Tafsir Surat Al-Hajj, ayat 5-7
{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ
مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ
مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا
نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا
أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ
الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً
فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ
زَوْجٍ بَهِيجٍ (5) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي
الْمَوْتَى وَأَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (6) وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ
لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ (7)
}
Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah;
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kalian dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai
waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kalian
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kalian lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang
demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah
yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan
padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur.
Setelah menyebutkan perihal orang yang ingkar kepada hari berbangkit dan
tidak percaya kepada adanya hari kemudian, Allah Swt. menyebutkan hal-hal yang
menunjukkan kekuasaan-Nya dalam menghidupkan segala sesuatu yang telah mati
melalui bukti yang nyata pada permulaan kejadian manusia. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ
مِنَ
الْبَعْثِ}
Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan. (Al-Hajj:
5)
Yaitu hari kemudian di mana semua roh dan jasad menjadi satu dan bangkit
hidup kembali kelak di hari kiamat.
{فَإِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ}
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari
tanah. (Al-Hajj: 5)
Artinya, asal mula kejadian kalian adalah dari tanah; yaitu asal mula
penciptaan Adam a.s., nenek moyang mereka.
{ثُمَّ
مِنْ نُطْفَةٍ}
kemudian dari setetes mani. (Al-Hajj: 5)
kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang hina.
{ثُمَّ
مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ}
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging. (Al-Hajj:
5)
Demikian itu apabila nutfah telah berdiam di dalam rahim wanita selama
empat puluh hari. Selama itu ia mengalami pertumbuhan, kemudian bentuknya
berubah menjadi darah kental dengan seizin Allah. Setelah berlalu masa empat
puluh hari lagi, maka berubah pula bentuknya menjadi segumpal daging yang masih
belum berbentuk dan belum ada rupanya. Kemudian dimulailah pembentukannya, yang
dimulai dari kepala, kedua tangan, dada, perut, kedua paha, kedua kaki, dan
anggota lainnya. Adakalanya seorang wanita mengalami keguguran sebelum janinnya
mengalami pembentukan, dan adakalanya keguguran terjadi sesudah janin terbentuk
berupa manusia.
Allah Swt. berfirman:
{ثُمَّ
مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ
مُخَلَّقَةٍ}
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna. (Al-Hajj: 5)
seperti yang dapat kalian saksikan sendiri.
{لِنُبَيِّنَ
لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ
مُسَمًّى}
agar Kami jelaskan kepada kalian, dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. (Al-Hajj: 5)
Yakni adakalanya janin menetap di dalam rahim tidak keguguran dan tumbuh
terus menjadi bentuk yang sempurna.
Seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya:
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5) Yaitu
janin yang telah berbentuk dan janin yang masih belum terbentuk. Apabila telah
berlalu masa empat puluh hari dalam keadaan berupa segumpal daging, maka Allah
mengutus seorang malaikat kepadanya. Malaikat itu diperintahkan-Nya untuk
meniupkan roh ke dalam tubuh janin, lalu menyempurnakan bentuknya menurut apa
yang dikehendaki oleh Allah Swt., apakah tampan atau buruk, dan apakah laki-laki
atau perempuan. Selain itu malaikat tersebut ditugaskan pula untuk menulis
rezeki dan ajalnya, apakah celaka atau berbahagia.
Hal ini telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis
Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada kami:
"إِنَّ
خَلْقَ أَحَدِكُمْ يُجمع فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً، ثُمَّ يَكُونُ
عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضغة مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ
اللَّهُ إِلَيْهِ الْمَلَكَ فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلَمَّاتٍ: بِكَتْبِ عَمَلِهِ
وَأَجَلِهِ وَرِزْقِهِ، وَشَقِّيٌ أَوْ سَعِيدٌ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ
الرُّوحُ"
Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kalian dihimpunkan di dalam
perut ibunya selama empat puluh malam, kemudian menjadi 'alaqah selama empat
puluh malam, kemudian menjadi segumpal daging dalam masa empat puluh malam.
