Tafsir Surat Ar-Rum, ayat 30-32
{فَأَقِمْ 
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا 
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ 
النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (30) مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا 
الصَّلاةَ وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا 
دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (32) 
}
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada 
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah 
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan 
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia 
tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya 
serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang 
mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan 
mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa 
yang ada pada golongan mereka.
Allah Swt. berfirman, bahwa luruskanlah wajahmu menghadap kepada agama yang 
telah disyariatkan oleh Allah bagimu, yaitu agama yang hanif, agama Ibrahim, 
yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu dan disempurnakan-Nya bagimu dengan 
sangat sempurna. Selain dari itu kamu adalah orang yang tetap berada pada 
fitrahmu yang suci yang telah dibekalkan oleh Allah kepada semua makhluk-Nya. 
Karena sesungguhnya Allah telah membekalkan kepada semua makhluk-Nya pengetahuan 
tentang keesaan-Nya, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, sebagaimana yang 
telah dijelaskan dalam pembahasan yang terdahulu dalam tafsir firman-Nya:
{وَأَشْهَدَهُمْ 
عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى}
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)" 
(Al-A'raf: 172)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
"إني 
خلقت عِبَادِي 
حُنَفاء، فَاجْتَالَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ عَنْ دِينِهِمْ"
Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif kemudian 
setan-setan menyesatkan mereka dari agamanya.
Dalam pembahasan berikutnya yang menjelaskan hadis-hadis mengenai hal ini 
akan disebutkan bahwa Allah Swt. membekali fitrah Islam kepada makhluk-Nya, 
kemudian sebagian dari mereka dirasuki oleh agama-agama yang telah rusak, 
seperti agama Yahudi, Nasrani, serta Majusi. 
*******
Firman Allah Swt.:
{لَا 
تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ}
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'janganlah 
kalian mengubah ciptaan Allah, karenanya kalian mengubah manusia dari fitrah 
mereka yang telah dibekalkan oleh Allah kepada mereka.' Dengan demikian, berarti 
kalimat ini merupakan kalimat berita, tetapi bermakna perintah, sama dengan 
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَمَنْ 
دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا}
barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia. 
(Ali-Imran: 97)
Ini merupakan pendapat yang baik dan sahih.
Ulama tafsir lainnya mengatakan bahwa makna ayat ini adalah kalimat berita 
sesuai dengan apa adanya, yang berarti bahwa Allah Swt. memberikan fitrah-Nya 
secara sama rata di antara semua makhluk-Nya, yaitu fitrah (pembawaan) yang 
lurus. Tiada seorang pun yang dilahirkan melainkan dibekali dengan fitrah 
tersebut dalam kadar yang sama dengan yang lain, tiada perbedaan di antara 
manusia dalam hal ini.
Karena itulah Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, 
Ikrimah, Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna 
firman-Nya: Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30) Yakni 
agama Allah. 
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidak ada 
perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30) Yaitu agama Allah; fitrah 
orang-orang dahulu artinya agama orang-orang dahulu, agama dan fitrah maksudnya 
ialah Islam. 
حَدَّثَنَا 
عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، 
أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: 
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا مِنْ مَوْلُودٍ 
يُولَدُ إِلَّا عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانه أَوْ يُنَصِّرانه أَوْ 
يُمَجسانه، كَمَا تَنْتِج الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعاء، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا 
مِنْ جَدْعَاءَ"؟ ثُمَّ يَقُولُ: {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ 
عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ 
الْقَيِّمُ}
Telah menceritakan kepada kami Abdan, telah menceritakan kepada kami 
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri, telah 
menceritakan kepadaku Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, bahwa Abu Hurairah r.a. 
pernah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tidak ada seorang 
bayi pun yang dilahirkan melainkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah 
yang menjadikannya seorang Yahudi, atau Nasrani atau Majusi. Sama halnya dengan 
hewan ternak yang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, maka apakah kalian 
melihat adanya kecacatan pada anak hewan itu. Setelah itu Nabi Saw. 
membacakan firman Allah Swt.: (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah 
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. 
(Itulah) agama yang lurus; (Ar-Rum: 30)
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Wahb, dari Yunus ibnu 
Yazid Al-Aili, dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. 
