Tafsir Surat Saba, ayat 22-23
{قُلِ
ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ
وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ (22) وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا
لِمَنْ أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ (23) }
Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap
(sebagai tuhan) selain Allah, mereka
tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan
mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.” Dan
tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan
ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh
Tuhanmu" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar," dan Dialah Yang
Mahatinggi lagi Mahabesar.
Allah Swt. menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung
kepada-Nya segala sesuatu, tiada yang menandingi-Nya, dan tiada sekutu bagi-Nya.
Bahkan Dia mengatur sendirian tanpa ada yang menyekutui-Nya dan tanpa ada yang
menentang atau yang menyaingi-Nya dalam urusan-Nya. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{قُلِ
ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ}
Katakanlah, "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain
Allah.” (Saba: 22)
Yakni semua tuhan yang disembah selain Allah.
{لا
يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan
di bumi. (Saba: 22)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَالَّذِينَ
تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ}
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada
mempunyai apa-apa, walaupun setipis kulit ari. (Fathir: 13)
************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا
لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ}
dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan)
langit dan bumi. (Saba: 22)
Maksudnya, mereka tidak memiliki sesuatu apa pun secara menyendiri dan tidak
pula secara persekutuan.
{وَمَا
لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ}
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
(Saba: 22)
Allah tidak memerlukan bantuan dan andil apa pun dari sekutu-sekutu itu dalam
semua urusan-Nya, bahkan semua makhluk berhajat kepada-Nya dan merupakan
hamba-hamba-Nya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan
sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
(Saba: 22) Yakni penolong yang membantu-Nya dalam sesuatu urusan.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
{وَلا
تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ}
Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu. (Saba: 23)
Yakni karena kebesaran, kemuliaan, dan keagungan-Nya, tiada seorang pun yang
berani memberikan syafaat di sisi-Nya terhadap sesuatu kecuali dengan
seizin-Nya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{مَنْ
ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}
Tiada seorang pun yang dapat memberi syafaat di sisi Allah kecuali dengan
seizin-Nya. (Al-Baqarah: 255)
{وَكَمْ
مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ
أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى }
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak
berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan
diridai-(Nya.). (An-Najm: 26)
Dan firman Allah Swt.:
{وَلا
يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ
مُشْفِقُونَ}
dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai
Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.
(Al-Anbiya: 28)
Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis yang
diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Rasulullah Saw., penghulu anak Adam dan
pemberi syafaat yang terbesar di sisi Allah, bahwa ketika beliau berdiri di
kedudukan yang terpuji untuk memohon syafaat buat semua makhluk, hendaknyalah
Tuhan segera tiba menemui mereka guna memutuskan peradilan di antara mereka,
lalu beliau menceritakan melalui sabdanya:
"فَأَسْجُدُ
لِلَّهِ فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي، وَيَفْتَحَ عَلَيَّ
بِمَحَامِدَ لَا أُحْصِيهَا الْآنَ، ثُمَّ يُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ، ارْفَعْ
رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسمع ، وَسَلْ تُعْطَه وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ" الْحَدِيثَ
بِتَمَامِهِ.
Maka aku bersujud kepada Allah Swt. dan Dia membiarkan diriku selama apa
yang dikehendaki-Nya, sedangkan saya dalam keadaan bersujud. Lalu Dia memujiku
dengan pujian-pujian yang sekarang aku tidak dapat mengungkapkannya. Kemudian
Dia berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, dan katakanlah engkau
didengar, dan mintalah engkau akan diberi, dan mintalah syafaat, engkau diberi
izin untuk memberi syafaat, " hingga akhir hadis.
************
Firman Allah Swt.:
{حَتَّى
إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا
الْحَقَّ}
sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka
berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab,
"(Perkataan) yang benar," (Saba: 23)
Ayat ini menceritakan tentang kedudukan Yang Mahabesar lagi Maha tinggi bagi
Allah Swt., yaitu apabila Dia berfirman, maka semua penduduk langit mendengar
firman-Nya, lalu mereka bergetar karena ketakutan sehingga keadaan mereka sama
dengan orang yang pingsan karena ketakutan yang sangat terhadap Kebesaran dan
Keagungan Allah Swt.
Demikianlah menurut apa yang diutarakan oleh Ibnu Mas'ud r.a., Masruq r.a.,
dan lain-lainnya.
{حَتَّى
إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِم}
sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba:
23)
Yakni rasa takut yang mencekam mereka hilang.
Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu Abdur Rahman As-Sulami,
Asy-Sya'bi, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah sehubungan
dengan makna firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari
hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?"
Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar.” (Saba: 23) Bahwa ketakutan
dihilangkan dari hati mereka, karenanya mereka baru bisa angkat bicara.
