Tafsir Surat Ibrahim, ayat 44-46
{وَأَنْذِرِ
النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ
الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ
وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ
مِنْ زَوَالٍ (44) وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ (45)
وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ
لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ (46) }
Dan berikanlah peringatan kepada manusia
terhadap hari (yang pada waktu itu)
datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, "Ya Tuhan
kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam
waktu yang seti kii. niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti
rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan).”Bukankah kamu telah bersumpah
dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa? Dan kalian
telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka
sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami telah berbuat terhadap
mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa perumpamaan.” Dan
sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar, padahal di sisi Allah-lah
(balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat
besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya
Allah Swt. berfirman menceritakan perkataan orang-orang yang zalim terhadap
diri mereka sendiri di kala mereka menyaksikan azab:
{رَبَّنَا
أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ
الرُّسُلَ}
Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia)
walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau
dan akan mengikuti rasul-rasul. (Ibrahim: 44)
Ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{حَتَّى
إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ}
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah
aku (ke dunia)." (Al-Mu’minun: 99)
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak
kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. (Al-Munafiqun: 9), hingga
akhir ayat berikutnya.
Dan firman Allah Swt. yang menceritakan keadaan mereka di Padang Mahsyar:
{وَلَوْ
تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ}
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika
orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya.
(As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat.
Begitu pula dalam firman Allah Swt.:
{وَلَوْ
تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا
نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.” (Al-An'am: 27), hingga akhir
ayat.
{وَهُمْ
يَصْطَرِخُونَ فِيهَا}
Dan mereka berteriak di dalam neraka. (Fathir: 37), hingga akhir
ayat.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah Swt. menjawab ucapan mereka melalui
firman-Nya:
{أَوَلَمْ
تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ}
Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali
kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44)
Maksudnya, bukankah kalian pernah bersumpah sebelum kalian berada di sini
bahwa kalian tidak akan binasa dari keadaan kalian saat itu, dan bahwa tidak ada
hari kembali serta tidak ada pula hari pembalasan; maka rasakanlah akibat
perbuatan kalian ini.
Mujahid dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
sekali-kali kalian tidak akan binasa? (Ibrahim: 44) Yakni tiadalah kalian
akan berpindah dari dunia ke akhirat. Sama pula maknanya dengan yang terdapat di
dalam firman-Nya:
{وَأَقْسَمُوا
بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَا يَبْعَثُ اللَّهُ مَنْ يَمُوتُ}
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh,
bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati. (An-Nahl: 38), hingga
akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَسَكَنْتُمْ
فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ
فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ}
Dan kalian telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang
menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagi kalian bagaimana Kami telah
berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepada kalian beberapa
perumpamaan. (Ibrahim: 45)
Yakni kalian telah mengetahui melalui berita yang sampai kepada kalian
tentang azab yang telah Kami timpakan kepada umat-umat terdahulu yang
mendustakan Kami. Tetapi sekalipun demikian, ternyata kalian tidak mengambil
pelajaran dari mereka, tidak pula kalian menjadikan apa yang telah Kami timpakan
kepada mereka sebagai peringatan.
{حِكْمَةٌ
بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ}
itulah hikmah yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna
(bagi mereka). (Al-Qamar: 5)
Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab,
bahwa sahabat Ali r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna ayat berikut:
Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung
dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Bahwa orang yang mendebat Nabi Ibrahim
sehubungan dengan Tuhannya mengambil dua ekor burung elang yang masih kecil,
lalu ia memeliharanya hingga besar dan kuat. Kemudian kaki masing-masing burung
itu diikatkan kepada pasak yang dihubungkan dengan sebuah peti. Sebelum itu
kedua burung elang tidak diberi makan hingga keduanya lapar, lalu dia dan
seorang lelaki lain duduk di dalam peti itu, sedangkan dia mengangkat sebuah
tongkat dari dalam peti itu yang ujungnya diberi daging segar. Kemudian ia
berkata kepada temannya, "Lihatlah apa yang kamu saksikan!" Maka temannya
menjawab, saya melihat anu dan anu (dari angkasa)," sehingga temannya itu
mengatakan, "Saya melihat dunia ini semuanya seakan-akan seperti lalat
(kecilnya)." Setelah itu ia menurunkan tongkatnya, maka keduanya turun. Sahabat
Ali mengatakan bahwa hal inilah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: Dan
sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat
lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Bacaan sahabat Ali," Wain kada," yang artinya "Dan sesungguhnya makar
mereka hampir dapat melenyapkan gunung-gunung".
