Tafsir Surat Al-Furqan, ayat 21-24
وَقَالَ
الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ
أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا
كَبِيرًا (21) يَوْمَ يَرَوْنَ الْمَلَائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ
لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ حِجْرًا مَحْجُورًا (22) وَقَدِمْنَا إِلَى مَا
عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا (23) أَصْحَابُ الْجَنَّةِ
يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا (24)
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan
Kami, "Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita atau (mengapa)
kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sesungguhnya mereka memandang besar
tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam
melakukan) kezaliman. Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada
kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran
Mahjura.” Dan Kami dapati segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan
amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. Penghuni-penghuni surga pada
hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat
istirahatnya.
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kerasnya kekafiran dan keingkaran
orang-orang kafir. Hal ini terbaca dari ucapan mereka, seperti yang disitir oleh
firman-Nya:
{لَوْلا
أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ}
Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita. (Al-Furqan: 21)
Yakni untuk membawa risalah sebagaimana risalah diturunkan kepada para nabi,
seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam ayat lain menyitir ucapan mereka
melalui firman-Nya:
{قَالُوا
لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ}
Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan
apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah. (Al-An'am: 124)
Makna ayat ini dapat pula ditakwilkan bahwa maksud mereka yang diutarakan
oleh firman-Nya:
{لَوْلا
أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ}
Mengapakah tidak diturunkan malaikat kepada kita. (Al-Furqan: 21)
sehingga kita dapat melihat mereka dan mereka memberitahukan kepada kita
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, seperti pengertian yang terdapat di dalam
firman-Nya menceritakan perkataan mereka:
{أَوْ
تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا}
atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan
kami. (Al-Isra: 92)
Tafsir atau makna ayat ini telah diterangkan di dalam surat Al-Isra. Karena
itu, dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka (orang-orang kafir) mengatakan:
{أَوْ
نَرَى رَبَّنَا}
atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?
(Al-Furqan: 21)
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَقَدِ
اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا}
Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka
benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman.
(Al-Furqan: 21)
Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلَوْ
أَنَّنَا نزلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا
عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ
اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ}
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang
telah mati berbicara dengan mereka. (Al-An'am: 111), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Allah Swt.:
{يَوْمَ
يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ وَيَقُولُونَ
حِجْرًا مَحْجُورًا}
Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi
orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, "Hijran Mahjura.” (Al-Furqan:
22)
Maksudnya, mereka tidak dapat melihat malaikat di hari yang paling baik bagi
mereka, bahkan di hari mereka dapat melihat para malaikat, tiada kabar gembira
bagi mereka. Yang demikian itu bertepatan dengan saat mereka menjelang
kematiannya, yaitu di saat para malaikat memberitahukan kepada mereka bahwa
mereka masuk neraka dan mendapat murka dari Tuhan Yang Mahaperkasa. Saat itu
malaikat berkata kepada orang kafir tepat-padasaat roh keluar dari tubuhnya,
"Keluarlah, hai jiwa yang kotor, dari tubuh yang kotor. Keluarlah kamu menuju ke
dalam siksaan angin yang amat panas, air yang panas lagi mendidih, dan dalam
naungan asap yang hitam."
Roh orang kafir itu menolak, tidak mau keluar dan bercerai-berai ke seluruh
tubuhnya. Maka malaikat maut memukulinya (hingga keluar secara paksa). Hal ini
digambarkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{وَلَوْ
تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ
وَأَدْبَارَهُمْ}
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang
kafir seraya memukul muka dan belakang mereka. (Al-Anfal: 50), hingga akhir
ayat.
{وَلَوْ
تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلائِكَةُ بَاسِطُو
أَيْدِيهِمْ}
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat
memukul dengan tangannya. (Al-An'am: 93)
Yakni memukuli mereka dengan tangannya.