Setelah itu Allah mengutus malaikat kepadanya; malaikat diperintahkan-Nya untuk
mencatat empat perkara, yaitu mencatat rezekinya, amal perbuatannya, dan ajalnya
(usianya), lalu nasibnya apakah celaka atau bahagia. Kemudian meniupkan
roh ke dalam tubuhnya.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Daud ibnu Abu
Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa
apabila nutfah telah menetap di dalam rahim, maka datanglah malaikat
mencegahnya, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, apakah dijadikan ataukah tidak?" Jika
dikatakan tidak dijadikan, maka tidaklah dibentuk kejadiannya, lalu dikeluarkan
dari rahim dalam rupa darah kental. Tetapi jika dikatakan dijadikan, maka
malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan, apakah
dia celaka ataukah bahagia, bagaimanakah ajalnya dan jejak kehidupannya, serta
di negeri manakah ia mati?" Kemudian dikatakan kepada nutfah itu,
"Siapakah Tuhanmu?" Nutfah menjawab, "Allah." Dikatakan pula, "Siapakah
yang memberimu rezeki?" Nutfah menjawab, "Allah." Lalu Allah berfirman
kepada malaikat, "Pergilah kamu ke kitab itu, karena sesungguhnya kamu akan
menjumpai di dalamnya kisah nutfah ini." Maka nutfah itu dijadikan
dan menjalani masa hidupnya sampai ajalnya, ia memakan rezekinya dan melakukan
perjalanan hidupnya. Bilamana telah tiba ajalnya, maka matilah ia dan
dikebumikan. Kemudian Amir Asy-Sya'bi membaca firman-Nya: Hai manusia, jika
kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5)
Apabila tahap kejadiannya sampai pada segumpal darah, maka kejadiannya
dikembalikan pada tahap keempat, lalu terbentuklah manusia. Tetapi jika
ditakdirkan tidakjadi, maka dikeluarkan lagi oleh rahim dalam rupa darah. Dan
apabila dijadikan, maka dikembalikan (ke dalam rahim) menjadi manusia.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ
الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ أَبِي
الطُّفَيْلِ، عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أُسَيْدٍ -يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "يَدْخُلُ الْمَلَكُ عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ
مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ أَوْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ،
فَيَقُولُ: أَيْ رَبِّ، أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ فَيَقُولُ اللَّهُ، وَيَكْتُبَانِ،
فَيَقُولُ: أَذَكَرٌ أَمْ أَنْثَى؟ فَيَقُولُ اللَّهُ وَيَكْتُبَانِ، وَيُكْتَبُ
عَمَلُهُ وَأَثَرُهُ وَرِزْقُهُ وَأَجَلُهُ، ثُمَّ تُطْوَى الصُّحُفُ، فَلَا
يُزَادُ عَلَى مَا فِيهَا وَلَا يُنْتَقَصُ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr
ibnu Dinar, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid yang menyampaikan
sanadnya sampai kepada Nabi Saw. Disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:
Malaikat masuk ke dalam nutfah sesudah nutfah berada di dalam rahim selama
empat puluh atau empat puluh lima hari. Lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku,
apakah dia celaka atau bahagia?” Allah Swt. berfirman, dan malaikat itu
mencatat. Lalu malaikat bertanya, "Apakah laki-laki ataukah perempuan?” Allah
berfirman, dan malaikat mencatatnya. Malaikat mencatat amalnya, perjalanan
hidupnya, rezekinya, dan ajalnya. Kemudian lembaran kitab itu ditutup, maka apa
yang ada di dalamnya tidak dapat lagi ditambahi atau dikurangi.
Imam Muslim meriwayatkan melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dan melalui jalur
lain dari Abut Tufail dengan lafaz yang semakna.
*******************
Firman Allah Swt.:
{ثُمَّ
نُخْرِجُكُمْ طِفْلا}
kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi. (Al-Hajj: 5)
Yakni dalam keadaan lemah tubuh, pendengaran, penglihatan, inderanya,
kekuatan geraknya, serta akalnya. Kemudian Allah memberinya kekuatan sedikit
demi sedikit, dan kedua orang tuanya merawatnya dengan penuh kasih sayang
sepanjang hari dan malamnya. Karena itu, disebutkan oleh firman selanjutnya:
{ثُمَّ
لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ}
kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada
kedewasaan. (Al-Hajj: 5)
Yaitu memiliki kekuatan yang makin bertambah sampai pada usia muda dan
penampilan yang terbaiknya.
