Tafsir Surat Saba, ayat 15-17
{لَقَدْ
كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا
مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15)
فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ
بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ
سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا
الْكَفُورَ (17) }
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda
(kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada
mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)
Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri
yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka
berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti
kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang
berbuah pahit, pohon asl, dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab
(yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat
kafir.
Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan
Tababi'ah (jamak Tubba' nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan
mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.) termasuk salah seorang dari
raja-raja negeri Yaman. Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan kenikmatan dan
kesenangan di negeri mereka; kehidupan mereka sangat menyenangkan, dan rezeki
mereka berlimpah, begitu pula tanam-tanaman dan buah-buahannya.
Kemudian Allah Swt. mengutus kepada mereka rasul-rasul yang memerintahkan
kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan cara
mengesakan dan menyembah-Nya; mereka tetap diseru oleh para rasul selama masa
yang dikehendaki oleh Allah Swt. Tetapi mereka berpaling dari apa yang
diperintahkan oleh para rasul kepada mereka. Akhirnya mereka diazab dengan
didatangkan kepada mereka banjir besar yangmemporak-porandakan seluruh negeri,
sebagaimana yang akan diceritakan kisahnya secara rinci dalam pembahasan berikut
ini, insya Allah.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ هُبَيْرة، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ وَعْلة قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ: أَنَّ رَجُلًا
سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟
رَجُلٌ أَمِ امْرَأَةٌ أَمْ أَرْضٌ؟ قَالَ: "بَلْ هُوَ رَجُلٌ، وَلَدَ عَشَرة ،
فَسَكَنَ الْيَمَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَبِالشَّامِ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا
الْيَمَانِيُّونَ: فَمَذْحِجُ، وكِنْدَةُ، وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ،
وَأَنْمَارٌ، وَحِمْيَرُ. وَأَمَّا الشَّامِيَّةُ فَلَخْمُ، وَجُذَامُ،
وَعَامِلَةُ، وَغَسَّانُ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur
Rahman ibnu Wa'lah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas
mengatakan, pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang
Saba, apakah itu nama seorang laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama
negeri. Maka Rasulullah Saw. menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang
lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak; enam di antara mereka tinggal di
negeri Yaman, sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam. Ada pun
yang tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd,
orang-orang Asy'ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri Syam
adalah Lakham, Juzam, 'Amilah, dan Gassan.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abdu, dari Al-Hasan ibnu Musa,
dari Ibnu Lahi'ah dengan sanad yang sama; sanad riwayat ini hasan, tetapi
mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr telah meriwayatkannya di dalam kitabnya
yang berjudul Al-Qasdu wal Umam Bima 'rifati Usul Ansabil 'Arab wal 'Ajam,
melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Alqamah ibnu Wa'lah, dari Ibnu Abbas, lalu
disebutkan hal semisal. Ia pun telah meriwayatkannya melalui jalur lain dengan
lafaz yang semisal.
قَالَ
[الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ
هَارُونَ، حَدَّثَنَا أَبُو جَنَاب يَحْيَى بْنُ أَبِي حيَّة الْكَلْبِيُّ، عَنْ
يَحْيَى بْنِ هَانِئِ بْنِ عُرْوَة، عَنْ فَرْوَةَ بْنِ مُسيَك قَالَ: أَتَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَلَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أُقَاتِلُ بِمُقْبِلِ قَوْمِي مُدْبِرَهُمْ؟ قَالَ: "نَعَمْ، فَقَاتِلْ بِمُقْبِلِ
قَوْمِكَ مُدْبِرَهُمْ". فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي فَقَالَ: "لَا تُقَاتِلْهُمْ
حَتَّى تَدْعُوَهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ". فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
أَرَأَيْتَ سَبَأً؛ أَوَادٍ هُوَ، أَوْ رَجُلٌ ، أَوْ مَا هُوَ؟ قَالَ: " [لَا] ،
بَلْ رَجُلٌ مِنَ الْعَرَبِ، وُلِدَ لَهُ عَشْرَةٌ فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ
أَرْبَعَةٌ، تَيَامَنَ الْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَحِمْيَرُ، وَكِنْدَةُ،
وَمَذْحِجُ، وَأَنْمَارُ الَّذِينَ يُقَالُ لَهُمْ: بَجِيلَةُ وَخَثْعَمُ.