Abu Ishaq mengatakan bahwa hal yang sama dilakukan oleh Abdullah Ibnu Mas'ud
dalam qiraahnya sehubungan dengan ayat ini —yaitu "wain kada" dan hal
yang sama telah diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka'b dan Umar ibnul Khattab r.a.,
bahwa mereka membacanya dengan bacaan wain kada'''— sama dengan qiraah
sahabat Ali r.a.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sufyan As-Sauri dan Israil, dari Abu
Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Rabbab, dari Ali, lalu disebutkan kisah yang
semisal. Juga telah diriwayatkan dari Ikrimah, bahwa kisah ini menyangkut Raja
Namruz —Raja Negeri Kan'an— dalam upayanya untuk menaiki langit dengan tipu
muslihat tersebut. Hal yang serupa telah dilakukan pula oleh Raja Fir'aun, hanya
dengan cara membangun menara yang tinggi, tetapi pada akhirnya keduanya tidak
mampu dan lemah. Ternyata upaya keduanya kecil, tiada artinya, dan membuatnya
terhina.
Mujahid menuturkan kisah ini yang bersumberkan dari Bukhtanasar, bahwa ketika
pandangan matanya sudah tidak lagi melihat bumi dan penduduknya, ada suara yang
berseru, "Hai orang yang kelewat batas, hendak ke manakah kamu pergi?" Maka ia
meresa takut, kemudian ia mendengar suara di atasnya, lalu ia melepaskan
tombaknya, dan tombaknya itu mengenai burung garuda, sehingga gunung-gunung
bergetar karena kejatuhan reruntuhannya, seakan-akan hampir lenyap karenanya.
Yang demikian itu adalah apa yang di sebutkan oleh firman-Nya: Dan
sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat
lenyap karenanya. (Ibrahim: 46)
Ibnu Juraij telah menukil dari Mujahid, bahwa ia membacanya dengan bacaan
berikut: Latazulu minhul jibal, yakni benar-benar dapat melenyapkan
gunung-gunung. Huruf lam yang pertama dibaca fat-hah, dan yang
kedua dibaca dammah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga
gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Bahwa tiadalah makar
mereka itu dapat melenyapkan gunung-gunung.
Makna yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, lalu dijelaskan oleh
Ibnu Jarir, bahwa apa yang mereka perbuat —yakni kemusyrikan mereka kepada Allah
dan kekufuran mereka kepada-Nya— sama sekali tidak membahayakan gunung-gunung
itu barang sedikit pun, tidak pula yang lainnya. Melainkan kemudaratan dari
perbuatan mereka itu justru akan menimpa diri mereka sendiri.
Menurut kami, berdasarkan makna yang terakhir ini berarti ayat ini sama
maknanya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلا
تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ
الْجِبَالَ طُولا}
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung. (Al-Isra: 37)
Pendapat yang kedua sehubungan dengan tafsir ayat ini ialah apa yang
diriwayatkan oleh Ali ibnu AbuTalhah, dari Ibnu Abbas, bahwa firman Allah Swt.:
Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung
dapat lenyap karenanya. (Ibrahim: 46) Yang dimaksud dengan makar ialah
kemusyrikan mereka, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya
dalam ayat lainnya, yaitu:
تَكَادُ
السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. (Maryam: 90), hingga
akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Qatadah.