{وَمِنْكُمْ
مَنْ يُتَوَفَّى}
dan di antara kalian ada yang diwafatkan. (Al-Hajj: 5)
dalam usia mudanya dan sedang dalam puncak kekuatannya.
{وَمِنْكُمْ
مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ}
dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun. (Al-Hajj: 5)
Usia yang paling hina ialah usia pikun. Dalam usia tersebut seseorang lemah
tubuhya, tidak berkekuatan, akal serta pemahamannya pun lemah pula; semua panca
inderanya tidak normal lagi dan daya pikirnya pun lemah. Karena itu, disebutkan
dalam firman selanjutnya:
{لِكَيْلا
يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا}
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya diketahuinya.
(Al-Hajj: 5)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{اللَّهُ
الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ
جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ
الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ}
Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.
Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)
Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli telah mengatakan
di dalam kitab Musnad-nya, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu
Muzahim, telah menceritakan kepada kami Kahlid Az-Zayyat, telah menceritakan
kepadaku Daud Abu Sulaiman, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Ma'mar ibnu
Hazm Al-Ansari, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa'-kan hadis ini. Ia mengatakan
bahwa bayi yang baru lahir hingga mencapai usia balig segala yang dikerjakannya
berupa amal kebaikan tidak dicatatkan bagi orang tuanya atau kedua orang tuanya.
Dan semua yang dikerjakannya berupa amal keburukan tidak dicatatkan bagi
dirinya, tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah mencapai usia
balignya, maka Allah memberlakukan qalam terhadapnya dan memerintahkan
kepada dua malaikat yang ada bersamanya untuk mencatat segala amal perbuatannya
dengan catatan yang ketat. Apabila ia mencapai usia empat puluh tahun dalam
Islam, Allah menyelamatkannya dari tiga penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak.
Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila
mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki kembali (bertobat)
kepada-Nya sesuai dengan apa yang disukai-Nya. Apabila mencapai usia tujuh puluh
tahun, penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh
tahun, maka semua amal baiknya dicatat dan dihapuslah semua amal buruknya.
Apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya
yang terdahulu dan yang terkemudian; ia pun dapat memberikan syafaat kepada ahli
baitnya serta dicatat sebagai Aminullah (orang kepercayaan Allah), dan
dia menjadi tahanan Allah di bumi-Nya. Apabila ia mencapai usia pikun sehingga
ia tidak mengetahui lagi segala sesuatu yang tadinya ia ketahui, maka Allah
mencatatkan baginya hal yang semisal dengan amal kebaikan yang pernah
dilakukannya semasa sehatnya; apabila melakukan suatu keburukan, maka tidak
dicatatkan dalam buku catatan amalnya.
Hadis ini garib sekali, di dalamnya terkandung kemungkaran yang parah.
Tetapi sekalipun demikian, Imam Ahmad ibnu Hambal meriwayatkannya pula di dalam
kitab musnadnya, baik secara mauquf ataupun marfu'.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Nadr, telah
menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Amir, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Amili, dari Amr ibnu Ja'far, dari Anas yang
mengatakan, bahwa apabila seorang lelaki muslim mencapai usia empat puluh tahun,
Allah menyelamatkannya dari tiga macam penyakit, yaitu gila, supak, dan lepra.
Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila
mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya yang
disukainya. Dan apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit
menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima semua
kebaikannya dan menghapuskan semua keburukannya. Apabila mencapai usia sembilan
puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian.
Ia diberi julukan sebagai 'tahanan Allah di bumi-Nya' dan dapat memberikan
syafaat kepada keluarganya.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah
menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu
Abdullah Al-Amiri, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Usman, dari
Abdullah ibnu Umar ibnul Khattab, dari Nabi Saw. Lalu disebutkan hal yang
semisal dengan hadis di atas.
وَرَوَاهُ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، حَدَّثَنِي يُوسُفُ
بْنُ أَبِي ذَرَّةَ الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ أُمَيَّةَ
الضَّمْري، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مِنْ مُعَمَّرٍ يُعَمَّرُ فِي الْإِسْلَامِ
أَرْبَعِينَ سَنَةً، إِلَّا صَرَفَ اللَّهُ عَنْهُ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ مِنَ
الْبَلَاءِ: الْجُنُونُ وَالْجُذَامُ وَالْبَرَصُ
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu
Iyad, telah menceritakan kepadaku Yusuf ibnu Abu Burdah Al-Ansari, dari Ja'far
ibnu Amr ibnu Umayyah Ad-Dimri, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tiada seorang pun yang berusia panjang dalam Islamnya selama
empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya tiga macam penyakit yaitu
gila, supak, dan lepra.
