Tafsir Surat Saba, ayat 12-13
{وَلِسُلَيْمَانَ
الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ
وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَمَنْ يَزِغْ
مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ (12) يَعْمَلُونَ لَهُ
مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ
رَاسِيَاتٍ اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
(13) }
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di
waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama
dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya.
Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaanya)
dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari
perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung
yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah, hai
keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.
Setelah Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada
Daud, lalu menyebutkan apa yang telah Dia berikan kepada putra Daud (Sulaiman
a.s.), yaitu ditundukkan-Nya angin untuknya hingga angin menerbangkan hamparan
permadaninya. Perjalanannya pagi harinya sama dengan jarak satu bulan, dan
perjalanan petang harinya sama dengan jarak satu bulan pula.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Sulaiman a.s. berangkat di pagi hari
dengan mengendarai permadani terbangnya dari Dimasyq, lalu turun di Astakhr dan
makan siang padanya, lalu petang harinya ia pergi lagi dari Astakhr menuju Kabil
dan menginap padanya. Jarak antara Dimasyq dan Astakhr dapat ditempuh selama
satu bulan bagi orang yang memacu kendaraannya, dan jarak antara Astakhr ke
Kabil satu bulan pula.
********
Firman Allah Swt.:
{وَأَسَلْنَا
لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ}
dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. (Saba: 12)
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ikrimah, Ata, Al-Khurasani, Qatadah, As-Saddi dan
Malik semuanya telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Abdur Rahman ibnu
Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa yang dimaksud
dengan al-qitr adalah tembaga.
Qatadah mengatakan bahwa tembaga itu ada di negeri Yaman, dan semua peralatan
yang dibuat oleh manusia berasal dari bahan baku yang dikeluarkan oleh Allah
Swt. untuk Sulaiman a.s.
As-Saddi mengatakan, sesungguhnya tembaga itu dicairkan untuknya hanya selama
tiga hari.
*******
Firman Allah Swt.:
{وَمِنَ
الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ}
Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. (Saba: 12)
Yakni Kami telah menundukkan jin baginya untuk bekerja di hadapannya dengan
seizin Tuhannya, untuk membangun gedung-gedung dan lain-lainnya yang disukai
oleh Sulaiman a.s. berkat kekuatan dan kekuasaan yang diberikan oleh Allah Swt.
kepada Sulaiman a.s.
{وَمَنْ
يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا}
Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami (Saba:
12)
Yaitu barang siapa yang menyimpang dan memberontak di antara mereka dari
ketaatan.
{نُذِقْهُ
مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ}
Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (Saba:
12)
Yang dimaksud dengan sa'ir ialah yang membakar. Ibnu Abu Hatim dalam
bab ini telah menyebutkan sebuah hadis yang garib sekali.
قَالَ:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ،
عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَير ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ
الخُشَنيّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"الْجِنُّ عَلَى ثَلَاثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي
الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلَابٌ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ
وَيَظْعُنُونَ".
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyyah ibnu Saleh,
dari Abuz Zahra, dari Jubair ibnu Nafir, dari Abu Sa'labah Al-Khusyani r.a.,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jin itu ada tiga jenis, satu jenis
dari mereka mempunyai sayap yang dapat menerbangkan mereka di angkasa, dan satu
jenis lagi berupa ular atau anjing, sedangkan jenis yang terakhir ada yang
senang menetap dan ada yang senang bepergian.
Predikat marfu' hadis ini garib sekali.
قَالَ
أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا حَرْمَلة، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ،
أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ مُضَر، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَنْعُمَ أَنَّهُ
قَالَ: الْجِنُّ ثَلَاثَةٌ: صِنْفٌ لَهُمُ الثَّوَابُ وَعَلَيْهِمُ الْعِقَابُ،
وَصِنْفٌ طَيَّارُونَ فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ
وَكِلَابٌ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Harmalah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb,
telah menceritakan kepadaku Bakr ibnu Mudar, dari Muhammad ibnu Bujair, dari
Ibnu An'am yang mengatakan bahwa jin itu ada tiga jenis, satu jenis ada yang
mendapat pahala, ada pula yang mendapat siksa; satu jenis lagi hidupnya terbang
di angkasa antara bumi dan langit, dan jenis terakhir berupa ular dan anjing.
