Tafsir Surat Al-Ahqaf, ayat 21-25
{وَاذْكُرْ
أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالأحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ
بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ
عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21) قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ
آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22) قَالَ
إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي
أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23) فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ
أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ
بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا
فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ
الْمُجْرِمِينَ (25) }
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad, yaitu ketika dia memberi
peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa
orang pemberi, peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan),
"Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan
ditimpa azab hari yang besar.” Mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami
untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka
datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu
termasuk orang-orang yang benar.” Ia berkata, "Sesungguhnya pengetahuan
(tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan
kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya, tetapi aku lihat kamu adalah
kaum yang bodoh.” Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju
ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, "Inilah awan yang akan menurunkan
hujan kepada kami.” (Bukan), bahkan itulah azab yang kamu minta supaya
datang dengan segera (yaitu) angin mengandung azab yang pedih, yang
menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak
ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
Allah Swt. berfirman, menghibur Nabi-Nya yang sedang menghadapi pendustaan
dari sebagian kaumnya yang mendustakannya.
{وَاذْكُرْ
أَخَا عَادٍ}
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad. (Al-Ahqaf: 21)
Dia adalah Nabi Hud a.s. yang diutus oleh Allah kepada kaum ‘Ad yang pertama;
mereka bertempat tinggal di bukit-bukit pasir, menurut Ibnu Zaid.
Menurut Ikrimah, Al-Ahqaf artinya bukit-bukit dan gua-gua.
Ali ibnu Abu Talib r.a. telah mengatakan bahwa Ahqaf adalah nama
sebuah lembah yang terletak di Hadramaut, dikenal dengan sebutan Barhut;
dilemparkan ke dalamnya ruh orang-orang kafir.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa 'Ad adalah suatu kaum
di negeri Yaman, penduduk daerah pesisir di suatu daerah yang dikenal dengan
sebutan Asy-Syahr.
Ibnu Majah mengatakan di dalam Bab "Apabila Seseorang Berdoa Hendaklah
Memulai untuk Dirinya Sendiri" bahwa:
حَدَّثَنَا
الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"يَرْحَمُنَا اللَّهُ، وَأَخَا عَادٍ"
telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ali Al-Khallal, telah
menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul
Habbab, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami
Ali ibnu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Semoga Allah merahmati kita dan
saudara kaum 'Ad (Nabi Hud a.s.).
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَقَدْ
خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ}
dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan
sebelumnya dan sesudahnya. (Al-Ahqaf: 21)
Yakni Allah telah mengutus kepada orang-orang yang tinggal di sekeliling (di
sekitar) negeri mereka, yakni di kota-kota rasul-rasul yang membawa peringatan
kepada mereka. Semakna dengan pengertian yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَجَعَلْنَاهَا
نَكَالا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا}
Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa
itu dan bagi mereka yang akan datang kemudian. (Al-Baqarah: 66)
Dan firman Allah Swt.:
{فَإِنْ
أَعْرَضُوا فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ إِذْ
جَاءَتْهُمُ الرُّسُلُ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ أَلا تَعْبُدُوا
إِلا اللَّهَ قَالُوا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لأنزلَ مَلائِكَةً فَإِنَّا بِمَا
أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ}
Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah memperingatkan kamu
dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan kaum Samud.” Ketika
rasul-rasul datang kepada mereka dari depan dan dari belakang mereka (dengan
menyerukan), "Janganlah kamu menyembah selain Allah.” (Fushshilat:
13-14)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِنِّي
أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar.
(Al-Ahqaf: 21)
Nabi Hud a.s. mengatakan hal itu kepada mereka, tetapi kaumnya menjawab
seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{أَجِئْتَنَا
لِتَأْفِكَنَا عَنْ
آلِهَتِنَا}
Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah)
tuhan-tuhan kami? (Al-Ahqaf: 22)
yakni untuk menghalang-halangi kami dari menyembah tuhan-tuhan kami?