Qiraat yang lain ada yang membacanya furiga memakai gin yang
diriwayatkan melalui hadis yang marfu', tetapi maknanya sama dengan
qiraat pertama. Dengan kata lain, apabila ketakutan telah dihilangkan dari hati
mereka, maka sebagian dari mereka bertanya kepada sebagian yang lain, bahwa
apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kalian? Maka para malaikat penyangga
Arasy yang ada di sisi Tuhan menyampaikan berita itu kepada para malaikat yang
ada di bawah mereka, lalu disampaikan lagi kepada para malaikat yang ada di
bawahnya, demikianlah seterusnya hingga sampailah berita itu kepada para
malaikat yang ada di langit yang terdekat dengan dunia. Karena itulah
disebutkan: Mereka menjawab, "(Perkataan) yang benar.” (Saba:
23)
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sampaikanlah apa yang telah
difirmankan-Nya tanpa ditambah-tambahi dan tanpa dikurang-kurangi, yakni secara
apa adanya.
{وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ}
dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23)
Menurut ulama lain, sebenarnya makna yang dimaksud oleh firman-Nya:
sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23)
Yaitu menceritakan keadaan orang-orang musyrik saat meregang nyawa dan pada hari
kiamat nanti di saat mereka dibangkitkan dalam keadaan menyadari semua kelalaian
mereka sewaktu di dunia dan akal sehat mereka kembali, lalu mereka bertanya,
"Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Maka dikatakan kepada mereka,
"Perkataan yang benar," lalu diceritakan kepada mereka semua hal yang telah
dilalaikan oleh mereka ketika di dunia.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna
firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka.
(Saba: 23) Yakni penutup telah dibukakan bagi mereka di hari kiamat.
Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sehingga apabila
telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka. (Saba: 23) Maksudnya, semua
keraguan dan kedustaan.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka.
(Saba: 23) Yaitu semua keraguan yang ada dalam hati mereka. Bahwa setan
keluar dari hati mereka dan meninggalkan mereka, tidak lagi memberikan
angan-angan kepada mereka dan tidak lagi menyesatkan mereka, hingga mereka
sadar.
{قَالُوا
مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ
الْكَبِيرُ}
Mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka
menjawab, "(Perkataan) yang benar, " dan Dialah Yang Mahatinggi lagi
Mahabesar. (Saba: 23)
Hal ini menceritakan keadaan anak Adam di saat meregang nyawa. Saat itu
mereka mulai mengakui kebenaran, akan tetapi sayang pintu tobat telah tertutup
dan nasi sudah menjadi bubur.
Ibnu Jarir memilih pendapat pertama yang mengatakan bahwa damir yang
ada dalam ayat ini kembali kepada para malaikat. Dan memang pendapat inilah yang
benar dan tidak mengandung keraguan karena didukung oleh sejumlah hadis dan asar
yang sahih yang menjelaskannya. Untuk itu berikut ini kami kemukakan sebagian
darinya yang di dalamnya terkandung isyarat yang menunjukkan pengertian yang
berbeda dengan pendapat yang pertama.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ فِي صَحِيحِهِ:
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو، سَمِعْتُ
عِكْرِمة، سَمِعْتُ أَبَا هُرَيرة يَقُولُ: أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا قَضَى اللَّهُ الأمرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ
الْمَلَائِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضعانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى
صفوانَ، فَإِذَا فُزِّع عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قالوا
للذي قال: الحق، وهو العلي الكبير فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرق السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ
السَّمْعِ -هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ-وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِيَدِهِ-فَحَرّفها
وبَدّد بَيْنَ
أَصَابِعِهِ-فَيسمع الْكَلِمَةَ، فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ
يُلْقِيهَا الْآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يلقيَها عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ
أَوِ الْكَاهِنِ، فَربما أَدْرَكَهُ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا،
وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ
كَذْبَة، فيقال: أليس قد قال لنا يومَ كذا وكذا: كذا وكذا؟ فيصدق بتلك الكلمة
الَّتِي سُمعت مِنَ السَّمَاءِ.
Imam Bukhari dalam kitab sahihnya sehubungan dengan tafsir ayat ini
menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, ia pernah mendengar
Ikrimah mengatakan bahwa Ikrimah pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan
bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah memutuskan
suatu urusan di langit, maka para malaikat bergetar mengepak-ngepakkan sayapnya
karena ketakutan terhadap firman-Nya, (dari sayap mereka keluar bunyi)
seperti rantai (yang dijatuhkan) di atas batu licin. Dan apabila
ketakutan telah dihilangkan dari hati mereka, maka (sebagian dari) mereka
bertanya (kepada sebagian yang lain), "Apakah yang difirmankan oleh Tuhan
kalian?” Maka mereka (yang ditanya) menjawab kepada yang bertanya,
"(Perkataan) yang benar, dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” Lalu
pembicaraan itu dicuri dengar oleh setan-setan yang mencuri-curi dengar berita
dari langit. Setan-setan itu sebagian berada di atas sebagian yang lainnya.
