Tafsir Surat Al-Ahzab, ayat 9-10
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا
وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ
وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ
الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَ (10) }
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan
nikmat Allah (yang telah dikaruniakan)
kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada
mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah
Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka
datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi
penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu
menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
Allah Swt. menceritakan tentang nikmat, karunia, dan kebaikan-Nya yang telah
Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Yaitu Dia telah mengusir
musuh-musuh mereka dan mengalahkan mereka yang telah bersekutu melawan pasukan
kaum muslim. Peristiwa ini terjadi dalam Perang Khandaq. Tepatnya perang ini
terjadi pada bulan Syawwal tahun lima Hijriah, menurut pendapat yang sahih lagi
terkenal.
Musa ibnu Uqbah dan lain-lainnya mengatakan, perang ini terjadi pada tahun
keempat Hijriah. Penyebab terbentuknya pasukan Ahzab (golongan yang bersekutu)
ialah segolongan orang dari kalangan orang yang terpandang Yahudi Bani Nadir,
yaitu mereka yang telah diusir oleh Rasulullah Saw. dari Madinah ke tanah
Khaibar, yang antara lain ialah Salam ibnu Abdul Haqiq, Salam ibnu Misykum, dan
Kinanah ibnu Rabi'. Mereka berangkat ke Mekah, lalu berkumpul dengan para
pembesar Gjuraisy, kemudian membujuk kaum Quraisy untuk memerangi Nabi Saw., dan
mereka menjanjikan kepada kaum Quraisy akan membantu dan menolong kaum Quraisy
untuk melancarkan tujuan ini. Maka orang-orang Quraisy menyetujui usul mereka
itu.
Kemudian segolongan orang-orang Yahudi itu berangkat menemui kabilah Gatafan
dan menyeru mereka untuk bergabung. Akhirnya kabilah Gatafan memenuhi seruan
mereka.
Maka orang-orang Quraisy berangkat dengan pasukan yang terdiri dari
orang-orang Habsyah dan para pengikutnya. Panglima mereka adalah Abu Sufyan
alias Sakhr ibnu Harb, sedangkan yang menjadi panglima orang-orang Gatafan
adalah Uyaynah ibnu Hisn ibnu Badr. Jumlah keseluruhan pasukan golongan yang
bersekutu hampir mencapai sepuluh ribu personel.
Ketika Rasulullah Saw. mendengar perjalanan mereka menuju ke Madinah, maka
Rasulullah Saw. memerintahkan kepada kaum muslim untuk menggali parit di sekitar
kota Madinah yang berada di sebelah timurnya. Demikian itu dilakukan berdasarkan
saran dari sahabat Salman Al-Farisi r.a.
Kaum muslim bekerja keras menggali parit itu dengan mengerahkan seluruh
kemampuan dan kekuatan mereka. Rasulullah Saw. sendiri ikut menggali dan
memindahkan tanah. Di dalam peristiwa penggalian tanah tersebut terjadi
mukjizat-mukjizat yang jelas dan dalil-dalil yang terang.
Kaum musyrik tiba dan mereka turun bermarkas di sebelah timur kota Madinah
dekat bukit Uhud. Sebagian dari mereka bermarkas di dataran tinggi Madinah,
sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِذْ
جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ}
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu.
(Al-Ahzab: 10)
Rasulullah Saw. keluar bersama pasukan kaum muslim yang jumlah mereka kurang
lebih tiga ribu personel; menurut pendapat lain hanya tujuh ratus personel. Lalu
mereka menyandarkan punggung mereka ke lereng bukit, sedangkan wajah mereka
menghadap ke arah musuh. Dan parit yang tidak ada airnya itu menghalang-halangi
antara pasukan kaum muslim dan pasukan kaum musyrik yang bersekutu dengan para
pembantunya. Pinggiran parit yang berada di pihak kaum muslim dipenuhi oleh
pasukan berkuda dan pasukan jalan kaki kaum muslim, sehingga menghalang-halangi
penyerbuan pasukan kaum musyrik. Nabi Saw. meletakkan kaum wanita dan anak-anak
di puncak kota Madinah.
Bani Quraizah adalah segolongan orang-orang Yahudi, mereka memiliki benteng
sendiri yang terletak di sebelah timur kota Madinah. Mereka terikat perjanjian
perdamaian dengan Nabi Saw. dan berada di dalam jaminan keamanan Nabi Saw.