وَتَشَاءَمَ لَخْمٌ، وَجُذَامٌ، وَعَامِلَةُ، وغسَّان".
Imam Ahmad mengatakan pula, juga Abd ibnu Humaid dan Yazid ibnu Harun, telah
menceritakan kepada kami Abu Janab alias Yahya ibnu Abu Hayyah Al-Kalabi, dari
Ibnu Harun, dari Urwah, dari Farwah ibnu Masik r.a. yang menceritakan bahwa ia
pernah datang kepada Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, saya
akan berperang di depan kaum saya dan di belakang mereka." Rasulullah Saw.
menjawab, "Ya, berperanglah di depan kaummu dan di belakang mereka". Setelah
aku berpaling, beliau memanggilku, lalu bersabda: Janganlah kamu perangi
mereka sebelum kamu seru mereka masuk Islam. Saya bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang Saba, apakah nama sebuah lembah
ataukah sebuah gunung ataukah nama apa?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak,
bahkan Saba adalah dari keturunan bangsa Arab, dia mempunyai sepuluh orang anak;
enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, sedangkan yang empat orang
lainnya tinggal di negeri Syam. Yang tinggal di negeri Yaman adalah Al-Azd,
Asy'ariyyun, Himyar, Kindah, Muzhaj, dan Anmar yang dikenal dengan sebutan
Bajilah dan Khas'am. Sedangkan yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam,
'Amilah, dan Gassan.
Sanad hadis ini pun hasan, sekalipun di dalamnya terdapat Abu Janab
Al-Kalbi yang dinilai daif oleh ulama hadis.
Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Al-Anqari, dari
Asbat ibnu Nasr, dari Yahya ibnu Hani' Al-Muradi, dari pamannya atau dari
ayahnya —Asbat ragu— yang telah mengatakan bahwa Farwah ibnu Masik r.a. datang
menghadap kepada Rasulullah Saw., lalu disebutkan hadis yang semisal.
Jalur lain dari hadis ini.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عبد الأعلى، حدثنا ابن وَهْبٍ،
حَدَّثَنِي ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ تَوْبَةَ بْنِ نَمر، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ
يَحْيَى أَنَّهُ أخبره قال: كنا عند عبيدة بْنِ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بِأَفْرِيقِيَّةَ فَقَالَ يَوْمًا: مَا أَظُنُّ قَوْمًا
بِأَرْضٍ إِلَّا وَهُمْ مِنْ أَهْلِهَا. فَقَالَ عَلِيُّ بْنُ رَبَاحٍ: كَلَّا قَدْ
حَدَّثَنِي فُلَانٌ أَنَّ فَرْوَةَ بْنَ مُسَيك الغُطَيفي قَدِمَ
عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
إِنَّ سَبَأً قَوْمٌ كَانَ لَهُمْ عِزٌّ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَإِنِّي أَخْشَى
أَنْ يَرْتَدُّوا عَنِ الْإِسْلَامِ، أَفَأُقَاتِلُهُمْ؟ فَقَالَ: "مَا أُمِرْتُ
فِيهِمْ بِشَيْءٍ بَعْدُ". فَأُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: {لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ
فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ} الْآيَاتِ، فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا
سَبَأٌ؟ فَذَكَرَ مِثْلَ هَذَا الْحَدِيثِ الَّذِي قَبْلَهُ: أن رسول الله صلى الله
عليه وسلم سُئل عَنْ سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَبْلَدٌ، أَمْ رَجُلٌ، أَمِ امْرَأَةٌ؟
قَالَ: "بَلْ رَجُلٌ، وَلَد لَهُ عَشَرَة فَسَكَنَ الْيَمَنَ مِنْهُمْ سِتَّةٌ،
وَالشَّامَ أَرْبَعَةٌ، أَمَّا الْيَمَانِيُّونَ: فَمُذْحِجُ، وَكِنْدَةُ،
وَالْأَزْدُ، وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَأَنْمَارُ، وَحِمْيَرُ غَيْرُ مَا حَلَّهَا.