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Abdur Razzaq, 
dari Ma'mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw.
Semakna dengan hadis ini ada hadis-hadis lain yang diriwayatkan oleh sejumlah 
sahabat, antara lain Al-Aswad ibnu Sari' At-Tamimi.
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا 
إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا يُونُسُ، عَنِ الْحَسَنِ عَنِ الْأُسُودِ بْنِ سَرِيع 
[التَّمِيمِيِّ] قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ وَغَزَوْتُ مَعَهُ، فَأَصَبْتُ ظَهْرًا ، فَقُتِلَ النَّاسُ يَوْمَئِذٍ، 
حَتَّى قَتَلُوا الْوِلْدَانَ. فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا بَالُ أَقْوَامٍ جَاوَزَهُمُ الْقَتْلُ الْيَوْمَ 
حَتَّى قَتَلُوا الذُّرِّيَّةَ؟ ". فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا 
هُمْ أَبْنَاءُ الْمُشْرِكِينَ؟ فَقَالَ: "أَلَا إِنَّمَا خِيَارُكُمْ أَبْنَاءُ 
الْمُشْرِكِينَ". ثُمَّ قَالَ: "لَا تَقْتُلُوا ذُرِّيَّةً، لَا تَقْتُلُوا 
ذُرِّيَّةً". وَقَالَ: "كُلُّ نَسَمَةٍ تُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعرب 
عَنْهَا لِسَانُهَا، فَأَبَوَاهَا يُهَوِّدَانِهَا أو ينصرانها".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah 
menceritakan kepada kami Yunus, dari Al-Hasan, dari Al-Aswad ibnu Sari' yang 
menceritakan bahwa ia datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan berperang 
bersama-sama beliau; dalam perang itu ia memperoleh banyak ganimah. Hari itu 
perang terjadi amat seru sehingga pasukan kaum muslim membunuhi anak-anak. 
Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah Saw., beliau bersabda, "Apakah 
gerangan yang dilakukan oleh kaum muslim? Pada hari ini mereka melampaui batas 
dalam berperang sehingga mereka membunuhi anak-anak kecil?" Seorang lelaki 
bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah mereka adalah anak-anak kaum musyrik?" 
Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak, sesungguhnya anak-anak kaum musyrik itu 
harus dihindari oleh kalian." Beliau melanjutkan sabdanya, "Jangan 
membunuh anak-anak, jangan membunuh anak-anak." Pada akhirnya beliau Saw. 
bersabda: Setiap diri itu dilahirkan atas dasar fitrah sehingga ia dapat 
berbicara mengutarakan keinginan dirinya, maka kedua orang tuanyalah yang 
menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani.
Imam Nasai di dalam Kitabus Sair-nya telah meriwayatkan hadis ini 
melalui Ziad ibnu Ayyub, dari Hasyim, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan 
Al-Basri dengan sanad yang sama.
Di antara sahabat yang meriwayatkan hadis ini ialah Jabir ibnu Abdullah 
Al-Ansari. 
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا 
هَاشِمٌ، حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ الْحَسَنِ، 
عَنْ جَابِرِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ 
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعرب 
عَنْهُ لِسَانُهُ، فَإِذَا عَبَّرَ عَنْهُ 
لِسَانُهُ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah 
menceritakan kepada kami Abu Ja'far, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Al-Hasan, 
dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: 
Semua anak dilahirkan atas dasar fitrah, sehingga lisannya dapat mengutarakan 
keinginan dirinya. Apabila lisannya telah dapat mengungkapkan kemauan dirinya, 
maka adakalanya ia menjadi orang yang bersyukur (Islam), dan adakalanya 
ia menjadi orang yang pengingkar (kafir).
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا 
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ 
جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ 
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئل عَنِ أَوْلَادِ الْمُشْرِكِينَ، فَقَالَ: 
"اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ إِذْ خَلَقَهُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah 
menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr, 
dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah 
ditanya mengenai anak-anak kaum musyrik. Maka beliau menjawab: Allah lebih 
mengetahui apa yang akan dilakukan oleh mereka sejak Dia menciptakan 
mereka.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Abu Bisyr Ja'far 
ibnu Iyas Al-Yasykuri, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas secara marfu' 
dengan teks yang sama.