Jumlah mereka kurang lebih delapan ratus orang personel.
Akan tetapi, datang menemui mereka Huyay ibnu Akhtab An-Nadri yang
terus-menerus membujuk mereka agar melanggar perjanjian mereka dengan Nabi Saw.,
dan pada akhirnya mereka setuju untuk merusak perjanjian tersebut, lalu mereka
bergabung dengan sekutu untuk memerangi Rasulullah Saw.
Keadaan tersebut membuat posisi kaum muslim makin gawat dan sangat terjepit,
seperti yang disebutkan Allah Swt. melalui firman-Nya:
{هُنَالِكَ
ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا}
Di situlah diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya)
dengan guncangan yang sangat. (Al-Ahzab: 11)
Golongan yang bersekutu itu mengepung Nabi Saw. dan para sahabatnya selama
kurang lebih satu bulan, hanya saja mereka masih belum dapat menembus benteng
parit kaum muslim, dan di antara kedua belah pihak belum terjadi kontak senjata.
Terkecuali Amr ibnu Abdu Wadd Al-Amiri, dia adalah seorang pendekar penunggang
kuda yang terkenal sejak zaman Jahiliah. Dia bersama sejumlah pasukan berkuda
meloncati parit itu hingga sampai di bagian posisi pasukan kaum muslim.
Maka Rasulullah Saw. menyerukan kepada pasukan berkuda kaum muslim untuk
menghadapinya. Tetapi dilaporkan kepada beliau bahwa tiada seorang pun dari
pasukan kaum muslim yang berani menandinginya. Maka Rasulullah Saw.
memerintahkan kepada sahabat Ali r.a. untuk menghadapinya. Lalu Ali r.a. keluar
menandinginya, keduanya terlibat dalam pertempuran selama sesaat, dan pada
akhirnya sahabat Ali r.a. berhasil membunuhnya. Peristiwa ini merupakan pertanda
akan datangnya pertolongan dari Allah dan kemenangan.
Kemudian Allah Swt. mengirimkan kepada pasukan bersekutu angin yang kencang,
kuat, lagi dingin, sehingga tiada suatu kemah pun dan tiada sesuatu pun dari
peralatan mereka yang tersisa. Mereka tidak dapat menyalakan api dan tiada
tempat lagi bagi mereka, sehingga pada akhirnya mereka pulang dalam keadaan
kecewa dan merugi. Hal ini diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا}
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah
dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami
kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu lihat.
(Al-Ahzab: 9)
Mujahid mengatakan bahwa angin topan tersebut adalah angin saba (angin yang
sangat dingin lagi keras tiupannya). Pengertian ini diperkuat oleh hadis Nabi
Saw. yang mengatakan:
"نُصِرْتُ
بِالصَّبَا، وَأُهْلِكَتْ عَادٌ بِالدَّبُورِ"
Aku diberi pertolongan melalui angin saba, dan kaum 'Ad dibinasakan
melalui angin dabur (puyuh).
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnul Mus'anna,
telah menceritakan kepada kami Abdul A' la, telah menceritakan kepada kami Daud,
dari Ikrimah yang mengatakan bahwa angin selatan berkata kepada angin utara di
malam pasukan bersekutu menyerang Rasulullah Saw., "Marilah kita pergi untuk
menolong Rasulullah Saw." Maka angin utara yang berhawa panas menjawab,
"Sesungguhnya hawa panas tidak dapat mengalir di malam hari." Ikrimah
melanjutkan kisahnya bahwa pada akhirnya angin selatan atau angin saba-lah yang
dikirimkan kepada mereka.
Imam Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Abu Sa'id
Al-Asyaj, dari Hafs ibnu Gayyas, dari Daud, dari Ikrimah , dari Ibnu Abbas
r.a.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ubaidillah ibnu
Umar, dari Nafi', dari Abdullah ibnu Umar r.a. yang menceritakan bahwa Usman
ibnu Mazun r.a. paman dari pihak ibunya pernah menyuruhnya pergi ke Madinah di
malam Perang Khandaq saat cuaca malam sangat dingin dan anginnya yang sangat
kencang, seraya berpesan, "Datangkanlah makanan dan kain selimut buat kami (yang
ada di perbatasan parit)." Perawi (Abdullah ibnu Umar) melanjutkan kisahnya,
bahwa lalu ia meminta izin untuk menemui Rasulullah Saw., dan ia diberi izin
untuk menemuinya. Rasulullah Saw. bersabda, "Siapa pun yang kamu jumpai dari
kalangan sahabatku, perintahkanlah kepada mereka untuk kembali ke Madinah."
