Tafsir Surat Al Mu’minun, ayat 68-75
{أَفَلَمْ
يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ أَمْ جَاءَهُمْ مَا لَمْ يَأْتِ آبَاءَهُمُ الأوَّلِينَ
(68) أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ (69) أَمْ
يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ
كَارِهُونَ (70) وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ
وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ
مُعْرِضُونَ (71) أَمْ تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ (72) وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (73)
وَإِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ (74)
وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي
طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (75) }
Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan
(Kami), atau apakah telah datang kepada
mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu? Ataukah
mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? Atau
(apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit
gila.” Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan
mereka benci kepada kebenaran itu. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu
mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya.
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al-Qur'an)
mereka, tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. Atau kamu meminta upah
kepada mereka? Maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi
rezeki yang paling baik. Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada
jalan yang lurus. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri
akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). Andaikata mereka
Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami,
benar-benar mereka akan terus-menerus terombang-ambing dalam keterlaluan
mereka.
Allah Swt. ingkar terhadap sikap orang-orang musyrik karena mereka tidak mau
memahami Al-Qur'an dan merenunginya, bahkan mereka menentangnya. Padahal
Al-Qur'an itu diturunkan dengan bahasa mereka, tiada suatu kitab pun yang
diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya lebih sempurna dan lebih mulia daripada
Al-Qur'an. Terlebih lagi para pendahulu (nenek moyang) mereka yang telah mati
di masa Jahiliah tidak pernah terjangkau oleh suatu kitab pun dan tidak pernah
datang kepada mereka seorang pemberi peringatan pun. Maka sudah sepantasnyalah
mereka menerima nikmat yang dianugerahkan oleh Allah ini, yaitu dengan menerima
Al-Qur'an dan mensyukurinya serta memahami dan mengamalkan apa yang terkandung
di dalamnya sepanjang siang dan malam hari. Seperti yang telah dilakukan oleh
orang-orang cendekiawan dari kalangan mereka yang telah masuk Islam dan
mengikuti Rasulullah Saw. serta beliau merasa rela kepada mereka.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah mereka
tidak memperhatikan perkataan (Kami). (Al Mu’minun: 68) Kalau begitu, demi
Allah, mereka pasti menemukan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang dapat mengekang
mereka dari perbuatan maksiat terhadap Allah, seandainya mereka mau merenungi
dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, ternyata mereka
hanya mengambil hal-hal yang syubhat sehingga pada akhirnya mereka binasa.
Kemudian Allah berfirman mengingkari sikap orang-orang kafir dari kalangan
Quraisy:
{أَمْ
لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ}
Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka
memungkirinya? (Al Mu’minun: 69)
Yakni apakah mereka tidak mengenal Muhammad dan kejujuran, amanah dan
kepribadiannya yang terbaca oleh mereka. Dengan kata lain, apakah mereka mampu
mengingkari kenyataan tersebut dan bersikap tidak mau tahu terhadapnya? Karena
itulah Ja'far ibnu Abu Talib r.a. berkata kepada Raja Najasyi (raja negeri
Habsyah), "Hai Raja, sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul
yang telah kami kenal nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya." Hal yang senada
telah dikatakan pula oleh Al-Mugirah ibnu Syu'bah kepada wakil Kisra Persia saat
dia menantang mereka untuk perang tanding. Hal yang sama telah dikatakan oleh
Abu Sufyan Sakhr ibnu Harb kepada Raja Romawi Heraklius, saat kaisar Romawi
menanyakan kepadanya dan kepada teman-temannya tentang sifat-sifat Nabi Saw.,
nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya. Padahal saat itu ia dan kawan-kawannya
masih kafir dan belum masuk Islam, tetapi ia tidak mengatakan kecuali hanya
kebenaran belaka; hal ini menunjukkan bahwa mereka mengakui beliau mempunyai
sifat-sifat yang terpuji itu.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَمْ
يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ}
Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada
penyakit gila.” (Al Mu’minun: 70)
Ayat ini menyitir tentang perkataan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw.
bahwa ia membuat-buat Al-Qur'an, yakni membuatnya sendiri; atau ia berpenyakit
gila yang menyebabkannya tidak mengetahui apa yang dikatakannya sendiri. Allah
menceritakan pula perihal mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya,
padahal mereka mengetahui (menyadari) kebatilan dari apa yang mereka katakan
terhadap Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu merupakan Kalamullah
yang datang kepada mereka dan mereka tidak mampu dan tidak kuat
menandinginya. Sesungguhnya Allah telah menantang mereka dan seluruh penduduk
bumi untuk mendatangkan hal yang semisal Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti
mereka tidak akan mampu untuk selama-lamanya. Karena itulah disebutkan oleh
firman-Nya:
{بَلْ
جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ}
Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan
mereka benci kepada kebenaran itu. (Al Mu’minun-70)
Dapat diinterpretasikan bahwa kalimat ini merupakan kata keterangan keadaan,
yang artinya 'sedangkan kebanyakan mereka tidak menyukai perkara yang hak'.
Dapat pula diartikan sebagai kalimat berita atau kalimat baru. Hanya Allah-Iah
Yang Maha Mengetahui.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi pernah bersua
dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah
kamu!" Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya engkau menyeruku kepada suatu
perkara yang tidak aku sukai." Maka Nabi Saw. bersabda, "Sekalipun kamu tidak
menyukainya."
Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan lelaki
lainnya, kemudian beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu", maka
temperamen lelaki itu naik dan timbul sikap sombongnya, lalu Nabi Saw. bertanya
kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu, jika kamu berada di jalan yang jelek dan
banyak rintangannya, lalu kamu bersua dengan seseorang yang kamu kenal dan kamu
ketahui nasabnya. Kemudian orang itu mengajakmu ke jalan yang luas lagi mudah
ditempuh, apakah kamu mau mengikutinya?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi
Saw. bersabda, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman
kekuasaan-Nya, sesungguhnya kamu berada di jalan yang lebih buruk daripada jalan
itu seandainya kamu berada padanya. Dan sesungguhnya aku sekarang mengajakmu ke
jalan yang lebih mudah dari itu sekiranya kamu mau menurutiku."
Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan seorang
lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!". Maka
lelaki itu menjadi sombong, kemudian Nabi Saw. bersabda kepadanya,
"Bagaimanakah menurutmu jika kamu mempunyai dua orang pelayan yang salah
seorangnya bila berbicara kepadamu, maka ia menepatinya kepadamu; dan jika kamu
beri dia amanat, maka dia menunaikannya kepadamu; apakah dia kamu sukai? Ataukah
pelayan lainnya yang apabila berbicara kepadamu, ia dusta kepadamu; dan apabila
kamu percayai dia, maka ia khianat kepadamu?" Lelaki itu menjawab, "Tidak.
Bahkan yang kusukai adalah pelayanku yang apabila berbicara kepadaku, maka ia
menepatinya; dan apabila aku beri dia amanat, maka ia menunaikannya kepadaku."
Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula keadaan kalian di sisi Tuhan
Kalian."
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَوِ
اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ
فِيهِنَّ}
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit
dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. (Al Mu’minun: 71)
Mujahid dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan
al-haq ialah Allah Swt.
Dan makna yang dimaksud ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa
nafsu mereka dan mensyariatkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan
mereka.
{لَفَسَدَتِ
السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ}
pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya
(Al-Mu’minun: 71)
Yakni binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda,
seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya menyitir kata-kata
mereka:
{لَوْلا
نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ}
Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah
satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini. (Az-Zukhruf: 31)
Kemudian dijawab oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:
{أَهُمْ
يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ}
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32)
Dan firman Allah Swt.:
{قُلْ
لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ
الإنْفَاقِ وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا}
Katakanlah, "Kalau seandainya kalian menguasai perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya.”
(Al-Isra: 100), hingga akhir ayat.
{أَمْ
لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ
نَقِيرًا}
Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)?
Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (Kebajikan)
kepada manusia. (An-Nisa: 53)
Dalam hal ini jelas terkandung pengertian yang menerangkan tentang
ketidakmampuan manusia, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu mereka. Dan
bahwa hanya Allah sajalah Yang Mahasempurna dalam semua sifat, ucapan,
perbuatan, syariat, takdir, dan pengaturan terhadap makhluk-Nya. Mahasuci Allah,
tiada Tuhan selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Karena itulah disebutkan dalam
firman selanjutnya:
{بَلْ
أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ}
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka.
(Al Mu’minun: 71)
Yang dimaksud dengan kebanggaan mereka adalah Al-Qur'an.
{فَهُمْ
عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ}
tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Al Mu’minun: 71)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{أَمْ
تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا}
Atau kamu meminta upah kepada mereka? (Al Mu’minun: 72)
Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan kharjan ialah upah.
Sedangkan menurut Qatadah yaitu imbalan.