Lalu disebutkan hingga akhir hadis yang teksnya sama dengan hadis sebelumnya.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar, dari Abdullah
ibnu Syabib, dari Abu Syaibah, dari Abdullah ibnu Abdul Malik, dari Abu Qatadah
Al-Adawi, dari anak saudara Az-Zuhri, dari pamannya (Az-Zuhri), dari Anas ibnu
Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَا
مِنْ عَبْدٍ يُعَمَّرُ فِي الْإِسْلَامِ أَرْبَعِينَ سَنَةً، إِلَّا صَرَفَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنْوَاعًا مِنَ الْبَلَاءِ: الْجُنُونُ وَالْجُذَامُ وَالْبَرَصُ، فَإِذَا
بَلَغَ خَمْسِينَ سَنَةً لَيَّنَ اللَّهُ لَهُ الْحِسَابَ، فَإِذَا بَلَغَ سِتِّينَ
سَنَةً رَزَقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ بِمَا يُحِبُّ، فَإِذَا بَلَغَ
سَبْعِينَ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وسمي
أَسِيرَ اللَّهِ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، فَإِذَا بَلَغَ الثَّمَانِينَ
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنْهُ حَسَنَاتِهِ وَتَجَاوُزَ عَنْ سَيِّئَاتِهِ، فَإِذَا
بَلَغَ التِّسْعِينَ غَفَر لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ،
وسُمي أسير اللَّهِ فِي أَرْضِهِ، وَشُفِّعَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ"
Tiada seorang hamba pun yang diberi usia panjang dalam Islam selama empat
puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya berbagai macam penyakit, yaitu
gila, lepra, dan supak. Apabila ia mencapai usia lima puluh tahun, Allah
meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya
rezeki bertobat kepada-Nya berkat kesukaan yang ditanamkan Allah dalam dirinya.
Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya semua
dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian; dan ia diberi nama 'tahanan Allah',
semua penduduk langit menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun,
Allah menerima amal-amal baiknya dan memaafkan amal-amal keburukannya. Dan
apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya
atas semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian, lalu ia diberi nama
sebagai 'tahanan Allah di bumi-Nya' dan dapat memberikan syafaat kepada ahli
baitnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَتَرَى
الأرْضَ هَامِدَةً}
Dan kalian lihat bumi ini kering. (Al-Hajj: 5)
Hal ini pun merupakan dalil lain yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. dalam
menghidupkan orang-orang yang telah mati,- sebagaimana Dia menghidupkan bumi
yang kering tandus, tidak ada tanaman apa pun padanya.
Qatadah mengatakan bahwa hamidah artinya padang pasir lagi tandus
(kering).
Sedangkan menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah tanah yang mati.
{فَإِذَا
أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ
بَهِيجٍ}
kemudian apabila Kami telah turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
(Al-Hajj: 5)
Apabila Allah menurunkan hujan, maka bumi yang tadinya tandus itu menjadi
subur dan menumbuhkan tetumbuhannya dengan subur; lalu keluarlah dari
tumbuh-tumbuhan itu berbagai macam buah-buahan dan tanam-tanaman yang beraneka
ragam warna, rasa, bau, bentuk, dan manfaatnya. Karena itulah firman selanjutnya
disebutkan:
{وَأَنْبَتَتْ
مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ}
dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj:
5)
Yaitu yang indah bentuknya dan harum baunya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ}
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak.
(Al-Hajj: 6)
Allah Yang menciptakan, yang mengatur, lagi Maha Berbuat terhadap semua yang
dikehendaki-Nya.
{وَأَنَّهُ
يُحْيِي الْمَوْتَى}
dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati. (Al-Hajj:
6)
Yakni sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati sehingga bumi dapat
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan. Seperti yang disebutkan oleh Allah
Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:
{إِنَّ
الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang
mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39)
{إِنَّمَا
أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ}
Sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya,
"Jadilah!" Maka jadilah ia. (Yasin: 82)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَأَنَّ
السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا}
dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan
padanya. (Al-Hajj: 7)
Yakni kejadian hari kiamat itu pasti, tiada keraguan padanya.