Maka aku (Abdullah ibnu Umar) pergi, sedangkan angin saat itu menyapu segala
sesuatu; dan tiada seorang pun yang aku jumpai, melainkan aku perintahkan agar
dia kembali kepada Nabi Saw. Maka tiada seorang pun dari mereka yang disampaikan
kepadanya perintah itu, melainkan ia langsung kembali tanpa menolehkan wajahnya.
Saat itu aku membawa sebuah tameng milikku, dan angin kencang menerpainya
sehingga membuatnya memukuli diriku. Sedangkan pada tameng itu terdapat bagian
dari besinya; ketika angin menerpanya dengan kuat, besi itu mengenai telapak
tanganku dan tameng itu jatuh dari tanganku ke tempat yang cukup jauh.
***********
Firman Allah Swt.:
{وَجُنُودًا
لَمْ تَرَوْهَا}
dan tentara yang kamu tidak dapat melihatnya. (Al-Ahzab: 9)
Mereka adalah para malaikat yang turun mengguncangkan hati mereka dan
melemparkan ke dalam hati mereka rasa takut dan ngeri, sehingga tiap-tiap
pemimpin kabilah dari pasukan bersekutu berkata, "Hai Bani Fulan, berkumpullah
dekatku," lalu mereka berkumpul dan ia mengatakan, "Tolong, tolong," karena
Allah Swt. telah melemparkan rasa takut ke dalam hati mereka.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ziad, dari Muhammad
ibnu Ka'b Al-Qurazi yang menceritakan bahwa seorang pemuda dari Kufah pernah
bertanya kepada Huzaifah ibnul Yaman r.a., "Hai Abu Abdullah, engkau telah
melihat dan menemui Rasulullah." Huzaifah menjawab, "Ya benar, hai anak
saudaraku."
Pemuda itu bertanya, "Lalu apakah yang kamu lakukan?" Huzaifah menjawab,
"Demi Allah, sesungguhnya kami benar-benar telah mengerahkan segala kemampuan
kami." Pemuda itu berkata, "Demi Allah, seandainya kami masih sempat menjumpai
beliau, tentulah kami tidak akan membiarkan beliau berjalan di atas tanah, dan
tentulah kami memanggulnya di atas pundak kami."
Huzaifah ibnul Yaman r.a. berkata, "Hai anak saudaraku, demi Allah,
seandainya engkau menyaksikan keadaan kami bersama Rasulullah Saw. dalam Perang
Khandaq (niscaya engkau akan menyaksikan betapa pengorbanan kami), yaitu pada
saat Rasulullah Saw. mengerjakan salat di sebagian malam itu, kemudian beliau
berpaling dan bersabda:
"مَنْ
رَجُلٌ يَقُومُ فَيَنْظُرُ لَنَا مَا فَعَلَ الْقَوْمُ؟ -يَشْرُطُ لَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَرْجِعُ -أَدْخَلَهُ اللَّهُ
الْجَنَّةَ".
'Siapakah lelaki yang mau pergi untuk melihat apa yang dilakukan oleh
musuh, sebagai mata-mata kami —dan Nabi Saw. mensyaratkan hendaknya orang
tersebut dapat kembali dengan selamat— maka Allah akan memasukkannya ke dalam
surga'.”
Huzaifah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa tiada seorang lelaki pun yang
berdiri, kemudian Rasulullah Saw. salat lagi di sebagian malam itu. Setelah
selesai, beliau berpaling ke arah kami dan mengucapkan sabda yang semisal, dan
ternyata tiada seorang lelaki pun yang menyambut seruannya. Kemudian Rasulullah
Saw. salat lagi di sebagian malam itu, dan setelah salat beliau berpaling ke
arah kami seraya bersabda:
"مَنْ
رَجُلٌ يَقُومُ فَيَنْظُرُ لَنَا مَا فَعَلَ الْقَوْمُ ثُمَّ يَرْجِعُ -يَشْتَرِطُ
لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجْعَةَ -أَسْأَلُ
اللَّهَ أَنْ يَكُونَ رَفِيقِي فِي الْجَنَّةِ"
Siapakah lelaki yang sanggup pergi untuk kepentingan kita guna melihat apa
yang dilakukan oleh musuh kita, lalu ia kembali lagi —Rasulullah Saw.
mensyaratkan hendaknya orang tersebut kembali dengan selamat kepadanya— maka
aku akan memohonkan kepada Allah semoga dia menjadi temanku di dalam
surga?