Selanjutnya Bakr mengatakan bahwa tidaklah ia tahu melainkan Anas pernah
bercerita kepadanya bahwa manusia itu ada tiga macam, sebagian dari mereka ada
yang mendapat naungan dari Allah di bawah naungan 'Arasy-Nya pada hari kiamat;
dan sebagian yang lain seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi
jalannya; dan sebagian lainnya lagi rupa mereka adalah rupa manusia, tetapi
kalbu mereka adalah kalbu setan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada
kami Salamah (yakni Ibnul Fadl), dari Ismail, dari Al-Hasan yang mengatakan
bahwa jin itu adalah anak iblis, dan manusia adalah anak Adam; di antara mereka
(jin) ada yang beriman dan di antara mereka (manusia) ada yang beriman, maka
mereka bersekutu dalam memperoleh pahala dan hukuman. Barang siapa dari kalangan
jin dan manusia beriman, maka dia adalah kekasih Allah; dan barang siapa dari
kalangan jin dan manusia yang kafir, maka dia adalah setan.
*************
Firman Allah Swt.:
{يَعْمَلُونَ
لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ}
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung. (Saba: 13)
Yang dimaksud dengan maharib ialah bagian yang paling baik dan paling
mewah di dalam rumah (tempat tinggal).
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan maharib ialah
bangunan-bangunan, tetapi bukan berupa istana.
Ad-Dahhak mengatakan maharib adalah masjid-masjid. Qatadah mengatakan
bahwa maharib ialah gedung-gedung dan masjid-masjid. Menurut Ibnu Zaid
adalah tempat-tempat tinggal.
Adapun yang dimaksud dengan tamasil menurut Atiyyah Al-Aufi,
Ad-Dahhak, dan As-Saddi artinya patung-patung. Menurut Mujahid patung-patung
yang terbuat dari tembaga, sedangkan menurut Qatadah patung-patung yang terbuat
dari tanah liat dan kaca.
**************
Firman Allah Swt.:
{وَجِفَانٍ
كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ}
dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk
yang tetap (berada di atas tungkunya). (Saba: 13)
Jawab adalah bentuk jamak dari jabiyah, artinya kolam tempat
penampungan air. Sebagaimana pengertian yang diucapkan oleh Maimun ibnu Qais
alias Al-A'sya dalam salah satu bait syairnya:
تَرُوحُ
عَلَى آلِ المَحَلَّق جَفْنَةٌ ...
كَجَابِيَة الشَّيخ العِراقي تَفْهَق
Dikirimkan kepada Ali Al-Muhallaq
periuk besar di petang hari, yang besarnya seperti tempat penampungan air milik
Syekh Iraqi yang penuh dengan air.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya "Al-jawab "yakni seperti kubangan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah
seperti kolam-kolam besarnya.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak
dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan al-qudurur rasiyat ialah periuk-periuk yang
sangat besar sehingga harus tetap berada di atas tungkunya, tidak
dipindah-pindahkan karena sangat berat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, dan selain keduanya.
Menurut Ikrimah termasuk ke dalam pengertian qudurur rasiyat ialah
belanga.
***********
Firman Allah Swt.:
{اعْمَلُوا
آلَ دَاوُدَ شُكْرًا}
Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba:
13)
Yakni dan Kami katakan kepada mereka, "Bekerjalah sebagai ungkapan rasa
syukur yang telah dilimpahkan Allah kepada kalian untuk kepentingan agama dan
dunia kalian."
Syukran adalah bentuk masdar tanpa fi'il, atau menjadi
maf'ullah. Berdasarkan kedua hipotesis ini terkandung pengertian yang
menunjukkan bahwa syukur itu adakalanya dengan perbuatan, adakalanya pula
dengan lisan dan niat, sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang
penyair:
أفَادَتْكُمُ
النّعْمَاء منِّي ثَلاثةً: ...