{أَخْرِجُوا
أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ
تَسْتَكْبِرُونَ}
(sambil berkata), "'Keluarkanlah nyawamu.” Di hari kamu dibalas dengan
siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah
(perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (Al-An'am: 93)
Karena itulah dalam ayat yang mulia ini Allah Swt. berfirman:
{يَوْمَ
يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ لَا بُشْرَى يَوْمَئِذٍ لِلْمُجْرِمِينَ}
Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi
orang-orang yang berdosa. (Al-Furqan: 22)
Hal ini berbeda dengan keadaan yang dialami oleh orang-orang mukmin, saat
mereka menjelang kematiannya. Karena sesungguhnya mereka mendapat berita gembira
akan kebaikan-kebaikan dan beroleh hal-hal yang menggembirakan. Allah Swt. telah
berfirman:
{إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, "
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kalian merasa takut dan janganlah
kalian merasa sedih; dan bergembiralah kalian dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” Kamilah pelindung-pelindung kalian
dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kalian memperoleh apa yang
kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.
Sebagai balasan (bagi kalian) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Fussilat: 30-32)
Di dalam hadis sahih disebutkan melalui Al-Barra ibnu Azib, bahwa malaikat
berkata kepada roh orang mukmin, "Keluarlah, hai jiwa yang baik, dari tubuh yang
baik, jika kamu hendak memakmurkannya. Keluarlah kamu menuju kehidupan yang
penuh dengan kenikmatan dan keharuman serta Tuhan yang tidak murka." Hadis ini
secara utuh disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim pada pembahasan
firman-Nya:
{يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا
يَشَاءُ}
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim:
27)
Ulama lain mengatakan, makna yang dimaksud dari firman-Nya:
{يَوْمَ
يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ}
Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira.
(Al-Furqan: 22)
Yakni pada hari kiamat, menurut Mujahid dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya.
Tidak ada pertentangan di antara pendapat ini dan pendapat sebelumnya. Karena
para malaikat pada kedua hari tersebut —yaitu hari kematian dan hari berbangkit—
menampakkan dirinya kepada orang-orang mukmin, juga orang-orang kafir. Maka para
malaikat menyampaikan berita gembira kepada orang-orang mukmin, bahwa mereka
akan mendapat rahmat dan rida. Sedangkan kepada orang-orang kafir para malaikat
memberitahukan bahwa mereka akan mendapat kekecewaan dan kerugian, maka di hari
itu tiada berita bagi orang-orang yang berdosa.
{وَيَقُولُونَ
حِجْرًا مَحْجُورًا}
dan mereka berkata, "Hijran Mahjura.” (Al-Furqan: 22)
Yaitu para malaikat berkata kepada orang-orang kafir, "Haram berat bagi
kalian mendapat keberuntungan pada hari ini." Asa! kata al-hijr artinya
terlarang. Dikatakan, "Hajaral Qadi 'Ala Fulanin, (kadi menahan si
Fulan)," yakni manakala si kadi menahan kebebasannya, adakalanya karena orang
yang bersangkutan jatuh pailit (dalam usahanya), atau karena masih kecil
(berusia muda) (sehingga dilarang melakukan tasarruf), atau karena kurang
akalnya, atau karena faktor yang lain. Diambil dari kata ini juga pengertian
Hijir (Isma'il) yang ada di sisi Ka'bah; karena orang-orang yang bertawaf
dilarang melakukan tawaf di dalamnya, melainkan tawaf hanya dilakukan di
luarnya. Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan kepada 'aql
(penjamin) dengan sebutan hijr karena ia mencegah orang yang berada
di bawah jaminannya melakukan hal-hal yang tidak layak. Kesimpulannya ialah
bahwa damir yang terkandung di dalam firman-Nya:
{وَيَقُولُونَ}
dan mereka mengatakan. (Al-Furqan: 22)
kembali kepada malaikat. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Ikrimah,
Al-Hasan, Ad-Dahhak, Qatadah, Atiyyah Al-Aufi, Ata Al-Khurrasani, Khasif, dan
lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Musa (yakni
Ibnu Qais), dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan mereka mengatakan, "Hijran Mahjura." (Al-Furqan:
22) Maksudnya, haram berat mendapat berita gembira seperti berita gembira yang
diperoleh orang-orang yang bertakwa. Ibnu Jarir meriwayatkan hal ini dari Ibnu
Juraij yang pernah mengatakan bahwa hal itu merupakan perkataan orang-orang
musyrik.
