Tafsir Surat Ar-Rum, ayat 28-29
{ضَرَبَ
لَكُمْ مَثَلا مِنْ أَنْفُسِكُمْ هَلْ لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ
شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ تَخَافُونَهُمْ
كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (28)
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي
مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ (29) }
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari
dirimu sendiri. Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan
kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki)
rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam
(hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu
takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang
berakal. Tetapi orang-orang yang zalim mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan
Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun.
Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk kaum musyrik yang
menyembah selain Dia bersama-Nya dan yang menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya,
padahal mereka mengakui bahwa sekutu-sekutu yang terdiri dari berhala dan
tandingan-tandingan itu juga hamba-hamba Allah dan milik-Nya, seperti yang
tersirat dari ucapan mereka saat bertalbiyah, "Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu yang menjadi milik-Mu, sedangkan sekutu itu tidak memiliki." Untuk itu
Allah Swt. berfirman:
{ضَرَبَ
لَكُمْ مَثَلا مِنْ أَنْفُسِكُمْ}
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. (Ar-Rum:
28)
yang kalian saksikan sendiri dan kalian mengerti dari diri kalian
sendiri.
{هَلْ
لَكُمْ مِنْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ مِنْ شُرَكَاءَ فِي مَا رَزَقْنَاكُمْ
فَأَنْتُمْ فِيهِ سَوَاءٌ}
Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu,
sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu;
maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu.
(Ar-Rum: 28)
Yakni seseorang di antara kalian rela bila mempunyai sekutu bagi hartanya.
Dia dan sekutunya sama-sama mempunyai hak mempergunakan harta itu.
{تَخَافُونَهُمْ
كَخِيفَتِكُمْ أَنْفُسَكُمْ}
kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri?
(Ar-Rum: 28)
Artinya, kalian merasa takut bila mereka berbagi harta dengan kalian.
Abu Mijlaz mengatakan bahwa sesungguhnya budakmu tidak merasa takut bila
berbagi harta denganmu dalam hartamu, lain halnya dengan dia dalam hartanya.
Begitu pula Allah Swt., tiada sekutu bagi-Nya. Makna yang dimaksud ialah
seseorang dari kalian pasti tidak mau bila hartanya digunakan sama-sama dengan
orang lain, maka mengapa kalian menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu dari
kalangan makhluk-Nya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{وَيَجْعَلُونَ
لِلَّهِ مَا يَكْرَهُونَ}
Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya.
(An-Nahl: 62)
Yaitu anak-anak perempuan, karena mereka menganggap malaikat-malaikat yang
merupakan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah berjenis perempuan, lalu mereka
menganggapnya sebagai anak-anak perempuan Allah. Padahal seseorang dari mereka
bila mendapat anak perempuan, wajahnya langsung tampak hitam dan sedih; ia
bersembunyi dari pandangan kaumnya karena memperoleh berita yang dianggapnya
buruk (mendapat anak perempuan). Kemudian ia berpikir apakah ia harus tetap
memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah ia harus menguburkan anaknya
itu ke dalam tanah. Jelasnya mereka menolak anak perempuan, tetapi mereka
menganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Mereka menisbatkan
kepada Allah apa yang mereka sendiri tidak menyukainya. Ini merupakan tingkatan
kekafiran yang paling berat.
Begitu pula dalam kedudukan ini, mereka menganggap Allah mempunyai
sekutu-sekutu dari kalangan hamba-hamba-Nya juga merupakan makhluk-Nya. Padahal
seseorang dari mereka menolak dengan tolakan yang keras bila hal seperti itu
terjadi pada diri mereka, yaitu bila budak miliknya ikut bersekutu dengannya
secara sama rata dalam menggunakan hartanya. Seandainya dia suka, tentulah dia
berbagi harta dengan budaknya itu. dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka
katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al-Isra: 43)
ImamTabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnul Farj
Al-Asbahani, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Amr Al-Bajali, telah
menceritakan kepada kami Hammad, dari Syu'aib, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu orang-orang
musyrik mengucapkan talbiyah mereka sebagai berikut, 'Ya Allah, kupenuhi
seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu, sedangkan
dia tidak memiliki." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Apakah ada di antara
hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam
(memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan
mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka
sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? (Ar-Rum: 28)
Mengingat peringatan melalui perumpamaan ini sudah jelas membuktikan
kebersihan dan kesucian Allah Swt. dari hal tersebut, maka terlebih lagi bila
hal seperti itu dinisbatkan kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
{كَذَلِكَ
نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ}
Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. (Ar-Rum:
28)
Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa orang-orang musyrik itu menyembah
selain-Nya hanyalah karena kebodohan dan kurangnya akal mereka.
{بَلِ
اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا}
Tetapi orang-orang yang zalim mengikuti. (Ar-Rum: 29)
Maksudnya, orang-orang musyrik itu.
{أَهْوَاءَهُمْ}
hawa nafsunya.
(Ar-Rum: 29) dalam penyembahan mereka kepada sekutu-sekutu itu tanpa
pengetahuan.
{فَمَنْ
يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ}
maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah?
(Ar-Rum: 29)
Yakni tiada seorang pun yang dapat menunjuki mereka bila Allah telah
memastikan mereka menjadi orang-orang yang sesat.
{وَمَا
لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}
Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun. (Ar-Rum: 29)
Tiada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka, tiada pula yang dapat
melindungi mereka dari kekuasaan Allah. Mereka pasti akan tertimpa kepastian
Allah, karena sesungguhnya apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang
tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi.