Tafsir Surat Asy-Syu'ara', ayat 146-152
{أَتُتْرَكُونَ
فِي مَا هَا هُنَا آمِنِينَ (146) فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ (147) وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ
طَلْعُهَا هَضِيمٌ (148) وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ (149)
فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (150) وَلا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ (151)
الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا يُصْلِحُونَ (152) }
Adakah kalian akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kalian ini)
dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan
pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. Dan kalian pahat sebagian dari
gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku; dan janganlah kalian menaati perintah orang-orang
yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan
perbaikan.”
Nabi Saleh berkata kepada mereka seraya menasehati dan memperingatkan mereka
akan siksaan Allah yang akan menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan
nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang
berlimpah, dan Allah menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi
mereka kebun-kebun, dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta
dikeluar-kan-Nyalah bagi mereka tanam-tanaman dan buah-buahan. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَنَخْلٍ
طَلْعُهَا هَضِيمٌ}
dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan Hadim
ialah mekar dan masak.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut.
(Asy-Syu'ara': 148) Yakni yang subur.
Ismail ibnu Abu Khalid telah meriwayatkan dari Amr ibnu Abu Amr —yang
menjumpai masa sahabat— dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yaitu
bila telah masak dan bergayutan; diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Abu
Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Saleh.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ala sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara':
148) Maksudnya, mayang kurma yang berekor (karena isinya yang banyak).
Mujahid mengatakan bahwa hadim ialah bila kering banyak buahnya
sehingga berserakan.
Ibnu Juraij mengatakan, ia pernah mendengar Abdul Karim mengatakan bahwa
telah menceritakan kepada kami Umayyah yang telah mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni saat
mayang tersebut muncul mengatup dan menutupi buahnya, maka buahnya yang masih
basah itu dinamakan hadim. Sedangkan kurma yang kering bila terkatup oleh
mayangnya, maka buahnya yang kering itu dinamakan hasyim.
Ikrimah mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa hadim artinya buah
kurma yang lembut. Ad-Dahhak mengatakan bahwa apabila tandan kurma banyak
buahnya sehingga buahnya sebagian di antaranya bertumpang tindih dengan sebagian
yang lain, maka dinamakan hadim. Murrah mengatakan bahwa hadim
ialah mayang kurma saat mekar dan kelihatan hijau (yakni subur buahnya).
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, hadim ialah buah kurma yang tidak ada
bijinya.
Abu Sakhr mengatakan, "Manakala engkau melihat mayang kurma mekar, lalu
engkau lihat buahnya bersusun-susun, maka itulah yang dinamakan
hadim.
*****
Firman Allah Swt.:
{وَتَنْحِتُونَ
مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ}
Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah
dengan rajin. (Asy-Syu'ara': 149)
Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa
farihin artinya dengan cerdik. Tetapi menurut riwayat lain yang juga
bersumber dari Ibnu Abbas, artinya tamak lagi jahat. Pendapat yang terakhir
inilah yang dipilih oleh Mujahid dan sejumlah ulama. Tidak ada pertentangan di
antara kedua pendapat tersebut, karena sesungguhnya mereka membuat rumah-rumah
pahatan di gunung-gunung itu dengan tujuan kesombongan, ketamakan, dan
main-main, bukan karena keperluan untuk tempat tinggal. Dan mereka adalah
Orang-orang yang ahli dalam hal pahat-memahat seperti yang dapat disaksikan dari
bekas peninggalan mereka. Karena itulah nabi mereka berkata kepada mereka:
{فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُونِ}
maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy-Syu'ara':
150)
Yaitu terimalah apa yang manfaatnya kembali kepada kalian di dunia dan di
akhirat ini, yaitu menyembah Tuhan kalian yang telah menciptakan dan memberi
rezeki kalian. Maksudnya, sembahlah Allah dan esakanlah Dia serta bertasbihlah
kepada-Nya setiap pagi dan petang.
{وَلا
تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ * الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ وَلا
يُصْلِحُونَ}
dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang
membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.
(Asy-Syu'ara': 151-152)
Yakni para pemimpin dan para pembesar mereka yang menyeru mereka untuk
berbuat kemusyrikan, kekufuran, dan menentang kebenaran.