{يَوْمَ
يَرَوْنَ الْمَلائِكَةَ}
Pada hari mereka melihat malaikat. (Al-Furqan: 22)
Yakni orang-orang musyrik itu meminta perlindungan kepada Allah dari
(kebengisan) para malaikat. Demikian itu (kata Ibnu Juraij) karena orang-orang
Arab di masa dahulu bila seseorang dari mereka mengalami musibah atau
kesengsaraan, ia mengatakan, "Hijran Mahjura."
Pendapat ini sekalipun mempunyai alasan dan sumber, tetapi jika dipandang
dari segi konteks ayat jauh sekali dari kebenaran, terlebih lagi jumhur ulama
telah me-nas-kan hal yang bertentangan dengannya.
Akan tetapi, Ibnu Abu Nujaih pernah meriwayatkan dari Mujahid bahwa Mujahid
pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Hijran Mahjura"
Makna yang dimaksud ialah memohon perlindungan dengan sangat, sehingga
pendapat ini mirip dengan apa yang telah dikemukakan oleh Ibnu Juraij. Tetapi
herannya disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abu Hatim, dari Abu Nujaih, dari
Mujahid yang mengatakan bahwa Hijran Mahjura artinya memohon
perlindungan, yang mengatakannya adalah para malaikat. Hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui maksud sebenarnya.
****
Firman Allah Swt.:
{وَقَدِمْنَا
إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا}
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu Kami jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang beterbangan (Al-Furqan: 23).
Ini terjadi pada hari kiamat di saat Allah menghisab amal perbuatan yang
telah dilakukan oleh semua hamba, amal yang baik dan amal yang buruk. Maka Allah
memberitahukan bahwa orang-orang musyrik itu tidak akan memperoleh sesuatu
imbalan pun dari amal-amal perbuatan yang telah mereka lakukan, padahal mereka
menduga bahwa amal perbuatannya itu dapat menyelamatkan diri mereka. Demikian
itu karena amal perbuatannya tidak memenuhi syarat yang diakui oleh syariat,
yaitu ikhlas dalam beramal karena Allah atau mengikuti syariat Allah. Setiap
amal perbuatan yang dilakukan tidak secara ikhlas dan tidak sesuai dengan
tuntunan syariat yang diridai adalah batil. Amal perbuatan orang-orang kafir itu
tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat tersebut, dan adakalanya kedua
syarat tersebut tidak terpenuhi sehingga lebih jauh dari diterima. Untuk
itu.Allah Swt. berfirman: Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan,
lalu Kamijadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.
(Al-Furqan: 23)
Mujahid dan As'-Sauri mengatakan bahwa makna qadimna ialah Kami
hadapi. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi, sedangkan sebagian lain ada yang
mengatakannya 'Kami datangi'.
*****
Firman Allah Swt.:
{فَجَعَلْنَاهُ
هَبَاءً مَنْثُورًا}
lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.
(Al-Furqan: 23)
Sufyan As-Sauri mengatakan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali r.a.
sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan:
23) Yaitu sinar matahari apabila memasuki sebuah lubang dinding.
Hal yang sama diriwayatkan dari perawi lainnya yang bukan hanya seorang, dari
Ali r.a. Hal yang semisal diriwayatkan-pula dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah,
Sa'id Ibnu Jubair, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, yaitu sinar matahari yang
memasuki lubang dinding rumah seseorang di antara kalian; seandainya dia
meraupkan tangannya pada sinar itu, ia tidak dapat menangkapnya.
Ali ibnu AbuTalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: debu yang beterbangan. (Al-Furqan: 23) Yang dimaksud ialah
air yang ditumpahkan.
Abul Ahwas meriwayatkan dari Abu Ishaq. dari Al-Haris, dari Ali, “haba
'amansuran" bahwa makna al-haba ialah laratnya hewan. Hal yang
semisal diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak, juga dikatakan oleh
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: debu yang
beterbangan. (Al-Furqan: 23) Tidakkah engkau melihat pohon yang kering bila
tertiup angin? Makna yang dimaksud adalah seperti dedaunannya yang berguguran
itu.
Abdullah Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Hakim,
dari Abu Sari' At-Ta-i,dari Ubaid ibnu Ya'la yang mengatakan bahwa sesungguhnya
al-haba itu adalah debu yang diterbangkan oleh angin.
Kesimpulan dari semua pendapat di atas mengisyaratkan kepada makna yang
dikandung oleh ayat. Demikian itu karena mereka telah melakukan banyak amal
perbuatan yang menurut dugaan mereka benar. Tetapi ketika ditampilkan di hadapan
Raja, Hakim Yang Mahaadil, yang tidak pernah kelewat batas dan tidak pernah
menganiaya seseorang (Dialah Allah), ternyata kosong belaka, tiada artinya sama
sekali. Kemudian hal itu diumpamakan dengan sesuatu yang tiada artinya lagi
berserakan, yang oleh pemiliknya tidak ada artinya sama sekali. Hal yang sama
telah diungkapkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah
seperti abu yang ditiup angin dengan keras. (Ibrahim: 18), hingga akhir
ayat.
Dan firman Allah Swt.:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى
كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ
فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan. (Al Baqarah: 264)
Juga firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ
كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى
إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا}
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di
tanah yang datar, yang disangka air oleh orang- orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An-Nur:
39)
Tafsir mengenainya telah disebutkan di dalam tafsir surat An-Nur.
****
Firman Allah Swt.:
{أَصْحَابُ
الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan
paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Yakni kelak di hari kiamat.
{لَا
يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ
الْفَائِزُونَ}
Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga;
penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr:
20)
Karena ahli surga memperoleh kedudukan-kedudukan yang tinggi dan
gedung-gedung yang aman sentosa. Mereka berada di tempat yang aman, bagus
pemandangannya, lagi harum tempat tinggalnya.
{خَالِدِينَ
فِيهَا حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}
mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat
kediaman. (Al-Furqan: 76)
Sedangkan ahli neraka berada di tempat yang paling bawah, kekecewaan yang
berturut-turut, dan berbagai macam azab serta siksaan.
{إِنَّهَا
سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا}
Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
(Al-Furqan: 66)
Yaitu neraka adalah tempat yang paling buruk pemandangannya dan tempat
tinggal yang paling jelek. Karena itulah disebutkan sebagai lawan katanya
melalui firman-Nya:
{أَصْحَابُ
الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan
paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Berkat amal perbuatan mereka yang diterima oleh Allah Swt.. akhirnya mereka
memperoleh apa yang mereka peroleh dan menempati tempat mereka itu; berbeda
halnya dengan keadaan ahli neraka. Sesungguhnya ahli neraka tidak mempunyai
suatu amal pun yang menjadi alasan bagi mereka untuk dapat masuk surga dan
selamat dari siksa neraka. Untuk itu Allah mengingatkan keadaan orang-orang yang
berbahagia dengan membandingkannya dengan keadaan orang-orang yang celaka.