{فَخَرَاجُ
رَبِّكَ خَيْرٌ}
maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik. (Al Mu’minun: 72)
Yakni kamu tidak meminta suatu upah pun dari mereka, tidak pula suatu imbalan
pun atau sesuatu yang lain sebagai balasan dari dakwahmu kepada mereka yang
menyeru mereka kepada petunjuk. Bahkan engkau-hanya mengharapkan imbalan dari
Allah semata atas hal tersebut, yaitu pahala yang berlimpah dari-Nya. Seperti
yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
{قُلْ
مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى
اللَّهِ}
Katakanlah, "Upah apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk
kalian. Upahku hanyalah dari Allah.” (Saba: 47)
{قُلْ
مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُتَكَلِّفِينَ}
Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian atas
dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” (Shad:
86)
{قُلْ
لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي
الْقُرْبَى}
Katakanlah, "Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku
kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23)
Dan firman Allah Swt.:
{وَجَاءَ
مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا
الْمُرْسَلِينَ اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ
مُهْتَدُونَ}
Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An-Najjar)
dengan bergegas-gegas ia berkata, "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu,
ikutilah orang yang tiada minta balasan kepada kalian.” (Yasin: 20-21)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَإِنَّكَ
لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ}
Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.
Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat
benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mu’minun: 73-74)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an,
dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. dalam mimpinya
kedatangan dua malaikat. Salah seorangnya duduk di sebelah kedua kakinya,
sedangkan yang lain duduk di dekat kepalanya. Berkatalah malaikat yang ada di
dekat kedua kakinya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Buatlah
perumpamaan bagi orang ini dan umatnya." Maka ia menjawab, "Sesungguhnya
perumpamaan orang ini dan umatnya sama dengan suatu kaum yang sedang melakukan
perjalanan. Mereka sampai di sebuah padang pasir yang luas, sementara itu tiada
bekal lagi yang tersisa pada mereka untuk menempuh padang pasir tersebut, tidak
ada pula bekal untuk pulangnya. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian,
tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang lelaki yang berpakaian hibarah.
Lalu lelaki itu berkata, 'Bagaimanakah menurut kalian seandainya aku bawa
kalian ke sebuah taman yang berumput subur penuh dengan tanam-tanaman dan
telaga-telaga yang jernih airnya lagi menyegarkan, maukah kalian mengikutiku?'
Mereka menjawab, 'Ya'." Ia melanjutkan kisahnya, bahwa lalu lelaki itu membawa
mereka pergi menuju taman yang subur dan mempunyai mata air yang banyak lagi
jernih. Maka mereka makan dan minum darinya sehingga tubuh mereka menjadi segar
dan gemuk. Kemudian lelaki itu berkata kepada mereka, "Bukankah aku telah
menepati janjiku dan kalian telah berjanji kepadaku bahwa jika aku menuntun
kalian ke sebuah taman yang subur lagi mempunyai banyak mata air, maka kalian
akan mengikutiku?" Mereka menjawab, "Benar." Lelaki itu berkata, "Maka
sesungguhnya di depan kalian terdapat banyak taman yang lebih subur daripada ini
dan memiliki banyak telaga yang lebih berlimpah airnya daripada telaga ini, maka
ikutilah aku." Ia melanjutkan kisahnya, "Maka segolongan dari umatnya
mengatakan, 'Dia benar, demi Allah, kita harus mengikutinya.' Dan segolongan
lainnya mengatakan, 'Kami rela dengan ini dan kami akan menetapinya'."