Sufyan (perawi) memperagakan hal itu dengan membuka semua jari tangannya dan
menyusunnya. Lalu setan itu mendengarkan pembicaraan tersebut, maka ia
menyampaikannya kepada temannya yang ada di bawahnya, lalu si penerima berita
menyampaikannya lagi kepada temannya yang ada di bawahnya. Demikianlah
seterusnya hingga sampai pada setan yang paling bawah, lalu berita tersebut
disampaikannya kepada penyihir dan tukang tenung. Dan barangkali setan yang ada
di paling atas keburu tertembak oleh bintang yang menyala-nyala sebelum ia
sempat menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya. Barangkali pula setan
itu sempat menyampaikannya sebelum terkena lemparan bintang menyala, maka ia
mencampuri berita itu dengan seratus kedustaan darinya. Dan setan itu berkata,
"Bukankah telah disampaikan kepada kita bahwa hari anu akan terjadi anu dan
anu," dan secara kebetulan bersesuaian dengan kalimat yang didengar dari
langit."
Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Bukhari tanpa Imam Muslim
melalui jalur ini. Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah
meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Hadis lain,
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَعَبْدُ الرَّزَّاقِ:
أَخْبَرَنَا مَعْمَر، أَخْبَرَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ،
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ [جَالِسًا] فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ -قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ:
"مِنَ الْأَنْصَارِ"-فَرُميَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ، [قَالَ]: " مَا كُنْتُمْ
تَقُولُونَ إِذَا كَانَ مثلُ هَذَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ؟ " قَالُوا: كُنَّا نَقُولُ
يُولَد عَظِيمٌ، أَوْ يَمُوتُ عَظِيمٌ -قُلْتُ لِلزُّهْرِيِّ: أَكَانَ يُرْمَى
بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ؟ قَالَ: نَعَمْ، وَلَكِنْ غُلّظت حِينَ بُعِثَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ
وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ رَبَّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، إِذَا قَضَى أَمْرًا
سَبَّحَ حَمَلةُ الْعَرْشِ [ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ، حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحَ هَذِهِ الدُّنْيَا، ثُمَّ يَسْتَخْبِرُ
أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ، فَيَقُولُ الَّذِينَ
يَلُونُ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ]: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟
فَيُخْبِرُونَهُمْ، وَيُخْبِرُ أَهْلُ كُلِّ سَمَاءٍ سَمَاءً؛ حَتَّى يَنْتَهِيَ
الْخَبَرُ إِلَى هَذِهِ السَّمَاءِ، وَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيُرْمَوْنَ،
فما جاؤوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ، وَلَكِنَّهُمْ يَفْرِقُونَ فِيهِ
وَيَزِيدُونَ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far
dan Abdur Razzaq. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar,
telah menceritakan kepada kami Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. duduk bersama sejumlah orang
sahabatnya, yang menurut Abdur Razzaq dari kalangan Ansar. Lalu ada bintang
meteor yang terlempar mengeluarkan sinar yang terang. Maka Nabi Saw. bertanya,
"Apakah yang akan kalian katakan bila melihat bintang seperti itu di masa
Jahiliah?" Kami menjawab, "Kami katakan bahwa akan dilahirkan seorang yang
besar atau akan mati seorang yang besar." Saya bertanya kepada Az-Zuhri, "Apakah
di masa Jahiliah pun langit itu sudah dijaga dengan bintang-bintang tersebut?"