فَأْتِنَا
بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami
jika kamu termasuk orang-orang yang benar. (Al-Ahqaf: 22)
Mereka meminta agar azab Allah disegerakan kepada mereka. Hal ini mereka
katakan dengan nada menantang dan tidak percaya dengan peringatan dan ancaman
tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang
lain:
{يَسْتَعْجِلُ
بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا}
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu
segera didatangkan. (Asy-Syura: 18)
*******************
Firman Allah Swt.:
{قَالَ
إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ}
Ia berkata, "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi
Allah.” (Al-Ahqaf: 23)
Yakni hanya Allah-lah yang mengetahui perihal kalian. Jika kalian memang
berhak untuk disegerakan azab-Nya kepada kalian, tentulah Dia akan melakukannya
terhadap kalian. Adapun mengenai diriku, maka tugasku hanyalah menyampaikan
kepada kalian apa yang diutuskan kepadaku.
{وَلَكِنِّي
أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ}
tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh. (Al-Ahqaf: 23)
Yaitu tidak berakal dan tidak memahami.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَلَمَّا
رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ}
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka. (Al-Ahqaf: 24)
Yakni ketika mereka melihat azab itu datang kepada mereka, mereka mengira
bahwa itu adalah awan yang menurunkan hujan kepada mereka, maka bergembiralah
mereka dengan kedatangannya. Sebelum itu mereka memang sangat memerlukan hujan
karena sudah lama tidak turun hujan kepada mereka.
Firman Allah Swt.:
{بَلْ
هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ}
(Bukan), bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera
(yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. (Al-Ahqaf: 24)
Itu adalah azab yang kalian inginkan melalui perkataan kalian, "Datangkanlah
azab itu kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."
{تُدَمِّرُ كُلِّ
شَيْءٍ}
yang menghancurkan segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 25)
Yakni azab tersebut akan menghancurkan segala sesuatu yang ada di negeri
mereka yang berhak untuk dihancurkan.
{بِأَمْرِ
رَبِّهَا}
dengan perintah Tuhannya. (Al-Ahqaf: 25)
yang dengan seizin Allah Swt. untuk menghancurkan negeri mereka, semakna
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{مَا
تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ}
angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya, melainkan
dijadikannya seperti serbuk. (Adz-Dzariyat: 42)
Yaitu seperti sesuatu yang lapuk. Karena itulah disebutkan dalam firman
berikutnya:
{فَأَصْبَحُوا
لَا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ}
maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali
(bekas-bekas) tempat tinggal mereka. (Al-Ahqaf: 25)
karena semuanya telah binasa, tanpa ada seorang pun dari mereka yang hidup.
{كَذَلِكَ
نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ}
Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (Al-Ahqaf:
25)
Yakni demikianlah hukuman Kami terhadap orang yang mendustakan rasul-rasul
Kami dan menentang perintah Kami.
Dalam sebuah hadis disebutkan kisah mereka, hadisnya garib sekali dan
termasuk salah satu hadis yang berpredikat garib lagi tersendiri.
Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah
menceritakan kepadaku Abul Munzir alias Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi yang
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu
Wa'il, dari Al-Haris Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia pergi untuk mengadu
kepada Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Dalam perjalanannya ia
bersua dengan seorang nenek-nenek dan kalangan Bani Tamim, yaitu Rabzah.
Nenek-nenek itu tidak mampu lagi meneruskan perjalanannya. Maka ia berkata
kepadaku (Al-Haris Al-Bakri), "Hai hamba Allah, sesungguhnya aku mempunyai suatu
keperluan dengan Rasulullah Saw, maka sudikah engkau menyampaikannya kepada
beliau Saw.?" Maka aku menaikkannya ke unta kendaraanku dan kuantarkan ia ke
Madinah, yang saat itu Masjid Nabawi kelihatan penuh dengan banyak orang.
Tiba-tiba kelihatan sebuah panji berwarna hitam berkibar lalu kelihatan sahabat
Bilal r.a. menyandang pedangnya berada di hadapan Rasulullah Saw. Lalu aku
bertanya, "Ada apa dengan orang-orang banyak ini?" Mereka menjawab, "Rasulullah
Saw. akan mengirimkan Amr ibnul As r.a. bersama pasukan kaum muslim ke suatu
tujuan."
Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia masuk ke dalam rumah atau kemah
Rasulullah Saw. Sebelumnya ia meminta izin untuk bersua dengan beliau, kemudian
diberi izin. Lalu masuklah ia dan mengucapkan salam. Maka Rasulullah Saw.
bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim terdapat sesuatu
(permusuhan)?" Aku (Al-Haris) menjawab, "Ya, dan kami beroleh kemenangan atas
mereka. Dan di tengah jalan saya bersua dengan seorang nenek-nenek dari Bani
Tamim yang tidak mampu meneruskan perjalanannya, lalu ia meminta kepadaku untuk
membawanya ke hadapan engkau, sekarang dia berada di depan pintu." Lalu
nenek-nenek itu diizinkan untuk masuk, maka masuklah nenek-nenek itu.
