swt.:
{وَمَكَرُوا
مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ
أَجْمَعِينَ}
Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami
merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidak menyadari. Maka
perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami
membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. (An-Naml: 50-51)
Dari Ali r.a., disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Dialah
Tuhan YangMahakeras siksa-Nya. (Ar-Ra'd: 13) Yakni sangat keras
pembalasan-Nya.
Mujahid mengatakan bahwa Allah sangat kuat (Mahakuat).