Tafsir Surat Al-Furqan, ayat 1-2
{تَبَارَكَ
الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا (1)
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
(2) }
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan
(Al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, yang kepunyaan-Nyalah kerajaan
langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya
dalam kekuasaan-(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Allah Swt. berfirman, memuji diri-Nya sendiri Yang Mahamulia atas apa yang
telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya, yaitu Al-Qur'an yang mulia, seperti
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَنزلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا *
قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ
الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ}
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an)
kepada hamba-Nya, dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya, sebagai
bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari
sisi Allah, dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman yang
mengerjakan amal saleh. (Al-Kahfi: 1-2), hingga akhir ayat.
Dan dalam surat ini Allah Swt. berfirman:
{تَبَارَكَ}
Mahasuci Allah. (Al-Furqan: 1)
Lafaz tabaraka adalah wazan tafa'ala dari lafaz al-barakah,
yakni keberkahan yang tetap, kokoh, lagi kekal.
{الَّذِي
نزلَ الْفُرْقَانَ}
yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qufan). (Al-Furqan: 1)
Nazzala adalah kata kerja yang menunjukkan pengertian
menurunkan secara berulang-ulang dan banyak. Sama dengan pengertian yang
terdapat di dalam firman-Nya:
{وَالْكِتَابِ
الَّذِي نزلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزلَ مِنْ
قَبْلُ}
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. (An-Nisa: 4)
Kalau Al-Qur'an disebutkan dengan nazzala yang menunjukkan makna turun
secara berulang-ulang dengan ulangan yang banyak, sedangkan kitab-kitab
terdahulu disebutkan dengan nazala. Karena kitab-kitab terdahulu
diturunkan sekaligus, sedangkan Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur,
terpisah-pisah, dan terinci ayat demi ayat, hukum demi hukum dan surat demi
surat. Hal ini lebih berkesan dan lebih mendapat perhatian yang sangat dari
orang yang Al-Qur'an diturunkan kepadanya. Seperti yang disebutkan oleh firman
Allah Swt. dalam pertengahan surat ini, yaitu:
{وَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نزلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ
لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا. وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ
إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا}
Berkatalah orang-orang yang kafir, " Mengapa Al-Qur’an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya kelompok demi kelompok. Tidaklah orang-orang
kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami
datang kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.
(Al-Furqan: 32-33)
Karena itulah Allah menemakan Al-Qur'an dalam ayat ini dengan Al-Furqan,
sebab Al-Qur'an membedakan antara perkara yang hak dan yang batil,
membedakan antara jalan petunjuk dan jalan kesesatan, dan membedakan antara
jalan yang menyimpang dan jalan yang lurus, serta membedakan antara yang halal
dan yang haram.
Firman Allah Swt.:
{عَلَى
عَبْدِهِ}
kepada hamba-Nya. (Al-Furqan: 1)
Kata sifat ini mengandung makna pujian dan sanjungan karena
di-mudafi-kan kepada predikat kehambaan yang berarti hamba Allah,
sebagaimana hal ini disebutkan pula dalam salah satu keadaannya yang paling
mulia, yaitu saat ia di-Isra-kan, melalui firman-Nya:
{سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا}
Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.
(Al-Isra: 1)
Sebagaimana disebutkan pula pujian ini di saat ia sedang berdoa melalui
firman-Nya:
{وَأَنَّهُ
لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ
لِبَدًا}
Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya
(mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak mendesak
mengerumuninya. (Al-Jin: 19)
Sebagaimana disebutkan pula predikat ini saat wahyu diturunkan kepadanya dan
malaikat turun menemuinya, melalui firman-Nya:
{تَبَارَكَ
الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ
نَذِيرًا}
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur'an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
(Al-Furqan: 1)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{لِيَكُونَ
لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا}
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqan:
1)
Yakni sesungguhnya dia (Nabi Saw.) dikhususkan oleh Allah untuk menerima
Kitab yang mufassal, mulia, menjelaskan, lagi muhkam.
{لَا
يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ
حَكِيمٍ حَمِيدٍ}
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha
Terpuji. (Fushshilat: 42)
Yaitu Kitab yang dijadikan sebagai Furqan yang besar; tiada lain hal ini agar
ia mengemban risalah secara khusus ditujukan kepada orang-orang yang bernaung di
bawah pohon-pohon yang hijau dan orang-orang yang hidup di padang sahara (yakni
semua bangsa), sebagaimana yang disebutkan oleh salah satu dari sabdanya yang
mengatakan:
"بُعِثْتُ
إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"
Aku diutus kepada bangsa yang berkulit merah dan berkulit hitam.
Dan sabda lainnya yang mengatakan:
"أُعْطِيتُ
خمسًا لم يُعْطَهُنَّ
أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي"
Sesungguhnya aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan
kepada seorang pun dari kalangan para nabi sebelumku.
Yang antara lain disebutkan:
"كَانَ
النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ
عَامَّةً"
Dahulu seorang nabi diutus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus
kepada seluruh umat manusia.
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada
kalian semua.” (Al-A'raf: 158), hingga akhir ayat.
Yakni Tuhan yang mengutusku adalah Allah Yang memiliki langit dan bumi, yang
berfirman kepada sesuatu, "Jadilah," maka terjadilah dia, Dialah Yang
Menghidupkan dan Yang Mematikan. Seperti yang disebutkan dalam ayat ini melalui
Firman-Nya:
{الَّذِي
لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ}
yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaannya). (Al-Furqan: 2)
Allah Swt. membersihkan diri-Nya dari beranak dan sekutu. Kemudian dalam
firman berikutnya disebutkan:
{وَخَلَقَ
كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا}
Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya. (Al-Furqan: 2)
Yakni segala sesuatu selain Dia adalah makhluk lagi dimiliki, sedangkan
Dialah Yang Menciptakan segala sesuatu, Yang Menguasai, Yang Memiliki dan
Tuhannya, segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya, diatur oleh-Nya, tunduk
kepada-Nya dan kepada takdir-Nya.