Lalu aku berkata, "Wahai Rasulullah, sudilah kiranya engkau membuatkan
pembatas antara kami dan Bani Tamim. Jika engkau berkehendak, maka buatkanlah
padang sahara sebagai pembatasnya." Maka dengan serta merta nenek-nenek itu
emosi dan bangkit seraya berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang diinginkan oleh
orang yang memintamu dengan mendesak ini?"
Al-Haris melanjutkan kisahnya, maka aku menjawab, "Sesungguhnya nasibku
sekarang adalah yang seperti dikatakan oleh pepatah masa dahulu, 'serigala
berbulu domba.' Sesungguhnya aku membawa nenek-nenek ini tanpa menyadari bahwa
dia adalah musuhku, kukira dia temanku, aku berlindung kepada Allah dan
rasul-Nya bila nasibku menjadi seperti utusan kaum ‘Ad."
Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Bagaimanakah kisah utusan kaum 'Ad
itu?" Padahal beliau Saw. lebih mengetahui kisah tersebut daripada dia,
tetapi beliau mendesaknya agar menceritakan kisah itu. Maka ia menjawab, bahwa
sesungguhnya kaum ‘Ad mengalami musim paceklik yang berkepanjangan, lalu mereka
mengirimkan seorang utusan yang dikenal dengan nama Qil. Qil dalam perjalanannya
bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu Qil tinggal padanya selama satu bulan.
Mu'awiyah memberinya minuman Khamr dan menghiburnya dengan dua orang penyanyi
yang dikenal dengan julukan Jarradatain.
Setelah berlalu masa satu bulan, Qil berangkat menuju Bukit Mahrah, lalu
berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku datang bukan kepada
orang sakit yang memerlukan pengobatan dariku, tidak pula kepada tawanan yang
perlu aku tebus. Ya Allah, berilah kaum 'Ad hujan selama Engkau akan memberi
mereka hujan."
Maka berlalulah iringan awan hitam, lalu ada suara yang berseru dari dalam
awan tersebut, "Pilihlah!" Maka Qil mengisyaratkan tangannya ke arah suatu
kumpulan awan yang berwarna hitam pekat. Kemudian diseru dari arah awan,
"Terimalah awan ini dalam rupa debu dan angin yang sangat kuat, yang tiada
menyisakan seorang manusia pun dari kaum 'Ad dapat hidup."
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa menurut berita yang sampai kepadaku
tiadalah kadar angin yang dikirimkan kepada mereka melainkan sebesar lubang
cincinku, dan mereka semuanya binasa.
Abu Wa'il mengatakan bahwa lalu Nabi Saw. membenarkan kisah tersebut. Dan
tersebutlah apabila mereka mengirimkan delegasi yang terdiri dari seorang wanita
dan seorang laki-laki, mereka mengatakan, "Janganlah kamu seperti delegasi
(utusan) kaum 'Ad."
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam ibnu
Majah, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ma'ruf,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr,
bahwa Abun Nadr pernah menceritakan hadis berikut dari Sulaiman ibnu Yasar, dari
Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ia belum pernah melihat Rasulullah Saw.
bilamana tertawa kelihatan langit-langitnya, sesungguhnya tertawa beliau
hanyalah tersenyum. Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila
melihat mendung atau angin yang besar, maka terlihat ada perubahan pada roman
muka beliau. Lalu Siti Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
orang-orang merasa gembira bila mereka melihat awan karena adanya harapan akan
turun hujan. Tetapi aku amati apabila engkau melihatnya, ada perasaan kurang
senang di wajahmu." Maka Rasulullah Saw. menjawab:
"يَا
عَائِشَةُ، مَا يُؤَمِّنُنِي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ، قَدْ عُذِّبَ قَوْمٌ
بِالرِّيحِ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا: هَذَا عَارِضٌ
مُمْطِرُنَا"
Hai Aisyah, saya merasa khawatir bila di dalam awan itu terdapat azab,
karena ada suatu kaum yang telah diazab melalui angin yang besar (awan),
kaum itu melihat kedatangan azab tersebut, lalu mereka mengatakan, 'Inilah
awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Ibnu Wahb.,
Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Sufyan, dari Al-Miqdam ibnu Syuraih,
dan ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw.
apabila melihat awan muncul di cakrawala langit dan arah mana pun, beliau
meninggalkan pekerjaannya. Dan jika beliau berada di dalam salatnya, mengucapkan
doa berikut:
"اللَّهُمَّ،
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيهِ"
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari keburukan yang
terkandung di dalam awan ini.