Ternyata tiada seorang lelaki pun yang berdiri menyambut imbauannya, karena
kami semua dicekam oleh rasa takut yang sangat, perut kami sangat lapar, dan
cuaca sangat dingin.
Setelah Rasulullah Saw. melihat bahwa tiada seorang pun yang menyambut
seruannya, maka beliau Saw. memanggilku, sehingga tiada jalan lain bagiku
kecuali bangkit menuju kepadanya saat ia memanggilku. Beliau Saw. bersabda:
"يَا
حُذَيْفَةُ، اذْهَبْ فَادْخُلْ فِي الْقَوْمِ فَانْظُرْ مَا يَفْعَلُونَ، وَلَا
تُحْدثَنّ شَيْئًا حَتَّى تَأْتِيَنَا"
Hai Huzaifah, pergilah dan masuklah ke dalam markas musuh, lalu lihatlah
apa yang dilakukan oleh mereka, tetapi jangan sekali-kali engkau melakukan suatu
tindakan apa pun hingga engkau kembali kepada kami.
Huzaifah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia pergi dan memasuki markas musuh,
sedangkan angin dan tentara Allah Swt. sedang mengerjai mereka dengan
sebenarnya, sehingga membuat mereka tidak mempunyai suatu tempat berteduh pun
dan tiada api serta tiada perlindungan apa pun. Lalu Abu Sufyan bangkit dan
berkata, "Hai golongan kaum Quraisy, hendaklah tiap orang memeriksa teman
sekedudukannya" (karena malam gelap sekali).
Huzaifah melanjutkan kisahnya, bahwa ia memegang tangan seseorang yang ada di
sisinya, lalu bertanya, "Siapakah engkau?" Orang yang dipegangnya menjawab, "Aku
adalah si Fulan bin Fulan." Selanjutnya Abu Sufyan berkata lagi, "Hai golongan
orang-orang Quraisy, demi Allah, sesungguhnya kalian sekarang tidak mempunyai
lagi tempat untuk berlindung. Sesungguhnya semua kaki dan sepatu telah rusak,
dan Bani Quraisah telah berkhianat terhadap kita, kami mendapat berita yang
tidak kita sukai tentang mereka. Dan kita ditimpa oleh petaka angin ini seperti
yang kalian alami sendiri. Demi Allah, tiada suatu panci pun bagi kita yang
tersisa, dan tiada api pun yang dapat dinyalakan, serta tiada bangunan apa pun
bagi kita yang masih bertahan. Karena itu, berangkatlah kalian, karena
sesungguhnya aku sendiri akan pulang."
Lalu Abu Sufyan bangkit menuju tempat penambatan unta kendaraannya yang
terikat. Abu Sufyan menaiki unta kendaraannya dan memukulnya, lalu unta itu
bangkit menjebol pasak tambatannya dan langsung berlari. Seandainya saja aku
belum berjanji kepada Rasulullah Saw. yang memerintahkan diriku agar jangan
melakukan suatu tindakan apa pun sebelum kembali kepada beliau, tentu aku dapat
membunuh Abu Sufyan dengan anak panahku seandainya aku mau.
Huzaifah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia kembali kepada Rasulullah
Saw. yang saat itu sedang dalam keadaan berdiri mengerjakan salat beralaskan
kain sari salah seorang istri beliau. Ketika Rasulullah Saw. melihatku, maka
beliau langsung memasukkan diriku di antara kedua kakinya dan melemparkan ujung
kain sari itu menutupi diriku. Lalu beliau sujud, sedangkan saya tertutupi oleh
kain itu. Setelah beliau salam dan menyelesaikan salatnya, maka kuceritakan
kepadanya apa yang telah kulihat.
Kabilah Gatafan mendengar apa yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy, maka
mereka pun bersiap-siap untuk pulang ke kampung halaman mereka.