Orang-orang yang celaka itu sama sekali tidak ada kebaikan pada diri mereka.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{أَصْحَابُ
الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلا}
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan
paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya hal itu terjadi hanya
dalam sesaat; kekasih-kekasih Allah datang dengan berada di atas dipan-dipan
ditemani oleh bidadari-bidadari yang bermata jelita, sedangkan musuh-musuh Allah
datang bersama setan-setan dalam keadaan terbelenggu. Sa'id Ibnu Jubair
mengatakan bahwa Allah merampungkan hisab (perhitungan) amal perbuatan
dalam waktu setengah hari, kemudian ahli surga mengambil tempatnya di surga dan
ahli neraka mengambil tempatnya di neraka. Allah Swt. berfirman:
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan
paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24)
Ikrimah mengatakan, sesungguhnya dia benar-benar mengetahui saat ahli surga
memasuki surga dan ahli neraka memasuki neraka. Kalau diumpamakan dengan waktu
di dunia, terjadi pada saat seusai waktu duha, bilamana orang-orang pulang ke
rumahnya untuk beristirahat siang hari. Ahli neraka digiring masuk ke dalam
neraka; Sedangkan ahli surga dibawa masuk ke dalam surga, lalu mengambil tempat
tinggalnya masing-masing di dalam surga. Mereka langsung di jamu dengan makanan
hati ikan paus hingga mereka semua kenyang. Yang demikian itu disebutkan oleh
Allah Swt. di dalam firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling
baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan:
24)
Sufyan meriwayatkan dari Maisarah, dari Al-Minhal, dari Abu Ubaidah, dari
Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa belum lagi setengah hari
masing-masing golongan telah menempati tempat peristirahatannya. Kemudian
Abdullah ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Penghuni-penghuni surga pada hari
itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.
(Al-Furqan: 24); -dan membaca- Kemudian sesungguhnya tempat kembali
mereka benar-benar ke neraka Jahim. (As-Saffat: 68)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Penghuni-penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan
paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24) Mereka beristirahat di
dalam gedung-gedung surga, dan hisaban mereka saat ditampilkan di hadapan Tuhan
mereka hanya sekali tampil saja. Yang demikian itu adalah hisab yang ringan,
seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَأَمَّا
مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ * فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا *
وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا}
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya
(yang sama-sama beriman) dengan gembira. (AI-lnsyiqaq: 7-9)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: paling baik tempat
tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya. (Al-Furqan: 24). Maqilan
artinya tempat bernaung dan tempat tinggal.
Qatadah mengatakan bahwa Safwan ibnu Muharriz pernah mengatakan, kelak di
hari kiamat didatangkan dua orang laki-laki; salah seorangnya adalah seorang
raja saat di dunia yang menguasai orang-orang yang berkulit merah dan berkulit
putih, lalu ia menjalani hisabnya. Ternyata dia adalah seorang hamba yang sama
sekali tidak pernah melakukan suatu kebaikan pun, maka diperintahkanlah agar ia
dimasukkan ke dalam neraka. Sedangkan lelaki yang lain adalah seseorang yang
hanya memiliki pakaian yang menempel di tubuhnya, lalu ia menjalani hisabnya. Ia
berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau belum pernah memberikan sesuatu pun kepadaku
yang layak Engkau lakukan hisab terhadapku karenanya." Allah berfirman,
"Benarlah hambaku, maka lepaskanlah dia", lalu Allah memerintahkan agar dia
dimasukkan ke dalam surga. Setelah itu keduanya dibiarkan selama masa yang
dikehendaki oleh Allah Swt. Kemudian lelaki yang masuk neraka itu dipanggil,
tiba-tiba ternyata rupanya seperti arang yang hitam legam. Dikatakan kepadanya,
"Apakah yang telah engkau jumpai?" Ia menjawab, "Tempat peristirahatan yang
paling buruk." Dikatakan pula kepadanya, "Kembalilah kamu (ke neraka)." Kemudian
dipanggillah lelaki yang masuk surga. Tiba-tiba rupanya seperti bulan di malam
purnama. Maka dikatakan kepadanya, "Apakah yang engkau jumpai ?" Ia menjawab,
"Tempat peristirahatan yang paling baik wahai Tuhanku." Lalu dikatakan
kepadanya, "Kembalilah kamu (ke surga)."
Riwayat ini diketengahkan oleh Imam Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris. Sa'id
As-Sawwaf pernah menceritakan kepadanya bahwa pernah sampai kepadanya sebuah
hadis yang mengatakan, hari kiamat diperpendek bagi orang mukmin, sehingga
lamanya seperti jarak waktu antara salat Asar dan tenggelamnya matahari. Mereka
berada di dalam taman-taman surga, hingga manusia selesai dari hisabnya. Yang
demikian itu adalah firman Allah Swt.: Penghuni-penghuni surga pada hari itu
paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya.
(Al-Furqan: 24)