Tafsir Surat Fathir, ayat 33-35
{جَنَّاتُ
عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا
وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33) وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ
عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ (34) الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ
الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا
لُغُوبٌ (35) }
(Bagi mereka) surga 'Adn. mereka masuk ke
dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas,
dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. Dan mereka
berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang
menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di
dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.”
Allah Swt. menceritakan bahwa mereka yang dipilih oleh-Nya dari kalangan
hamba-hamba-Nya dan yang menerima Al-Kitab yang diturunkan dari sisi Tuhan
semesta alam, pada hari kiamat kelak tempat tinggal mereka adalah surga 'Adn.
Yakni surga itu menjadi tempat tinggal mereka, mereka akan memasukinya di hari
mereka dibangkitkan dan pada hari mereka tiba di hadapan Allah Swt.
{يُحَلَّوْنَ
فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا}
di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan
dengan mutiara. (Fathir: 33)
Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Abu Hurairah r.a., dari
Rasulullah Saw. bahwa beliau pernah bersabda:
"تَبْلُغُ
الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِ حَيْثُ يَبْلُغُ الْوُضُوءُ"
Perhiasan yang dikenakan orang mukmin (di dalam surga) mencapai
batas yang dikenai oleh air wudunya.
Firman Allah Swt.:
{وَلِبَاسُهُمْ
فِيهَا حَرِيرٌ}
dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra. (Fathir: 33)
Karena itulah kain sutra diharamkan bagi mereka (kaum laki-laki) di dunia
sedangkan di akhirat nanti Allah Swt. menghalalkannya bagi mereka. Di dalam
sebuah hadis sahih disebutkan, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
لَبِسَ الْحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الْآخِرَةِ"
Barang siapa yang mengenakan kain sutra di dunia, maka dia tidak akan
memakainya di akhirat nanti.
Dan sabda Rasulullah Saw.:
هِيَ
لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ"
Kain sutra itu bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia, dan bagi
kalian (orang-orang mukmin) kelak di akhirat (di surga).
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ سَوَادٍ السَّرْحي، أَخْبَرَنَا
ابْنُ وَهْبٍ، عَنِ ابْنِ لَهِيعَة، عَنْ عُقَيْلِ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ الْحَسَنِ،
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ؛ أَنَّ أَبَا أُمَامَةَ حَدَّثَ:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَهُمْ، وَذَكَرَ
حُلِيَّ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَقَالَ: "مُسَوَّرُونَ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ،
مُكَلَّلة بِالدُّرِّ، وَعَلَيْهِمْ أَكَالِيلُ مِنْ دُرّ وَيَاقُوتٍ
مُتَوَاصِلَةٌ، وَعَلَيْهِمْ تَاجٌ كَتَاجِ الْمُلُوكِ، شَبَابٌ جُرْدٌ مُردٌ
مكحَّلُون".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Sawad
As-Sarhi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dan Ibnu Lahi'ah, dari Aqil
ibnu Khalid, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, bahwa Abu
Umamah r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada
mereka yang antara lain menyebutkan masalah perhiasan (pakaian) yang dikenakan
oleh ahli surga. Beliau Saw. bersabda: Mereka mengenakan gelang-gelang yang
terbuat dari emas dan perak yang dihiasi dengan intan berlian, dan mereka
memakai kalung yang terbuat dari intan mutiara dan yaqut yang diuntai menjadi
satu, dan mereka mengenakan mahkota seperti mahkota para raja; mereka semuanya
masih muda-muda, berusia sebaya, tampan-tampan lagi bercelak.
**********
Firman Allah Swt.:
{وَقَالُوا
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}
Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka
cita dari kami.” (Fathir: 34)
Yakni hal-hal yang menakutkan. Allah telah melenyapkannya dari kami dan
menyelamatkan kami dari apa yang kami takutkan dan kami hindari, yaitu
kesusahan-kesusahan di dunia dan di akhirat.
قَالَ
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "لَيْسَ عَلَى
أَهْلِ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" وَحْشَةٌ فِي قُبُورِهِمْ وَلَا فِي
مَنْشَرِهِمْ، وَكَأَنِّي بِأَهْلِ "لَا إِلَهَ إِلَّا الله" ينفضون التراب عن
رؤوسهم، وَيَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا
الْحَزَنَ}
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ibnu
Umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak ada
rasa ngeri bagi ahli la ilaha illalldh di dalam kubur mereka dan tidak pula pada
hari berbangkit. Seakan-akan aku melihat saat mereka dibangunkan dari kuburnya
sedang menepiskan debu dari kepala mereka dan mereka mengucapkan, "Segala puji
bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.”
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Umar.
قَالَ الطَّبَرَانِيُّ:
حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفِرْيَابِيُّ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
مُوسَى الْمَرْوَزِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْبٍ
الْكُوفِيُّ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "لَيْسَ عَلَى أَهْلِ "لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ" وَحْشَةٌ فِي الْمَوْتِ وَلَا فِي قُبُورِهِمْ وَلَا فِي النُّشُورِ.
وَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِمْ عِنْدَ الصَّيْحَةِ ينفضون رؤوسهم مِنَ التُّرَابِ،
يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا
لَغَفُورٌ شَكُورٌ}
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Muhammad
Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Yahya Al-Marwazi, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdullah ibnu Wahb Al-Kufi, dari Abdul
Aziz ibnu Hakim, dari Ibnu umar r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Tidak ada rasa takut dan ngeri bagi ahli la ilaha illallah
saat menghadapi kematiannya, dan tidak pula dalam kuburnya, tidak pula ketika
dibangkitkan. Dan seakan-akan aku melihat mereka saat dibangkitkan sedang
menepiskan debu dari kepala mereka, seraya mengucapkan, "Segala puji bagi Allah
yang telah melenyapkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
Ibnu Abbas r.a. dan lain-lainnya mengatakan bahwa Allah memberikan ampunan
bagi mereka terhadap kebanyakan dari dosa-dosa mereka dan menerima dengan baik
betapa pun kecilnya amal-amal kebaikan mereka.
**********
{الَّذِي
أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ}
Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari
karunia-Nya. (Fathir: 35)
Mereka mengatakan bahwa Dialah yang telah menempatkan kami kedudukan dan
tempat tinggal di surga ini sebagai karunia dan rahmat dari-Nya, sekalipun
amal-amal kami tidak sebanding dengan karunia ini. Di dalam sebuah hadis sahih
disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَنْ
يُدْخِلَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ". قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ
بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ".
Tidaklah amal perbuatan seseorang dari kalian dapat memasukkannya ke dalam
surga.” Mereka bertanya, "Dan tidak juga Engkau, Wahai Rasulullah ?”
Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak juga diriku terkecuali bila Allah Swt.
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku."
***********
Firman Allah Swt.:
{لَا
يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}
di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tidak pula merasa lesu.
(Fathir: 35)
Yakni di dalam surga kami tidak mengalami lagi kelelahan, kelesuan, dan
kepayahan, seakan-akan makna yang dimaksud menunjukkan bahwa hal tersebut
ditiadakan dari mereka; tiada kelelahan pada tubuh mereka, tiada pula pada arwah
mereka; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Yang antara lain ialah dahulu
mereka terbiasa mengerjakan ibadah ketika di dunia secara rutin, dan setelah
mereka masuk surga kewajiban itu digugurkan dari mereka, kemudian mereka berada
di dalam kesenangan yang abadi dan terus-menerus. Allah Swt. berfirman kepada
mereka (ahli surga):
{كُلُوا
وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ
الْخَالِيَةِ}
Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan
pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqah: 24)