{وَأَنَّ
اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ}
dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.
(Al-Hajj: 7)
Maksudnya, Allah mengembalikan mereka menjadi hidup sesudah tubuh mereka
hancur, dan menciptakan kembali mereka sesudah tiada. Sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَضَرَبَ
لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ.
قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ
عَلِيمٌ. الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الأخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ
مِنْهُ تُوقِدُونَ}
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia
berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur
luluh?” Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama
kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang
menjadikan untuk kalian api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan
(api) dari kayu itu." (Yasin: 78-80)
Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهز، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ قَالَ:
أَنْبَأَنَا يَعْلَى عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ وَكِيعِ بْنِ حُدُس، عَنْ عَمِّهِ أَبِي
رَزين الْعُقَيْلِيِّ -وَاسْمُهُ لَقِيط بْنُ عَامِرٍ -أَنَّهُ
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَكُلُّنَا يَرَى رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ؟ وَمَا آيَةُ ذَلِكَ فِي خَلْقِهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَيْسَ كُلُّكُمْ يَنْظُرُ إِلَى الْقَمَرِ مُخْليا
بِهِ؟ " قُلْنَا: بَلَى. قَالَ: "فَاللَّهُ أَعْظَمُ". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، كَيْفَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى، وَمَا آيَةُ ذَلِكَ فِي خَلْقِهِ؟
قَالَ: "أَمَا مَرَرْتَ بِوَادِي أَهْلِكَ مَحْلًا " قَالَ: بَلَى. قَالَ: "ثُمَّ
مَرَرْتَ بِهِ يَهْتَزُّ خَضِرًا؟ ". قَالَ: بَلَى. قَالَ: "فَكَذَلِكَ يُحْيِي
اللَّهُ الْمَوْتَى، وَذَلِكَ آيَتُهُ فِي خَلْقِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah yang mengatakan bahwa Ya'la ibnu
Ata telah menceritakan kepada kami dari Waki', dari Addi, dari pamannya Abu
Razin Al-Uqaili yang nama aslinya ialah Laqit ibnu Amir, bahwa ia pernah
bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah kita semua akan
melihat Tuhan kita kelak di hari kiamat, dan apakah perumpamaan hal tersebut
pada makhluk-Nya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bukankah kalian semua dapat
melihat bulan tanpa berdesak-desakan?" Kami (para sahabat) menjawab, "Ya,
benar." Rasulullah Saw. bersabda, "Allah lebih besar lagi." Laqit ibnu
Amir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati? Berilah perumpamaan
hal itu pada makhluk-Nya." Rasulullah Saw. bersabda, "Bukankah kamu pernah
melewati lembah tempat keluargamu yang tandus itu?" Ia menjawab, "Ya,
benar." Rasulullah Saw. bersabda lagi, "Kemudian kamu melewatinya lagi (di
lain waktu) yang ternyata tampak hijau lagi subur?" Ia menjawab, "Ya,
benar." Rasulullah berkata, "Demikian pula Allah menghidupkan orang-orang
mati. Itulah tanda kekuasaan-Nya pada makhluk-Nya."
Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Hammad
ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada
kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Abu Razin
Al-Uqaili yang mengatakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya,
"Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati?"
Rasulullah Saw. bersabda, "Bukankah kamu pernah melewati suatu daerah dari
kawasan tempat tinggal kaummu yang tampak tandus, kemudian di lain waktu kamu
melewatinya dalam keadaan subur?" Ia menjawab, "Benar." Rasulullah Saw.
bersabda, "Demikianlah caranya kejadian di hari berbangkit nanti."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Isa ibnu Marhum, telah menceritakan kepada kami Bukair
ibnus Samit, dari Qatadah, dari Abul Hajjaj, dari Mu'az ibnu Jabal yang
mengatakan, "Barang siapa yang meyakini bahwa Allah adalah Hak yang Jelas, dan
bahwa hari kiamat pasti terjadi tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan
membangkitkan orang-orang yang mati dari dalam kuburnya, tentulah ia masuk
surga."