قَالَ 
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ -يَعْنِي ابْنَ 
سَلَمَةَ -أَنْبَأَنَا عَمَّارُ بْنُ أَبِي عَمَّارٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: 
أَتَى عليَّ زَمَانٌ وَأَنَا أَقُولُ: أَوْلَادُ الْمُسْلِمِينَ مَعَ أَوْلَادِ 
الْمُسْلِمِينَ، وَأَوْلَادِ الْمُشْرِكِينَ مَعَ الْمُشْرِكِينَ. حَتَّى 
حَدَّثَنِي فُلَانٌ عَنْ  فُلَانٍ: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سُئِلَ  
عَنْهُمْ فَقَالَ: "اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Affan, telah 
menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami 
Ammar ibnu Abu Ammar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di suatu masa dia 
berpendapat bahwa anak-anak kaum muslim bersama-sama kaum muslim, dan anak-anak 
kaum musyrik bersama-sama kaum musyrik, hingga ada si Fulan menceritakan dari si 
Fulan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang nasib anak-anak kaum musyrik. 
Maka beliau Saw. menjawab: Allah lebih mengetahui apa yang bakal dilakukan 
oleh mereka.
Yakni apakah mereka masuk Islam ataukah sama dengan orang tua mereka yang 
musyrik. 
Ibnu Abbas mengatakan bahwa ia menemui langsung lelaki yang menceritakan 
hadis ini, lalu lelaki itu memberitahukan kepadanya hadis ini. Maka sejak saat 
itu ia tidak lagi memakai pendapatnya.
Di antara mereka adalah Iyad ibnu Himar Al-Mujasyi'i. 
قَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا 
يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ مُطَرّف، 
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ 
وَسَلَّمَ خَطَبَ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ: "إِنَّ رَبِّي، عَزَّ 
وَجَلَّ، أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي فِي 
يَوْمِي هَذَا، كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عِبَادِي حَلَالٌ، وَإِنِّي خَلَقْتُ 
عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ 
فَأَضَلَّتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ، 
وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا، ثُمَّ 
إِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ، 
عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ، إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، وَقَالَ: 
إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ، وَأَنْزَلْتُ عَلَيْكَ 
كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ، تَقْرَؤُهُ نَائِمًا 
وَيَقْظَانَ. ثُمَّ 
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أُحَرِّقَ قُرَيْشًا، فَقُلْتُ: يَا رَبِّ إِذًا 
يَثْلَغُوا رَأْسِي فَيَدْعُوهُ خبُزَةً. قَالَ: اسْتَخْرِجْهُمْ كَمَا 
اسْتَخْرَجُوكَ، وَاغْزُهُمْ نَغْزُك، وَأَنْفِقْ عَلَيْهِمْ فَسَنُنْفِقُ 
عَلَيْكَ. وَابْعَثْ جَيْشًا نَبْعَثُ خَمْسَةً مِثْلَهُ، وَقَاتِلْ بِمَنْ 
أَطَاعَكَ مَنْ عَصَاكَ". قَالَ: "وَأَهْلُ الْجَنَّةِ: ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ 
مُقسط مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ، وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ بِكُلِّ ذِي 
قُرْبَى وَمُسْلِمٍ، وَرَجُلٌ عَفِيفٌ فَقِيرٌ مُتَصَدِّقٌ. وَأَهْلُ النَّارِ 
خَمْسَةٌ: الضَّعِيفُ الَّذِي لَا زَبْرَ لَهُ، الَّذِينَ هُمْ فِيكُمْ تَبَعًا، 
لَا يَبْتَغُونَ أَهْلًا وَلَا مَالًا. وَالْخَائِنُ الَّذِي لَا يَخْفَى لَهُ 
طَمَعٌ وَإِنْ دَقَّ إِلَّا خَانَهُ. وَرَجُلٌ لَا يُصْبِحُ وَلَا يُمْسِي إِلَّا 
وَهُوَ يُخَادِعُكَ عَنْ أَهْلِكَ وَمَالِكَ" وَذَكَرَ الْبَخِيلَ، أَوِ 
الْكَذَّابَ، وَالشَّنْظِيرُ: الْفَحَّاشُ