وَقَدْ
رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ مِنْ حَدِيثِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ
التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: لَوْ أدركتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قاتلتُ مَعَهُ وأبليتُ. فَقَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ:
أَنْتَ كنتَ تَفْعَلُ ذَلِكَ؟ لَقَدْ رَأيتُنا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْأَحْزَابِ فِي لَيْلَةٍ ذَاتِ رِيحٍ شَدِيدَةٍ
وقُرّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا رَجُلٌ
يَأْتِي بِخَبَرِ الْقَوْمِ، يَكُونُ مَعِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ ". فَلَمْ
يُجِبْهُ مِنَّا أَحَدٌ، ثُمَّ الثَّانِيَةُ، ثُمَّ الثَّالِثَةُ مِثْلُهُ. ثُمَّ
قَالَ: "يَا حُذَيْفَةُ، قُمْ فَأْتِنَا بِخَبَرٍ مِنَ الْقَوْمِ". فَلَمْ أَجِدْ
بدَّا إِذْ دَعَانِي بِاسْمِي أَنْ أَقُومَ، فَقَالَ: "ائْتِنِي بِخَبَرِ
الْقَوْمِ، وَلَا تَذْعَرْهم عَلَيّ". قَالَ: فَمَضَيْتُ كَأَنَّمَا أَمْشِي فِي
حَمام حَتَّى أَتَيْتُهُمْ، فَإِذَا أَبُو سُفْيَانَ يَصْلَى ظَهْرَهُ بِالنَّارِ،
فَوَضَعْتُ سَهْمًا فِي كَبِد قَوْسِي، وَأَرَدْتُ أَنْ أرميَه، ثُمَّ ذكرتُ قولَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَذْعَرْهم عَلَيَّ"،
وَلَوْ رَمَيْته لَأَصَبْتُهُ. قَالَ: فَرَجَعْتُ كَأَنَّمَا أَمْشِي فِي حَمّام،
فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ أَصَابَنِي
الْبَرْدُ حِينَ فَرَغتُ وقُررْتُ فأخبرتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، وَأَلْبَسَنِي مِنْ فَضْلٍ عَبَاءَة كَانَتْ عَلَيْهِ يُصَلِّي فِيهَا،
فَلَمْ أَزَلْ نَائِمًا حَتَّى الصُّبْحَ، فَلَمَّا أَنْ أَصْبَحَتُ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "قُمْ يَا نَوْمَانُ
Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Al-A'masy,
dari Ibrahim At-Taimi, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ketika kami berada
di rumah Huzaifah ibnul Yaman r.a. ada seorang lelaki berkata, "Seandainya aku
menjumpai masa Rasulullah Saw., tentu aku akan berperang bersamanya dan aku akan
beroleh kemenangan." Huzaifah berkata kepada lelaki itu, bahwa apakah engkau
akan melakukan hal tersebut? Sesungguhnya kami bersama Rasulullah Saw. di malam
Perang Ahzab yang cuacanya saat itu dingin dan angin yang sangat keras. Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Adakah seorang lelaki yang mau mendatangkan berita
musuh, kelak ia akan bersamaku di hari kiamat? Tiada seorang pun dari kami
yang menjawab, lalu beliau Saw. mengulangi lagi sabdanya untuk kedua kalinya,
dan sampai yang ketiga kalinya, kemudian beliau bersabda: Hai Huzaifah,
berangkatlah kamu dan datangkanlah kepada kami berita tentang musuh kita.
Maka tiada jalan lain bagiku, melainkan harus berangkat karena beliau Saw.
menyebut namaku. Aku bangkit menuju ke arah beliau dan beliau berpesan:
Datangkanlah kepadaku berita tentang musuh, dan janganlah kamu membuat mereka
terkejut dengan kehadiranku. Maka aku berangkat dengan jalan kaki
seakan-akan aku sedang berjalan di pemandian air panas, hingga sampailah aku ke
tempat mereka, dan ternyata kujumpai Abu Sufyan sedang mendiangkan punggungnya
ke api. Lalu aku letakkan anak panah pada busurku dengan maksud akan
menembaknya, tetapi aku teringat pesan Rasulullah Saw. yang mengatakan,
"Janganlah engkau kejutkan mereka karena aku," seandainya kulempar dia
dengan anak panahku, pasti mengenainya. Setelah itu aku kembali seakan-akan aku
sedang berjalan di pemandian air panas, dan aku langsung menghadap kepada
Rasulullah Saw. Setelah sampai di tempat Rasulullah Saw., tubuhku kedinginan.
