Tafsir Surat Thaha, ayat 11-16
{فَلَمَّا
أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى (11) إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ
إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (12) وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا
يُوحَى (13) إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ
الصَّلاةَ لِذِكْرِي (14) إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى (15) فَلا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ
بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى (16) }
Maka
ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil, "Hai Musa, sesungguhnya Aku
inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di
lembah yang suci, Tuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada
Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar
tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali
janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan
oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi
binasa.”
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا
أَتَاهَا}
Maka ketika ia datang ke tempat api itu. (Thaha: 11)
Maksudnya, mendekati tempat api yang menyala itu.
{نُودِيَ
يَا مُوسَى}
ia dipanggil, "Hai Musa.” (Thaha: 11)
Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{نُودِيَ
مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ
أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ}
Diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya)
pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa,
sesungguhnya Aku adalah Allah.”(Al-Qashash: 30)
Sedangkan dalam ayat ini disebutkan:
{إِنِّي
أَنَا رَبُّكَ}
Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu. (Thaha: 12)
Yakni yang berbicara denganmu.
{فَاخْلَعْ
نَعْلَيْكَ}
maka tanggalkanlah (lepaskanlah) kedua terompahmu. (Thaha:
12)
Ali ibnu Abu Talib, Abu Zar, dan Abu Ayyub serta sahabat lainnya yang bukan
hanya seorang mengatakan bahwa kedua terompahnya itu terbuat dari kulit keledai
yang tidak disembelih.
Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya Musa diperintahkan untuk melepaskan
kedua terompahnya hanyalah demi memuliakan tanah yang Musa berada padanya.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa perintah ini sama dengan perintah yang
ditujukan kepada seseorang yang hendak memasuki Ka'bah.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, dimaksudkan agar Musa menginjak tanah
suci itu dengan kedua telapak kakinya tanpa memakai terompah. Dan pendapat yang
lainnya lagi mengatakan selain itu. Hanya Allah-lah yang mengetahui
kebenarannya.
Sehubungan dengan firman-Nya, "Tuwa, Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Tuwa adalah nama lembah. Hal yang sama
telah dikatakan pula oleh lainnya yang bukan hanya seorang.
Berdasarkan pengertian demikian, berarti 'ataf disini adalah 'ataf
bayan (penjelasan).
Menurut pendapat lain, Tuwa maksudnya adalah kata perintah untuk
menginjak tanah dengan kedua telapak kaki (tanpa alas kaki).
Menurut pendapat yang lainnya lagi, disebutkan demikian karena tempat itu
disucikan sebanyak dua kali: Tuwa artinya tanah yang diberkati,
penyebutannya merupakan sebutan ulangan (dengan ungkapan lain). Akan tetapi,
pendapat yang paling sahih adalah pendapat pertama. Seperti pengertian yang
terdapat di dalam firman-Nya:
{إِذْ
نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى}
Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa.
(An-Nazi'at: 16)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنَا
اخْتَرْتُكَ}
Dan Aku telah memilih kamu. (Thaha: 13)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
{إِنِّي
اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاتِي وَبِكَلامِي}
Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain
(di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung
dengan-Ku. (Al-A'raf: 144)
Yaitu melebihkan kamu di atas semua manusia di masanya. Dengan kata lain,
dapat pula diartikan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Musa a.s., "Hai Musa,
tahukah kamu mengapa Aku mengistimewakan kamu hingga kamu dapat berbicara
langsung dengan-Ku, bukan orang lain?" Musa menjawab, "Tidak tahu." Allah
berfirman, "Karena sesungguhnya Aku menghargai sikapmu yang rendah diri itu."
Firman Allah Swt.:
{فَاسْتَمِعْ
لِمَا يُوحَى}
Maka dengarkanlah apa yang diwahyukan kepadamu (Thaha: 13)
Artinya sekarang dengarkanlah olehmu apa yang Aku firmankan melalui wahyu-Ku
kepadamu ini:
{إِنَّنِي
أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا}
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku. (Thaha: 14)
Ini merupakan kewajiban pertama bagi orang-orang mukalaf, yaitu hendaknya ia
mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Firman Allah Swt.:
{فَاعْبُدْنِي}
maka sembahlah Aku. (Thaha: 14)
Maksudnya, Esakanlah Aku dan sembahlah Aku tanpa mempersekutukan Aku.
{وَأَقِمِ
الصَّلاةَ لِذِكْرِي}
dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku. (Thaha: 14)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah salatlah kamu untuk
mengingat-Ku.
Menurut pendapat lain, maksudnya ialah dirikanlah salat bilamana kamu ingat
kepada-Ku.
Makna yang kedua ini diperkuat oleh hadis yang dikemukakan oleh Imam Ahmad.
Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ سَعِيدٌ، عَنْ
قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قال: "إِذَا
رَقَد أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلَاةِ، أَوْ غَفَلَ عَنْهَا، فَلْيُصَلِّهَا إِذَا
ذَكَرَهَا؛ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ: {وَأَقِمِ الصَّلاةَ
لِذِكْرِي}
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan
kepada kami Al-Musanna ibnu Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah Saw.
yang telah bersabda: Apabila seseorang di antara kalian tertidur hingga
meninggalkan salatnya atau lupa kepada salatnya, hendaklah ia mengerjakannya
saat mengingatnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Dirikanlah
salat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui sahabat Anas
r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
نَامَ عَنْ صَلَاةٍ أَوْ نَسِيَهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا
ذَكَرَهَا، لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ"
Barang siapa tidur meninggalkan salat (nya) atau lupa kepadanya,
maka kifaratnya ialah mengerjakannya (dengan segera) manakala ingat
kepadanya, tiada kifarat lain kecuali hanya itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ
السَّاعَةَ آتِيَةٌ}
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. (Thaha: 15)
Yakni pasti akan datang dan pasti terjadi.