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah 
menceritakan kepada kami Hisyam, dari Qatadah, dari Mutarrif, dari Iyad ibnu 
Himar, bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari berkhotbah. Isi khotbahnya antara 
lain: Sesungguhnya Tuhanku telah memerintahkan kepadaku untuk memberitahukan 
kepada kalian apa yang tidak kalian ketahui dari apa yang telah diberitahukan 
oleh-Nya kepadaku hari ini. (Dia telah berfirman), "Semua yang telah 
Kuberikan kepada hamba-hamba-Ku halal; dan sesungguhnya Aku telah menciptakan 
hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada perkara yang hak dan 
benci kepada perkara yang batil) semuanya. Dan sesungguhnya mereka didatangi 
oleh setan, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya, dan setan mengharamkan 
atas mereka apa yang telah Kuhalalkan bagi mereka, dan setan memerintahkan 
kepada mereka untuk mempersekutukan Aku (dengan sesuatu) yang Aku tidak 
pernah menurunkan keterangan tentangnya. Nabi Saw. melanjutkan sabdanya, 
bahwa sesungguhnya Allah Swt. memandang kepada penduduk bumi, maka Dia murka 
terhadap mereka semua —yang Arab maupun non Arab— kecuali sisa-sisa dari kaum 
Ahli Kitab. Dan Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku mengutusmu hanya untuk 
mengujimu dan menjadikanmu sebagai batu ujian (bagi yang lain), dan Aku turunkan 
kepadamu sebuah Al-Kitab yang tidak terhapuskan oleh air (karena kandungannya 
dihafal di dalam dada, bukan berupa tulisan), kamu dapat membacanya sambil 
tiduran dan sambil bangun." Kemudian sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan 
kepadaku untuk membakar orang-orang Quraisy, maka aku berkata, "Wahai Tuhanku, 
kalau begitu tentu mereka akan menguliti kepalaku dan membiarkannya menjadi 
seperti roti." Allah Swt. berfirman, "Usirlah mereka sebagaimana mereka 
mengusirmu; dan perangilah mereka, Kami akan membantumu; dan berinfaklah, maka 
Kami akan menggantimu; dan kirimkanlah pasukan, maka Kami akan membantumu dengan 
pasukan yang jumlahnya lima kali lipat dari pasukanmu, dan berperanglah bersama 
orang yang taat kepadamu untuk menghadapi orang-orang yang durhaka kepadamu." 
Ahli surga itu ada tiga macam orang, yaitu: Penguasa yang berlaku adil, pemberi 
sedekah yang sukses dan seorang lelaki yang penyayang dan berhati lembut 
terhadap kaum kerabatnya dan setiap orang muslim, dan seorang lelaki yang 
memelihara kehormatan dirinya lagi tidak mau meminta-minta lagi banyak mempunyai 
anak. Ahli neraka itu ada lima macam orang, yaitu: Orang lemah yang tidak punya 
prinsip, yakni mereka yang menjadi pengikut di kalangan kalian; mereka tidak 
pernah menginginkan punya keluarga dan tidak pula harta; pengkhianat yang tiada 
suatu keinginan sekecil apa pun melainkan dia pasti berkhianat kepadanya, dan 
seorang lelaki yang tidak pernah melewati waktu pagi dan tidak pula waktu sore 
melainkan dia selalu menipumu terhadap keluarga dan harta bendamu. Nabi Saw. 
menyebutkan pula pendusta, buruk perangai, dan orang yang bermulut kotor.
Imam Muslim mengetengahkan hadis ini secara tunggal, dan dia meriwayatkannya 
melalui berbagai jalur dari Qatadah dengan sanad yang sama.
***********
Firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ 
الدِّينُ الْقَيِّمُ}
(Itulah) agama yang lurus. (Ar-Rum: 30)
Yakni berpegang kepada syariat dan fitrah yang utuh merupakan agama yang 
tegak dan lurus.