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يُعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا يُونُسُ
بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ،
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ
عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي مُمْسِكٌ بِحَجْزِكُمْ: هَلُمَّ عَنِ
النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، وَتَغْلِبُونِي وَتُقَاحِمُونَ فِيهَا تَقَاحُم
الْفَرَاشَ وَالْجَنَادِبِ، فَأُوشِكُ أَنْ أُرْسِلَ حَجْزَكُمْ وَأَنَا فَرَطكم
عَلَى الْحَوْضِ، فَتَرِدُونَ عَلَيَّ مَعًا وَأَشْتَاتًا، أَعْرِفُكُمْ
بِسِيمَاكُمْ وَأَسْمَائِكُمْ، كَمَا يَعْرِفُ الرَّجُلُ الْغَرِيبَ مِنَ الْإِبِلِ
فِي إِبِلِهِ، فيُذْهَب بِكُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ، فَأُنَاشِدُ
فِيكُمْ رَبَّ الْعَالَمِينَ: أَيْ رَبِّ، قومي، أي رب أمتي فَيُقَالُ:
يَا مُحَمَّدُ، إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ، إِنَّهُمْ كَانُوا
يَمْشُونَ بَعْدَكَ الْقَهْقَرَى عَلَى أَعْقَابِهِمْ، فَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ
يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ شَاةً لَهَا ثُغَاءٌ، يُنَادِي: يَا
مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا. قَدْ بَلَّغْتُ،
وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ بَعِيرَا لَهُ
رُغَاء، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ (1)
شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَحْمِلُ فَرَسًا لَهَا حَمْحَمَةٌ، فَيُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ،
فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ
يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ سِقَاءً مِنْ أُدْمٍ، يُنَادِي: يَا
مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ: فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ
بَلَّغْتُ"
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan
kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami Hafs
ibnu Humaid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Umar ibnu Khattab r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku memegang
kendali kalian agar menjauh dari neraka, tetapi kalian mengalahkan aku; kalian
menyerbu neraka sebagaimana laron dan kupu-kupu (menyerbu cahaya lampu),
sehingga hampir saja aku melepaskan kendali kalian. Dan aku adalah pendahulu
kalian berada di pinggir telaga-(ku), lalu kalian datang kepadaku secara
berbarengan dan berpencar-pencar. Aku mengenal kalian berikut dengan tanda-tanda
dan nama-nama kalian, sebagaimana seseorang mengenali ternak unta sesat yang
bergabung ke dalam kumpulan ternaknya. Akan tetapi, kalian tidak terkendali lagi
ada yang pergi ke arah kanan dan ada yang pergi ke arah kiri. Maka aku memohon
kepada Tuhan semesta alam untuk kalian, "Wahai Tuhanku, kaumku, wahai Tuhanku,
(selamatkanlah) umatku!" Maka dikatakan, "Hai Muhammad, sesungguhnya kamu
tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sesudahmu. Sesungguhnya mereka
sesudah kamu tiada berjalan mundur ke belakang tumit mereka.” Sesungguhnya aku
benar-benar mengenal seseorang di antara kalian datang pada hari kiamat dengan
membawa seekor kambing yang mengembik seraya berseru, "Hai Muhammad, hai
Muhammad, (tolonglah aku).” Maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai
kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah
menyampaikan (risalahku).” Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal
seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa unta yang
mengeluarkan suara lenguhannya seraya berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad,
(tolonglah aku).” Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun
di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan
(risalahku).” Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di
antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik,
lalu ia berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka
kukatakan.”Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun 'di hadapan Allah (untuk
menolongmu), sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku)." Dan
sesungguhnya aku benar benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang
pada hari kiamat dengan membawa dirigen air minum terbuat dari kulit seraya
berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan,
"Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah
menyampaikan (risalahku).”
Ali ibnul Madini mengatakan bahwa sanad hadis ini tiada lain karena Hafs ibnu
Humaid adalah seorang yang majhul (tidak dikenal), saya tidak mengetahui
ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari
Al-Qummi.
Menurut saya, hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Asy'as ibni Ishaq dari
dia (Hafs ibnu Humaid). Yahya ibnu Mu'in mengatakan sehubungan dengannya, bahwa
dia adalah seorang saleh dan dinilai siqah oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu
Hibban.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّ
الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ
لَنَاكِبُونَ}
Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat
benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mu’minun: 74)
Yakni benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang dari jalan yang
lurus. Dikatakan oleh orang-orang Arab, "Nakaba Fulanun anit tariq (si
Fulan menyimpang dari jalan yang semestinya)," yakni bila ia menyimpang darinya
menuju ke jalur lain.
Firman Allah Swt.:
وَلَوْ
رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُونَ}
Andaikata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang
mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam
keterlaluan mereka. (Al Mu’minun: 75)
Allah Swt. menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya, bahwa
seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan memberikan
pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak mau tunduk
kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan
keterlaluan mereka. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَلَوْ
عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا
وَهُمْ مُعْرِضُونَ}
Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah
menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat
mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan
diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23)
Dan firman Allah Swt.:
{وَلَوْ
تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا
نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا
كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ
وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا
نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ}
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke
neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan
tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman,
"(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi
(sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu
menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka
kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya
mereka itu adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan mengatakan
(pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita
sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 27-29)
Hal ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang
tidak akan terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat yang
diawali dengan kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi
selama-lamanya.