وَأَمَّا الشَّامُ: فَلَخْمُ، وَجُذَامُ، وَغَسَّانُ، وَعَامِلَةُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul
A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu
Lahi'ah, dari Taubah ibnu Namir, dari Abdul Aziz ibnu Yahya yang menceritakan
kepadanya bahwa ketika ia berada di tempat Ubaidah ibnu Abdur Rahman di Afrika,
maka pada suatu hari Ubaidah mengatakan, "Saya merasa yakin bahwa tiada suatu
kaum pun yang tinggal di bumi ini melainkan berasal dari Saba." Maka Ali ibnu
Abu Rabah membantahnya, bahwa tidaklah demikian karena si Fulan pernah bercerita
kepadanya bahwa Farwah ibnu Masih Al-Gutaifi r.a pernah datang menghadap kepada
Rasulullah Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Saba adalah
suatu kaum yang pernah mencapai puncak kejayaannya di masa Jahiliah, dan
sesungguhnya saya merasa khawatir bila mereka murtad dari Islam, bolehkan saya
memerangi mereka?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Aku belum diperintahkan
untuk melakukan suatu tindakan apa pun terhadap mereka." Lalu turunlah ayat
ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba: 15), hingga beberapa ayat
berikutnya. Lalu seorang lelaki bertanya, "Apakah Saba itu, ya Rasulullah?"
-Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang sebelumnya yang
menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Saba, apakah Saba itu
nama negeri atau nama lelaki ataukah nama perempuan. - Maka beliau Saw.
menjawab: Tidak, bahkan ia adalah nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh
orang putra; enam orang di antaranya menetap di negeri Yaman, dan empat orang di
antaranya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Yaman adalah
Muzhaj, Kindah, Al-Azd, Asy'ariyyin, Anmar, dan Himyar yang tidak menetap
padanya. Adapun mereka yang tinggal di negeri Syam ialah Lakham, Juzam, Gassan
dan Amilah.
Di dalam hadis ini terdapat keanehan karena disebutkan turunnya ayat tersebut
di Madinah, padahal surat ini adalah Makkiyyah seluruhnya, hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
Jalur lain,
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، حَدَّثَنِي
الْحَسَنُ بْنُ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا أَبُو سَبْرَة النَّخَعِي، عَنْ فَرْوَة بْنِ
مُسَيْك الغُطَيْفي قَالَ: قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ
سَبَأٍ: مَا هُوَ؟ أَرْضٌ، أَمِ امْرَأَةٌ؟ قَالَ: "لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلَا
امْرَأَةٍ، وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ وُلِدَ لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْوَلَدِ، فَتَيَامَنَ
سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ، فَأَمَّا الَّذِينَ تَشَاءَمُوا: فَلَخْمٌ
وَجُذَامٌ وَعَامِلَةُ وَغَسَّانُ، وَأَمَّا الَّذِينَ تَيَامَنُوا: فَكِنْدَةُ،
وَالْأَشْعَرِيُّونَ، وَالْأَزْدُ، وَمُذْحِجُ، وَحِمْيَرُ، وَأَنْمَارُ". فَقَالَ
رَجُلٌ: مَا أَنْمَارُ؟ قَالَ: "الَّذِينَ مِنْهُمْ خَثْعَمُ
وَبَجِيلَةُ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abu Umamah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan
ibnul Hakam, telah menceritakan kepada kami Abu Sabrah An-Nakha'i alias Farwah
ibnu Masik Al-Gutaifi r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki
bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang Saba, apakah ia nama
negeri ataukah nama wanita?" Rasulullah Saw. menjawab: Bukan nama negeri,
bukan pula nama wanita, melainkan nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh
orang anak: maka enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, dan empat
orang lamya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Syam adalah
Lakham, Juzam, Amilah, dan Gassan. Dan mereka yang tinggal di negeri Yaman ialah
Kindah, Asy 'ariyyin, Al-Azd, Muzhaj, Himyar, dan Anmar. Lelaki itu bertanya
lagi, "Siapa sajakah yang termasuk Anmar itu?" Rasulullah Saw. menjawab:
Khas'am dan Bajilah berasal dari mereka.
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Jami '-nya melalui
Abu Kuraib dan Abdu ibnu Humaid. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Abu Usamah, lalu disebutkan hadis yang lebih singkat daripada hadis di atas,
lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul
Waris ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Qasim ibnu Asbag, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul
Wahhab Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Ibnu Kasir alias Usman
ibnu Kasir, dari Al-Lais ibnu Sa'd, dari Musa ibnu Ali, dari Yazid ibnu Husain,
dari Tamim Ad-Dari r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang
kepada Rasulullah Saw., lalu menanyakan kepadanya tentang Saba. Kemudian
disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang di atas, riwayat ini membuat hadis
ini menjadi kuat dan hasan.