Maka kuceritakan kepada Rasulullah Saw. segala sesuatunya dan beliau menyelimuti
diriku dengan kain 'abayah yang biasa beliau pakai untuk hamparan salat.
Aku langsung istirahat tidur hingga pagi hari. Ketika hari sudah pagi,
Rasulullah Saw. bersabda, "Bangunlah, hai orang yang banyak tidur!"
Yunus ibnu Bukair meriwayatkannya melalui Hisyam Ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu
Aslam yang menceritakan bahwa seorang lelaki berkata kepada Huzaifah r.a., "Kami
mengadu kepada Allah Swt. tentang kalian yang sempat menjadi sahabat Rasulullah
Saw. Sesungguhnya kalian menjumpainya, sedangkan kami tidak menjumpainya. Dan
kalian melihatnya, sedangkan kami tidak melihatnya." Huzaifah r.a. menjawab,
bahwa kami pun mengadu kepada Allah tentang keimanan kalian kepada Rasulullah
Saw., padahal kalian belum pernah melihatnya. Demi Allah, hai anak saudaraku,
sekiranya engkau menjumpai Rasulullah Saw. kami tidak mengetahui apa yang bakal
kalian lakukan. Sesungguhnya kami bersama Rasulullah Saw. di malam Perang
Khandaq dalam cuaca yang sangat dingin lagi hujan deras. Kisah selanjutnya sama
dengan hadis yang sebelumnya.
Bilal ibnu Yahya Al-Absi telah meriwayatkan dari Huzaifah r.a. hal yang
semisal dengan hadis di atas.
Imam Hakim dan Imam Baihaqi di dalam kitab Dalail-nya telah
mengetengahkan melalui hadis Ikrimah ibnu Ammar, dari Muhammad ibnu Abdullah
Ad-Du'ali, dari Abdul Aziz (anak lelaki saudara Huzaifah r.a.) yang menceritakan
kisah peperangan mereka para sahabat bersama dengan Rasulullah Saw.
Kemudian orang-orang yang ada di majelisnya berkata, "Demi Allah, seandainya
kami ikut dalam peristiwa tersebut, tentulah kami akan berjuang dan terus
berjuang." Maka Huzaifah r.a. berkata, "Janganlah kalian mengharapkan hal
tersebut, sesungguhnya kami pernah mengalami malam hari Perang Ahzab, saat itu
kami dalam keadaan siaga berbaris dengan duduk. Abu Sufyan berikut dengan
golongan yang bersekutu; posisi mereka berada di atas kami, sedangkan Bani
Quraizah berada di bagian bawah kami mengancam keselamatan kaum wanita dan
anak-anak kami.
Kami belum pernah mengalami malam yang lebih gelap daripada malam itu, dan
belum pernah ada angin yang bertiup sekeras malam itu yang suaranya seperti
suara guntur. Cuaca saat itu gelap gulita, tiada seorang pun di antara kami yang
dapat melihat ujung jarinya karena pekatnya malam yang sangat gelap.
Maka orang-orang munafik yang ada dalam barisan kaum muslim meminta izin
kepada Nabi Saw. seraya mengatakan, "Sesungguhnya rumah-rumah kami adalah aurat
(tidak ada pertahanannya)," Padahal rumah-rumah mereka bukanlah aurat. Pada
waktu itu tiada seorang pun yang meminta izin kepada Nabi Saw., melainkan Nabi
Saw. memberinya izin (untuk meninggalkan posisi mereka). Dan ada sebagian dari
mereka yang tidak meminta izin dahulu, melainkan pergi dengan diam-diam
meninggalkan medan perang.
Tinggallah kami yang ada di medan perang, jumlah kami kurang lebih ada tiga
ratus orang. Tiba-tiba Rasulullah Saw. memeriksa barisan kami seorang demi
seorang, hingga sampailah pada giliranku. Saat itu aku tidak mempunyai tameng
untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, tidak pula mempunyai kain
pelindung dari dinginnya cuaca dan angin yang keras selain dari kain sari milik
istriku yang panjangnya tidak mencapai kedua lututku.
Nabi Saw. mendatangiku yang saat itu aku sedang duduk bersideku di atas kedua
lututku karena kedinginan. Beliau bertanya, "Siapa kamu?" Aku menjawab,
"Huzaifah."
Rasulullah Saw. memanggil, "Hai Huzaifah!" Saat itu bumi terasa sempit
bagiku, dan aku menjawab dengan jawaban yang enggan karena tidak mau berdiri,
"Ya, wahai Rasulullah," dan aku terpaksa berdiri.
Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya di kalangan musuh telah terjadi
sesuatu, maka cari tahulah kamu tentang berita mereka dan ceritakanlah
kepadaku."
Aku adalah orang yang paling gentar dan paling kedinginan saat itu. Akhirnya
karena diperintah, terpaksa aku berangkat. Dan Rasulullah Saw. berdoa
untukku:
"اللَّهُمَّ،
احْفَظْهُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمَنْ خَلْفِهِ، وَعَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ
شِمَالِهِ، وَمِنْ فَوْقِهِ وَمِنْ تَحْتِهِ".
Ya Allah, peliharalah dia dari arah depannya, dari arah belakangnya, dari
arah kanannya, dari arah kirinya, dari arah atasnya, dan dari arah
bawahnya.
Demi Allah, sesudah itu tiada rasa gentar dan tiada rasa dingin yang tadinya
mengendap di dalam diriku melainkan semuanya hilang saat itu juga, dan aku tidak
merasakan apa-apa lagi. Setelah aku berpaling, Rasulullah Saw. berpesan:
"يَا
حُذَيْفَةُ، لَا تُحدثَنّ فِي الْقَوْمِ شَيْئًا حَتَّى
تَأْتِيَنِي".
Hai Huzaifah, jangan sekali-kali kamu melakukan suatu tindakan apa pun di
kalangan musuh hingga kamu kembali kepadaku!
Aku berangkat hingga ketika telah berada di dekat markas musuh aku melihat
ada cahaya api yang sedang dinyalakan oleh mereka. Tiba-tiba aku melihat seorang
lelaki yang hitam lagi tinggi besar sedang memanaskan tangannya di atas nyala
api, lalu mengusap-usapkannya ke pinggangnya. Ia mengatakan, "Mari kita pulang,
mari kita pulang."
Ketika itu aku belum mengenal Abu Sufyan, dan aku mencabut anak panahku yang
berbulu putih dari wadahnya, lalu kuletakkan di tengah busurku untuk kutembakkan
kepada lelaki tersebut yang kelihatan melalui cahaya api. Namun aku teringat
akan pesan Rasulullah Saw. yang mengatakan, "Jangan sekali-kali kamu
melakukan tindakan apa pun di kalangan mereka hingga kamu kembali
kepadaku."
Maka aku menahan diriku dan mengembalikan anak panah ke wadahnya, kemudian
kuberanikan diriku untuk masuk ke markas musuh. Tiba-tiba orang-orang yang
paling dekat denganku dari kalangan Bani Amir berkata, "Hai Bani Amir, mari kita
pulang, mari kita pulang, tidak ada lagi tempat tinggal bagi kita!"
Tiba-tiba angin besar hanya menerpa markas mereka tidak lebih dari itu barang
sejengkal pun. Demi Allah, aku benar-benar mendengar suara batu-batuan yang
tertiup angin besar itu menghantami kemah dan barang-barang mereka.
Kemudian aku kembali menuju tempat Nabi Saw. setelah perjalananku sampai di
pertengahan. Tiba-tiba aku bersua dengan sekelompok penunggang kuda yang jumlah
mereka kurang lebih dua puluh orang, wajah mereka semuanya tertutup, lalu mereka
berkata, "Beritahukanlah kepada temanmu (yakni Nabi Saw.) bahwa Allah Swt. telah
menghindarkan bahaya musuh darinya."
Aku kembali kepada Rasulullah Saw. yang saat itu sedang salat memakai kain
selimut. Demi Allah, begitu aku sampai di tempat, rasa dingin kembali menyerang
diriku sehingga aku menggigil.
Maka Rasulullah Saw. berisyarat kepadaku dengan tangannya, sedangkan beliau
tetap dalam salatnya. Lalu aku mendekat kepadanya, dan beliau berbagi selimut
dengannya. Rasulullah Saw. apabila mengalami suatu perkara yang berat, maka
beliau selalu salat. Lalu aku ceritakan kepadanya tentang berita musuh dan
kukatakan kepadanya bahwa aku meninggalkan mereka, sedangkan mereka dalam
keadaan bersiap-siap untuk pulang ke negeri mereka. Dan Allah menurunkan
firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah
(yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu
tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang
tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu
kerjakan. (Al-Ahzab: 9)
Imam Abu Daud di dalam kitab sunannya telah mengetengahkan sebagian dari
hadis ini, yaitu:
كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى
Adalah Rasulullah Saw. bila mengalami kesulitan yang berat, maka beliau
salat.
Ia riwayatkan hadis ini melalui jalur Ikrimah ibnu Ammar dengan sanad yang
sama.
**********
Firman Allah Swt.:
{إِذْ
جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ
أَسْفَلَ مِنْكُمْ}
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu.
(Al-Ahzab: 10)
Yang dimaksud dengan mereka adalah golongan yang bersekutu. Dalam keterangan
di atas telah disebutkan melalui riwayat Huzaifah bahwa mereka adalah Bani
Quraizah.
{وَإِذْ
زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ}
dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak
sampai ke tenggorokan. (Al-Ahzab: 10)
karena rasa takut yang berat dan gentar.
{وَتَظُنُّونَ
بِاللَّهِ الظُّنُونَا}
dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
(Al-Ahzab: 10)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian orang yang bersama Rasulullah Saw. ada
yang menduga bahwa kekalahan akan dialami oleh kaum mukmin dan Allah akan
melakukan hal tersebut.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.:
dan ketika tidak tetap lagi penglihatanmu, dan hatimu naik menyesak sampai ke
tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
(Al-Ahzab: 10) Kaum mukmin mempunyai berbagai prasangka, sedangkan kaum
munafik meramal, sehingga Mu'tib ibnu Qusyair saudara Bani Amr ibnu Auf (salah
seorang munafikin) mengatakan, "Muhammad pernah menjanjikan kepada kita bahwa
kita kelak akan memakan perbendaharaan Kisra dan Kaisar, padahal sekarang
seseorang di antara kita tidak mampu lagi untuk pergi ke tempat buang air
besarnya."
Al-Hasan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kamu
menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (Al-Ahzab: 10)
Purbasangka yang bermacam-macam; orang-orang munafik menyangka bahwa Muhammad
dan sahabat-sahabatnya pasti akan disikat habis. Sedangkan orang-orang mukmin
meyakini bahwa apa yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah benar,
dan bahwa Allah akan memenangkan Islam di atas semua agama lainnya, sekalipun
orang-orang musyrik tidak menyukainya.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَاصِمٍ الْأَنْصَارِيُّ،
حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ (ح) وَحَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ
الْعَقَدِيُّ، حَدَّثَنَا الزُّبَيْرُ -يَعْنِي: ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ، مَوْلَى
عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ -عَنْ ُرَتْيج بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قُلْنَا يَوْمَ الْخَنْدَقِ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ مِنْ شَيْءٍ نَقُولُ، فَقَدْ بَلَغَتِ الْقُلُوبُ
الْحَنَاجِرَ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَعَمْ، قُولُوا:
اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا، وَآمِنْ رَوْعاتنا". قَالَ: فَضَرَبَ وُجُوهَ
أَعْدَائِهِ بِالرِّيحِ، فَهَزَمَهُمْ بِالرِّيحِ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Asim
Al-Ansari, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, dan telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi, telah
menceritakan kepada kami Az-Zubair ibnu Abdullah maula Usman ibnu Affan r.a.,
dari Rabi' ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Sa'id, dari ayahnya, dari Abu Sa'id yang
menceritakan bahwa kami pada hari Perang Khandaq bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah ada sesuatu doa yang harus kami ucapkan, karena hati kami naik menyesak
sampai ke tenggorokan?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya ucapkanlah: Ya Allah,
tutupilah kelemahan kami dan tenangkanlah rasa takut kami.” Abu Sa'id r.a.
melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Allah memukul musuh-musuhnya dengan angin yang
keras dan mengalahkan mereka dengan angin itu.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal melalui Abu Amir
Al-Aqdi.