يدِي، ولَسَاني، وَالضَّمير المُحَجَّبَا ...
Telah kulimpahkan tiga macam nikmat
dariku kepada kalian (sebagai rasa terima kasihku),
yaitu melalui tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak
kelihatan.
Abu Abdur Rahman As-Sulami telah mengatakan bahwa salat adalah ungkapan rasa
syukur, puasa juga ungkapan rasa syukur, serta semua amal kebaikan yang engkau
kerjakan karena Allah Swt. merupakan ungkapan rasa syukurmu (kepada-Nya). Dan
syukur yang paling utama ialah membaca Hamdalah. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan sebuah asar yang bersumber
dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang mengatakan bahwa syukur ialah bertakwa
kepada Allah Swt. dan mengerjakan amal saleh. Hal ini dikatakan terhadap orang
yang mengungkapkannya melalui perbuatan. Dan demikianlah keadaan yang dilakukan
oleh keluarga Nabi Daud a.s. di masa silam, mereka bersyukur kepada Allah
melalui perbuatan di antara lisan mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami
Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa Daud a.s.
telah membagi-bagi tugas salat kepada keluarganya, anak-anaknya, dan
istri-istrinya. Dan tersebutlah bahwa tiada suatu saat pun, baik di malam hari
atau siang hari, melainkan ada seseorang dari keluarga Daud a.s. yang sedang
berdiri menunaikan salat, sehingga rahmat terlimpahkan kepada mereka melalui apa
yang disebutkan oleh firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk
bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang
berterima kasih. (Saba: 13)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah Saw. yang telah
bersabda:
"إِنْ
أَحَبَّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صلاةُ داودَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ
وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ
صِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا. وَلَا يَفر إِذَا
لَاقَى".
Sesungguhnya salat yang paling disukai oleh Allah adalah salatnya Nabi
Daud; dia tidur hingga pertengahan malam, lalu berdiri (salat)
sepertiganya dan tidur seperenamnya. Dan puasa yang paling disukai Allah
adalah puasanya Nabi Daud; dia puasa sehari dan berbuka sehari, dan apabila
berperang Daud tidak pernah lari dari medan perang.
وَقَدْ
رَوَى أَبُو عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ سُنيْد بْنِ دَاوُدَ،
حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمَانَ
بْنِ دَاوُدَ لِسُلَيْمَانَ: يَا بُنَيَّ، لَا تُكْثِرِ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ،
فَإِنَّ كَثْرَةَ النَّوْمِ بِاللَّيْلِ تَتْرُكُ الرَّجُلَ فَقِيرًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ".
Abu Abdullah ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Daud.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad ibnul
Munkadir, dari ayahnya, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Ibu Nabi Sulaiman ibnu Daud a.s. berkata kepada putranya
Sulaiman, "Wahai anakku, janganlah kamu memperbanyak tidur di malam hari, karena
sesungguhnya banyak tidur di malam hari membiarkan seseorang (pelakunya)
menjadi orang fakir kelak di hari kiamat.”
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah asar yang
garib lagi panjang sekali menceritakan perihal Nabi Daud a.s. Ibnu Abu
Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Imran ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid Qubaisah
ibnu Ishaq Ar-Ruqqi yang mengatakan bahwa Fudail pernah mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur
(kepada Allah). (Saba: 13). Bahwa Daud a.s. berkata, "Ya Tuhanku,
bagaimanakah saya harus bersyukur kepada Engkau, sedangkan bersyukur itu sendiri
adalah merupakan nikmat dari-Mu?" Maka Allah Swt. menjawabnya melalui
firman-Nya, "Sekarang engkau telah bersyukur kepada-Ku karena engkau telah
mengetahui bahwa nikmat itu dari-Ku."
***********
Firman Allah Swt.:
{وَقَلِيلٌ
مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ}
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba:
13)
Hal ini merupakan berita tentang kenyataannya.