Ulama ahli nasab —antara lain Muhammad ibnu Ishaq— telah mengatakan bahwa
nama asli Saba ialah Abdu Syams ibnu Yasyjub ibnu Ya'rib ibnu Qahtan. Ia diberi
julukan Saba karena dialah orang yang mula-mula ber-saba di
kalangan orang-orang Arab. Ia dikenal pula dengan julukan Ar-Ra-isy
karena dialah orang yang mula-mula mengambil harta jarahan perang seusai
peperangan, lalu ia bagi-bagikan kepada kaumnya. Orang-orang Arab menamakan
harta dengan istilah risyan atau riyasy. Mereka menyebutkan bahwa
Abdu Syams ibnu Yasyjub di masa silam telah memberitakan kabar gembira akan
kedatangan Rasulullah Saw., lalu ia mengukirnya ke dalam bait-bait syairnya yang
abadi, yaitu:
سَيَمْلِكُ
بَعْدَنَا مُلْكًا عَظيمًا ...
نَبيّ لَا يُرَخِّصُ في الحَرَام ...
وَيَملك
بَعْدَه منْهُم مُلُوك ...
يدينوه العبادَ بغَير ذَامٍ ...
ويَملك
بَعدهم مِنَّا مُلُوك ...
يَصير المُلك فينَا باقْتسَام ...
وَيَمْلك
بَعْد قَحْطَان نَبي ...
تَقي خَبْتَة خُيْرُ الْأَنَامِ ...
وسُميَ
أحْمَدًا يَا لَيْتَ أَنِّي ...
أُعَمَّرُ بَعْد مَبْعَثه بِعَامٍ ...
فأعضُده
وأَحْبوه بنَصْري ...
بكُل مُدَجّج وبكُل رَامٍ ...
مَتَى
يَظْهَرْ فَكُونُوا نَاصريه ...
وَمَنْ يَلْقَاهُ يُبْلغه سَلامي ...
Kelak akan berkuasa sesudah kami
seorang raja yang besar, yaitu seorang nabi, yang tidak mau kompromi dengan
perkara yang haram. Dan sesudahnya akan berkuasa raja-raja dari kalangan mereka
yang menegakkan hukuman had (mati) bagi setiap pembunuh.
Sesudah mereka akan muncul raja-raja dari kalangan kami, sehingga kerajaan
mencapai keemasannya. Dan sesudahnya Qahtan akan dikuasai oleh seorang nabi yang
bertakwa lagi ahli ibadah, sebaik-baik makhluk, bernama Ahmad. Aduhai,
seandainya aku diberi usia panjang setahun saja sesudah dia diangkat menjadi
rasul. Maka aku akan mendukungnya dan kucurahkan segenap kekuatanku untuk
menolongnya, dengan semua senjata dan semua anak panah. Manakala dia muncul,
maka jadilah kalian sebagai para penolongnya; dan barang siapa yang bersua
dengannya (dari kalian), sampaikanlah salamku kepadanya.
Hal ini disebutkan oleh Al-Hamzani di dalam kitab Al-Iklil. Mereka
berselisih pendapat tentang Qahtan; ada tiga pendapat di kalangan mereka
mengenainya.
Pertama, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Iram ibnu Sam
ibnu Nuh. Dan mereka berselisih pendapat tentang kaitan nasabnya dengan Iram,
ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Kedua, menyebutkan bahwa Qahtan berasal dari keturunan Abir, yakni
Nabi Hud a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilah nasabnya
sampai pada Hud a.s. Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Ketiga, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Ismail ibnu
Ibrahim Al-Khalil a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilahnya
sampai kepada Ismail a.s. ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya
Hal ini disebutkan dengan rinci oleh Imam Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Bar
An-Namiri di dalam kitabnya yang berjudul Al-Anbah 'Ala Zikri Usulil Qabdilir
Ruwwah.
***********
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"كَانَ
رَجُلًا مِنَ الْعَرَبِ"
Dia adalah seorang lelaki keturunan Arab.