Az-Zuhri menjawab, "Ya, tetapi di masa Nabi Saw. lebih diperketat." Rasulullah
Saw. bersabda: Sesungguhnya bintang-bintang itu dilemparkan bukan karena
matinya seseorang atau lahirnya seseorang, tetapi manakala Tuhan kita menetapkan
suatu urusan (perintah), maka bertasbihlah para malaikat pemikul 'Arasy
kemudian bertasbih pula penduduk langit (para malaikat) yang ada di bawah
mereka, sehingga tasbih sampai kepada penduduk langit yang terdekat. Kemudian
penduduk langit yang ada di bawah para malaikat pemikul 'Arasy bertanya, dan
mereka mengatakan kepada para malaikat pemikul Arasy, "Apakah yang telah
difirmankan oleh Tuhan kalian?” Lalu malaikat pemikul Arasy menceritakannya
kepada mereka, selanjutnya para malaikat penerima berita itu menyampaikannya
kepada penduduk langit yang ada di bawah mereka, sehingga berita itu sampai
kepada para malaikat yang ada di langit yang terdekat ini. Dan jin mencuri
dengar berita itu, lalu mereka dilempari (dengan bintang tersebut). Maka
apa yang disampaikan oleh para jin itu dengan apa adanya adalah benar, tetapi
para jin itu selalu mencampuradukkannya dengan tambahan-tambahan dari mereka
sendiri.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Muslim telah
mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Saleh ibnu Kaisan,
Auza'i, Yunus, dan Ma'qal ibnu Ubaidillah; mereka menerimanya dari Az-Zuhri,
dari Ali ibnul Husain, dari Ibnu Abbas r.a., dari seorang lelaki Ansar dengan
sanad yang sama. Imam Muslim mengatakan pula bahwa Yunus menerimanya dari
beberapa orang lelaki Ansar. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai
di dalam kitab tafsir melalui hadis Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri dengan sanad yang
sama. Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula, yang di dalamnya disebutkan dari
Al-Husain ibnu Hurayyis, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Al-Auza'i, dari
Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah, dari Ibnu Abbas r.a. dari seorang
lelaki Ansar. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Hadis lain,
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ وَأَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورِ
بْنِ سَيَّارٍ الرَّمَادِيُّ -وَالسِّيَاقُ لِمُحَمَّدِ بْنِ عَوْفٍ-قَالَا
حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ -هُوَ ابْنُ
مُسْلِمٍ-عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ أَبِي زَكَرِيَّاءَ، عَنْ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ
سَمْعان قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا
أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُوحِيَ بِأَمْرِهِ تَكَلَّمَ بِالْوَحْيِ، فَإِذَا تكلم أخذت
السموات مِنْهُ رَجْفَةٌ -أَوْ قَالَ: رِعْدَةٌ-شَدِيدَةٌ؛ مِنْ خوف الله، فإذا سمع
بذلك أهل السموات صَعِقُوا وَخَرُّوا لِلَّهِ سُجَّدًا، فَيَكُونُ أَوَّلُ مَنْ
يَرْفَعُ رَأْسَهُ جِبْرِيلُ فَيُكَلِّمُهُ اللَّهُ مِنْ وَحْيِهِ بِمَا أَرَادَ،
فَيَمْضِي بِهِ جِبْرِيلُ عَلَى الْمَلَائِكَةِ، كُلَّمَا مَرّ بِسَمَاءٍ سَمَاءٍ
سَأَلَهُ مَلَائِكَتُهَا: مَاذَا قَالَ رَبُّنَا يَا جِبْرِيلُ؟ فَيَقُولُ: قَالَ:
الْحَقُّ، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ. فَيَقُولُونَ كُلُّهُمْ مِثْلَ مَا قَالَ
جِبْرِيلُ، فَيَنْتَهِي جِبْرِيلُ بِالْوَحْيِ حَيْثُ أَمَرَهُ اللَّهُ مِنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf
dan Ahmad ibnu Mansur ibnu Sayyar Ar-Ramadi, sedangkan teks hadis dari Muhammad
ibnu Auf. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad,
telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Abdur Rahman ibnu
Yazid ibnu Jabir, dari Abdullah ibnu Abu Zakaria, dari Raja Ibnu Haiwah, dari
An-Nawwas ibnu Sam'an r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Apabila Allah Swt. hendak memutuskan suatu perintah, maka Allah
berfirman mengutarakannya; dan apabila Allah berfirman, maka semua langit
bergetar atau berguncang keras karena takut kepada Allah Swt. Dan apabila
penduduk langit mendengar firman itu, maka mereka pingsan dan bersujud kepada
Allah. Dan mula-mula malaikat yang mengangkat kepalanya adalah Jibril a.s. Lalu
Allah berfirman kepada Jibril mengutarakan perintah yang dikehendaki-Nya. Lalu
Jibril a.s. turun menjumpai para malaikat; setiap kali ia melewati suatu langit,
maka para penduduknya menanyainya, "Hai Jibril, apakah yang telah difirmankan
oleh Tuhan kita?” Maka Jibril a.s. menjawab, "Kebenaran belaka, dan Dialah Yang
Mahatinggi lagi Mahabesar.” Dan mereka mengucapkan hal yang sama seperti apa
yang disampaikan oleh Jibril. Lalu Jibril dalam membawa wahyu itu sampai ke
tempat yang diperintahkan oleh Allah, baik di langit atau di bumi.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Khuzaimah, dari
Zakaria ibnu Aban Al-Masri, dari Na'im ibnu Hammad dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, "Ayahku pernah mengatakan bahwa hadis ini
diriwayatkan melalui jalur Al-Walid ibnu Muslim rahimahullah tidak
lengkap."
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui hadis Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a.
dan dari Qatadah, bahwa keduanya menafsirkan makna ayat ini sebagai permulaan
wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sesudah terputus
dalam jarak masa antara beliau Saw. dengan Nabi Isa a.s. Tidak diragukan lagi
bahwa pengertian inilah yang paling utama sebagai takwil dari makna ayat di
atas.