Dan jika ternyata awan itu hilang, maka beliau memuji kepada Allah Swt. Jika
hujan turun, maka beliau membaca doa:
"اللَّهُمَّ،
صَيِّبًا نَافِعًا"
Ya Allah, (jadikanlah hujan ini) hujan yang bermanfaat.
Jalur lain. Imam Muslim di dalam kitab sahihnya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar At-Tahir, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar
Ibnu Juraij menceritakan hadis berikut kepadanya dan Ata ibnu Abu Rabah, dari
Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bila ada angin bertiup sangat
kuat, beliau mengucapkan doa berikut:
"اللَّهُمَّ،
إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا فِيهَا، وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ
بِهِ"
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan yang ada
padanya serta kebaikan dari apa yang Engkau kirimkan melaluinya. Dan aku
berlindung kepada Engkau dari keburukannya dan keburukan yang ada padanya serta
keburukan dari apa yang Engkau kirimkan melaluinya.
Siti Aisyah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa apabila langit mendung, roman
muka beliau berubah dan melangkah keluar dan masuk serta mondar-mandir. Dan
apabila turun hujan, barulah beliau merasa tenang. Hal itu diketahui oleh Siti
Aisyah r.a., lalu ia menanyakan kepada beliau tentang sikapnya itu. Maka beliau
Saw. menjawab:
"لَعَلَّهُ
يَا عَائِشَةُ كَمَا قَالَ قَوْمُ عَادٍ: {فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ
أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا}
Hai Aisyah, barangkali hal itu seperti apa yang dikatakan oleh kaum 'Ad,
"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah
mereka, berkatalah mereka, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami'
(Al-Ahqaf: 24)
Kami telah menyebutkan kisah binasanya kaum 'Ad dalam tafsir surat Hud secara
lengkap sehingga tidak perlu diulangi lagi.
وَقَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدَانُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
بْنُ زَكَرِيَّا الْكُوفِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ، عَنْ مُسْلِمٍ
الْمُلَائِيِّ، عَنْ مُجَاهِدٍ وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: "مَا فُتِحَ عَلَى عَادٍ مِنَ الرِّيحِ
إِلَّا مِثْلُ مَوْضِعِ الْخَاتَمِ، ثُمَّ أُرْسِلَتْ عَلَيْهِمْ [فَحَمَلَتْهُمُ]
الْبَدْوَ إِلَى الْحَضَرِ فَلَمَّا رَآهَا أَهْلُ الْحَضَرِ قَالُوا: هَذَا
عَارَضٌ مُمْطِرُنَا مُسْتَقْبَلُ أَوْدِيَتِنَا. وَكَانَ أَهْلُ الْبَوَادِي
فِيهَا، فَأُلْقِي أَهْلُ الْبَادِيَةِ عَلَى أَهْلِ الْحَاضِرَةِ حَتَّى هَلَكُوا.
قَالَ: عَتَتْ عَلَى خُزَّانِهَا حَتَّى خَرَجَتْ مِنْ خِلَالِ
الْأَبْوَابِ"
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan Ibnu Ahmad,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Zakaria Al-Kufi, telah menceritakan
kepada kami Abu Malik ibnu Muslim Al-Mala'i, dari Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Allah tidak membukakan angin terhadap kaum ‘Ad kecuali hanya semisal dengan
lubang tempat cincin. Kemudian angin itu dikirimkan menuju daerah pedalaman
mereka, lalu ke daerah perkotaan mereka. Dan ketika penduduk perkotaan melihat
datangnya angin itu (yang berupa awan hitam), mereka mengatakan, "Inilah awan
yang akan menurunkan hujan kepada kami sedang menuju ke lembah-lembah kami."
Sedangkan penduduk pedalaman telah berada di dalam angin itu (terbawa terbang),
lalu mereka ditimpakan kepada penduduk perkotaan hingga semuanya binasa. Angin
itu memporak-porandakan kantung-kantung tempat mereka berada sehingga keluarlah
angin itu dari celah-celah pintu-pintu tempat mereka. Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.