Yang dimaksud dengan 'Arabul 'Aribah yang telah ada sebelum masa Nabi
ibrahim a.s. keturunan dari Sam ibnu Nuh. Berdasarkan pendapat yang ketiga yang
mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Nabi Ibrahim a.s., pendapat ini
tidak terkenal di kalangan mereka, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Tetapi di dalam kitab Sahih Imam Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah
Saw. bersua dengan sekelompok orang-orang Aslam yang sedang berlomba memanah,
lalu beliau Saw. bersabda kepada mereka:
"ارْمُوا
بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا"
Berpanahanlah, hai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya kakek moyang
kalian adalah seorang pemanah.
Aslam adalah suatu kabilah dari kalangan Ansar, dan semua orang Ansar —baik
Khazrajnya maupun Ausnya— berasal dari Gassan keturunan Arab negeri Yaman dari
Saba. Mereka tinggal di Yasrib setelah Saba runtuh akibat banjir besar yang
menimpa negerinya, sedangkan segolongan dari mereka tinggal di negeri Syam.
Sesungguhnya mereka dinamakan Gassan karena mereka sewaktu di Yaman tinggal di
dekat sebuah mata air yang dinamai Gassan. Menurut suatu riwayat, mata air
Gassan ini berada di dekat Al-Musyallal. Hasan ibnu Sabit r.a. mengatakan dalam
salah satu bait syairnya:
إمَّا
سَألت فَإنَّا مَعْشَرٌ نُجُبٌ ...
الأزْدُ نِسْبَتُنَا، وَالْمَاءُ غَسَّانُ
Jika engkau
bertanya (tentang kami),
maka kami adalah golongan keturunan kabilah Azd, yang kakek moyang kami
bertempat di dekat mata air Gassan
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"وُلِدَ
لَهُ عَشَرَةٌ مِنَ الْعَرَبِ"
Dia melahirkan sepuluh orang anak dari kalangan Arab.
Yakni di antara keturunannya adalah mereka yang sepuluh orang itu, yang
menjadi kakek moyang kabilah-kabilah Arab negeri Yaman, bukan berarti bahwa dia
melahirkan sepuluh orang anak dari sulbinya, melainkan ada yang antara mereka
dan dia dua atau tiga tingkatan nasab, ada yang kurang dari itu, dan ada yang
lebih banyak, seperti yang telah dijelaskan di kitab-kitab nasab yang
membahasnya.
***********
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"فَتَيَامَنَ
مِنْهُمْ سِتَّةٌ، وَتَشَاءَمَ مِنْهُمْ أَرْبَعَةٌ"
Maka enam orang di antara mereka tinggal di negeri Yaman, dan empat orang
lainnya tinggal di negeri Syam.
Hal ini terjadi setelah Allah mengirimkan banjir besar kepada mereka. Di
antara mereka ada yang tetap menetap di negeri asalnya, dan ada yang hijrah ke
negeri lain.
Negeri Saba subur berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma'rib,
yang pada mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di
antara kedua bukit, lalu berkumpul di lembah dan bercampur dengan air hujan yang
turun kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Lalu raja-raja
mereka dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air tersebut, maka mereka
membangun sebuah dam yang besar lagi kokoh guna membendung air tersebut.
Akhirnya permukaan air naik dan memenuhi lembah yang ada di antara kedua bukit
tersebut. Kemudian mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam, serta
menghasilkan buah-buahan yang sangat banyak dan bermutu baik. Sebagaimana yang
telah diceritakan oleh bukan seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain
Qatadah.
Disebutkan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah
pepohonan dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya.
Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjangnya tanpa susah payah harus
memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.
Bendungan tersebut terletak di Ma'rib, nama sebuah tempat yang jauhnya tiga
marhalah dari kota San'a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma 'rib
(bendungan Ma'rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri mereka tidak
terdapat seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat serangga lainnya yang
mengganggu. Demikian itu karena iklim negeri itu sedang dan berkat pertolongan
dari Allah Swt. agar mereka mengesakan dan menyembah-Nya, sebagaimana yang
disebutkan di dalam firman Allah Swt.:
{لَقَدْ
كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ}
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka. (Saba: 15)
Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya yang menyebutkan:
{جَنَّتَانِ
عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ}
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Saba:
15)
Yakni terdapat di kedua sisi bukit tersebut, sedangkan negeri tempat tinggal
mereka di tengah-tengahnya.
{كُلُوا
مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ
غَفُورٌ}
(kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun.” (Saba: 15)
Yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakan-Nya.
************
Firman Allah Swt.:
{فَأَعْرَضُوا}
Tetapi mereka berpaling. (Saba: 16)
Yakni dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur
kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka.