{وَلَكِنَّ 
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ}
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Rum: 30)
Karena itulah maka kebanyakan orang tidak mengetahuinya, dan mereka berpaling 
darinya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا 
أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}
Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat 
menginginkannya. (Yusuf: 103)
{وَإِنْ 
تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ} 
الْآيَةَ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, 
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (Al-An'am: 116), hingga 
akhir ayat.
*******
Adapun firman Allah Swt.:
{مُنِيبِينَ 
إِلَيْهِ}
dengan kembali bertobat kepada-Nya. (Ar-Rum: 31)
Ibnu Zaid dan Ibnu Juraij mengatakan bahwa makna inabah ialah kembali 
kepada-Nya.
{وَاتَّقُوهُ}
dan bertakwalah kepada-Nya. (Ar-Rum: 31)
Artinya, takutlah kepada-Nya dan selalulah kalian merasa diawasi 
olehNya.
{وَأَقِيمُوا 
الصَّلاةَ}
serta dirikanlah salat. (Ar-Rum: 31) 
Salat merupakan ketaatan yang paling besar.
{وَلا 
تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ}
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. 
(Ar-Rum: 31)
Tetapi jadilah kalian orang-orang yang mengesakan-Nya, mengikhlaskan diri 
hanya kepada-Nya dalam beribadah, dan tiada yang kalian kehendaki dalam ibadah 
itu selain hanya karena-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Wadih, telah 
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ishaq, dari Zaid ibnu Abu Maryam yang 
mengatakan bahwa Umar r.a. bersua dengan Mu'az ibnu Jabal, lalu Umar bertanya, 
"Apakah yang menjaga keutuhan tegaknya umat ini?" Mu'az menjawab, "Ada tiga 
perkara yang semuanya dapat menyelamatkan mereka, yaitu tetap pada fitrah Allah 
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu; salat yang merupakan agama; 
dan taat yang merupakan pemelihara diri (dari perbuatan yang diharamkan)." Maka 
Umar berkata, "Engkau benar."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan pula kepadaku Ya'qub, telah 
menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub, 
dari Abu Qilabah, bahwa Umar r.a. pernah bertanya kepada Mu'az, "Apakah yang 
melestarikan tegaknya agama ini?" Lalu disebutkan hal yang semisal.
***********
Firman Allah Swt.:
{مِنَ 
الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ 
فَرِحُونَ}
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi 
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada 
golongan mereka. (Ar-Rum: 32)
Janganlah kalian menjadi seperti orang-orang musyrik yang telah memecah belah 
agama mereka, yakni mengganti dan mengubahnya, serta beriman kepada sebagiannya 
dan ingkar kepada sebagian yang lainnya.
Sebagian ulama membacanya "فَارَقُوا دِينَهُمْ" yang artinya menjadi seperti berikut, 
bahwa mereka meninggalkan agamanya di belakang punggung mereka. Mereka adalah 
seperti orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Majusi, para 
penyembah berhala serta para pemeluk agama yang batil lainnya, selain agama 
Islam. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ 
الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ 
إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا 
يَفْعَلُونَ}
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka 
(terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung 
jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) 
kepada Allah. (Al-An'am: 159), hingga akhir ayat.
Agama-agama lain sebelum agama kita berselisih pendapat di antara sesamanya 
menjadi beberapa golongan yang masing-masing berpegang kepada pendapat-pendapat 
dan prinsip-prinsip yang batil. Setiap golongan mengira bahwa dirinyalah yang 
benar. Umat kita berselisih pendapat pula di antara sesama mereka menjadi 
beberapa golongan. Semuanya sesat kecuali satu golongan, mereka adalah ahli 
sunnah wal jama'ah yang berpegang teguh kepada Kitabullah dan sunnah 
Rasul-Nya, serta berpegang kepada apa yang biasa diamalkan di abad pertama 
Islam, yaitu di masa para sahabat, para tabi'in, dan para Imam kaum muslim, 
sejak zaman dahulu hingga masa sekarang. 
Imam Hakim telah meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, bahwa Nabi 
Saw. pernah ditanya tentang golongan yang selamat di antara golongan-golongan 
itu. Maka beliau bersabda:
«مَا 
أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي» 
Yaitu orang-orang yang berpegang kepada apa yang biasa diamalkan olehku 
sekarang dan juga (yang biasa diamalkan) oleh para 
sahabatku.