Firman Allah Swt.:
{أَكَادُ
أُخْفِيهَا}
Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaha: 15)
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan maknanya,
bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan berikut: "Aku hampir saja merahasiakan
waktunya terhadap diri-Ku sendiri." Makna yang dimaksud ialah bahwa waktu hari
kiamat itu dirahasiakan oleh Allah Swt. terhadap semua makhluk. Dikatakan
demikian karena tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah Swt. selamanya.
Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa bacaannya adalah:
Min nafsihi (terhadap diri-Nya sendiri). Hal yang sama telah dikatakan
oleh Mujahid, Abu Saleh, dan Yahya ibnu Rafi'.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Aku merahasiakan (waktu(Thaha: 15) Artinya, Aku tidak akan
memperlihatkan tentang waktunya kepada seorang pun selain diri-Ku sendiri.
Menurut As-Saddi, tiada seorang pun dari kalangan penduduk langit dan bumi,
melainkan Allah merahasiakan terhadapnya tentang waktu hari kiamat.
Ayat ini menurut bacaan Ibnu Mas'ud disebutkan seperti berikut: "Aku hampir
menyembunyikan waktunya terhadap diri-Ku sendiri." Dengan kata lain, Aku
merahasiakan waktu hari kiamat terhadap semua makhluk; sehingga andaikan Aku
dapat menyembunyikannya terhadap diri-Ku sendiri, tentulah Aku akan
melakukannya.
Menurut pendapat yang lain bersumber dari Qatadah, disebutkan bahwa
firman-Nya: Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaha: 15) Menurut suatu
qiraat (bacaan) disebutkan, "Aku menyembunyikan waktunya dengan sengaja." Demi
usiaku, sesungguhnya Allah menyembunyikan waktunya terhadap para malaikat yang
terdekat, para nabi, dan para rasulNya.
Menurut kami, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ
لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا
اللَّهُ}
Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
Dan firman Allah Swt.:
{ثَقُلَتْ
فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلا بَغْتَةً}
Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit
dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan
tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)
Yakni amatlah berat pengetahuan mengenainya bagi makhluk yang ada di langit
dan di bumi.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Minjab, telah menceritakan kepada kami Abu Namilah,
telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sahl Al-Asadi, dari warga yang
mengatakan bahwa Sa'id ibnu Jubair telah membacakan kepadanya ayat berikut:
Aku merahasiakan (waktu)nya. (Thaha: 15) dengan bacaan akhfiha
yang artinya menampakkannya yakni hampir-hampir Allah Swt. menampakkan
pengetahuan mengenai waktu hari kiamat. Kemudian ia mengatakan bahwa tidakkah
engkau pernah mendengar perkataan seorang penyair yang mengatakan dalam salah
satu bait syairnya:
دَأبَ
شَهْرَين، ثُمَّ شَهْرًا دَمِيكًا ...
بأريكَين يَخْفيان غَميرًا ...
Telah berlalu masa dua bulan, kemudian
ditambah lagi satu bulan penuh tinggal di Arbakin dan tanam-tanaman mulai
menguning.
As-Saddi mengatakan bahwa al-gamir ialah tanaman basah yang tumbuh di
pematang yang kering, yakni tanamannya sudah mulai masak. Arbakin nama
sebuah tempat. Ad-damik satu bulan penuh. Syair ini dikatakan oleh Ka'b
ibnu Zuhair.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لِتُجْزَى
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى}
agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. (Thaha:
15)
Yakni Aku pasti mengadakan hari kiamat agar Aku melakukan pembalasan kepada
setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
{فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ}
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia
akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
(Az-Zalzalah: 7-8)
Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:
{إِنَّمَا
تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
sesungguhnya kalian hanya diberi balasan terhadap apa yang telah kalian
kerjakan. (Ath-Thur: 16)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَلا
يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
فَتَرْدَى}
Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak
beriman kepadanya. (Thaha: 16), hingga akhir ayat.
Makna yang dimaksud ialah bahwa khitab dalam ayat ini ditujukan kepada
setiap individu orang-orang mukallaf, sekalipun lahiriahnya khitab
ditujukan kepada Nabi Saw. Dengan kata lain, janganlah kalian mengikuti
jalan orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari kiamat, mereka hanya
mengejar kesenangan dan kenikmatan duniawi lagi durhaka kepada Tuhannya serta
mengikuti hawa nafsunya. Maka barang siapa yang mengikuti jejak mereka,
sesungguhnya dia telah merugi dan kecewa.
{فَتَرْدَى}
yang menyebabkan kamu binasa. (Thaha: 16)
Yakni kamu akan binasa dan hancur bila mengikuti jejak mereka, Allah Swt.
telah berfirman dalam ayat lain:
{وَمَا
يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى}
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.
(Al-Lail: 11)