Sebaliknya mereka menyembah matahari, bukannya menyembah Allah. Sebagaimana yang
dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s. Hal ini menceritakan oleh
firman-Nya:
{وَجِئْتُكَ
مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ. إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ
مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ. وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ
لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ
فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ}
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia
dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati
dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan
mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari
jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk (An-Naml:
22-24)
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih bahwa Allah
Swt. telah mengirimkan kepada mereka tiga belas orang nabi sebagai utusan-utusan
Allah.
As-Saddi mengatakan Allah Swt. Telah mengutus kepada mereka dua belas ribu
orang nabi; hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
************
Firman Allah Swt.:
{فَأَرْسَلْنَا
عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ}
maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar (Saba: 16)
Yang dimaksud dengan al-arim ialah air, menurut pendapat lain adalah
lembah. Menurut pendapat yang lainnya hama tikus, dan menurut pendapat yang
lainnya lagi adalah air bah. Dengan demikian, berarti penamaan Sailul 'Arim
ini termasuk ke dalam Bab "Idafatul Ismi Ila Sifatihi" (Menyandarkan
Nama Kepada Sifatnya), seperti Masjid Jami' dan Sa'id Kurz. Demikianlah menurut
apa yang telah diriwayatkan oleh As-Suhaili.
Ibnu Abbas, Wahb ibnu Munabbih, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan
hanya seorang telah menyebutkan bahwa ketika Allah Swt. hendak menghukum mereka
dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka terlebih dahulu Allah
mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke bendungan mereka, lalu tikus-tikus itu
menggerogotinya.
Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka menjumpai dalam kitab-kitab
mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya bendungan tersebut adalah karena
ulah tikus. Dalam suatu periode mereka (orang-orang Saba) menjaga bendungannya
dengan kucing-kucing liar, tetapi setelah takdir tiba tikus-tikus itu dapat
mengalahkan kucing-kucing penjaga bendungan tersebut. Akhirnya tikus-tikus itu
masuk ke daerah bendungan dan melubanginya sehingga bendungan mereka ambruk dan
banjir menimpa mereka.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi fondasi
bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan
labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam
bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari
lembah dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di
hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan
tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut,
hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi
indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
{وَبَدَّلْنَاهُمْ
بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ}
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi
(pohon-pohon) yang berbuah pahit. (Saba: 16)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan, Qatadah,
dan As-Saddi, yang dimaksud adalah pohon arok dan rerumputan yang berduri.
Firman Allah Swt., " أَثْل", menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan
pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan pohon
tarfa, dan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan pohon samur, hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui
**********
Firman Allah Swt.:
{وَشَيْءٍ
مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ}
dan sedikit dari pohon sidr. (Saba: 16)
Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr,
sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Demikian nasib kedua kebun yang
indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah dipandang mata, rimbun,
dan airnya mengalir; kemudian diganti dengan pohon arok, tarfa, dan sidr yang
semuanya berduri dan sedikit buahnya. Demikian itu karena ulah mereka yang
kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara yang hak, lalu memilih
jalan yang batil. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{ذَلِكَ
جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ
نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ}
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka.
Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya
kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba: 17)
Yakni Kami hukum mereka disebabkan kekafiran mereka. Mujahid mengatakan bahwa
tidaklah disiksa melainkan hanya orang-orang yang sangat ingkar.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Mahabenar Allah Yang Mahabesar, tidaklah
Dia menghukum dengan hukuman yang setimpal kecuali hanyalah orang-orang yang
sangat kafir. Tawus mengatakan, tidaklah diberi pelajaran kecuali hanya
orang-orang yang sangat kafir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul Husain,
telah menceritakan kepada kami Abu Umar ibnun Nahas Ar-Ramli, telah menceritakan
kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abul Baida,
dari Hisyam ibnu Saleh At-Taglabi, dari Ibnu Khairah (salah seorang pengikut
sahabat Ali r.a.) yang mengatakan bahwa balasan bagi pendurhaka ialah lemah
dalam beribadah, sempit dalam kehidupan, dan sulit mendapat kesenangan. Ketika
ditanyakan kepadanya tentang makna yang dimaksud 'sulit mendapat kesenangan',
Ibnu Khairah menjawab, "Tidaklah ia menjumpai kesenangan yang halal melainkan
datang orang lain yang merebutnya dari tangannya."