Tafsir Surat Al-A'la, ayat 1-13
سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى (1) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (2) وَالَّذِي قَدَّرَ
فَهَدَى (3) وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَى (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى (5)
سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسَى (6) إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ
الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى (7) وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى (8) فَذَكِّرْ إِنْ
نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) وَيَتَجَنَّبُهَا
الْأَشْقَى (11) الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى (12) ثُمَّ لَا يَمُوتُ
فِيهَا وَلَا يَحْيَى (13)
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang
menciptakan, dan yang menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lain
dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan
(Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah
menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan
Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah
peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah)
akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
(Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak
mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا
مُوسَى-يَعْنِي ابْنَ أَيُّوبَ الْغَافِقِيَّ-حَدَّثَنَا عَمِّي إِيَاسُ بْنُ
عَامِرٍ، سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ الْجُهَنِيَّ لَمَّا نَزَلَتْ: {فَسَبِّحْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} [الْوَاقِعَةِ:74، 96] قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ". فَلَمَّا
نَزَلَتْ: {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: "اجْعَلُوهَا فِي
سُجُودِكُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepada
kami pamanku Iyas ibnu Amir; ia pernah mendengar Uqbah ibnu Amir Al-Juhani
mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Maka
bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52;
Al-Waqiah 74, 96) Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada kami: Jadikanlah
bacaan ayat ini dalam rukuk kalian! Dan ketika turun firman-Nya:
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw.
bersabda kepada kami: Jadikanlah bacaan ayat ini dalam sujud kalian!
Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Ibnul
Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي
إِسْحَاقَ، عَنْ مُسْلِمٍ البَطين، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا قَرَأَ:
{سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} قَالَ: "سُبْحَانَ رَبِّي
الْأَعْلَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah
menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Muslim Al-Batin, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. apabila membaca
firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau
Saw. mengucapkan: Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi.
Demikianlah menurut riwayat Imam Ahmad, dan Imam Abu Daud meriwayatkannya
dari Zuhair ibnu Harb, dari Waki' dengan sanad yang sama. Abu Daud mengatakan
bahwa nama Waki' masih diperselisihkan, karena dalam riwayat lain disebutkan Abu
Waki' dan Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas secara
mauquf.
As-Sauri telah meriwayatkan dari As-Saddi, dari Abdu Khair yang mengatakan
bahwa aku pernah mendengar Ali membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu
Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Lalu ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang
Mahatinggi."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Hakam, dari Anbasah, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, bahwa
Ibnu Abbas apabila membaca firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang
Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang
Mahatinggi." Dan apabila membaca firman-Nya: Aku bersumpah dengan hari
kiamat. (Al-Qiyamah: 1) dan bacaannya sampai pada ayat terakhirnya, yaitu
firman Allah Swt: Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 40) Maka ia mengucapkan, "Mahasuci
Engkau, dan tidaklah demikian (sebenarnya Engkau berkuasa untuk itu)."
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sucikanlah nama Tuhanmu
Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Diceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw.
apabila membaca ayat ini, maka beliau mengucapkan, "Mahasuci Tuhanku Yang
Mahatinggi."
Firman Allah Swt.:
{الَّذِي
خَلَقَ فَسَوَّى}
yang menciptakan dan menyempurnakan (ciptaan-Nya). (Al-A'la: 2)
Yakni Dia telah menciptakan makhluk dan menyempurnakan setiap makhluk-Nya
dalam bentuk yang paling baik.
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِي
قَدَّرَ فَهَدَى}
dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.
(Al-A'la: 3)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang memberi petunjuk
kepada manusia untuk celaka dan untuk bahagia, dan memberi petunjuk kepada hewan
ternak untuk memakan makanannya di padang-padang tempat penggembalaannya. Ayat
ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam kisah Musa a.s.
yang berkata kepada Fir'aun:
رَبُّنَا
الَّذِي أَعْطى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدى
Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50)
Allah Swt. telah menentukan kadar bagi makhluk-Nya dan memberi mereka
petunjuk kepada takdirnya. Sebagaimana pula yang disebutkan di dalam kitab Sahih
Muslim dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
اللَّهَ قَدَّر مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى
الْمَاءِ"
Sesungguhnya Allah telah menentukan kadar-kadar bagi semua makhluk-Nya
sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jangka waktu lima puluh ribu
tahun, dan adalah 'Arasy-Nya masih berada di atas air.
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِي
أَخْرَجَ الْمَرْعَى}
dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. (Al-A'la: 4)
Yakni semua jenis tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman.
{فَجَعَلَهُ
غُثَاءً أَحْوَى}
lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. (Al-A'la:
5)
Menurut Ibnu Abbas, artinya kering dan berubah warnanya; dan hal yang semisal
telah diriwayatkan dari Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Zaid.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian orang yang ahli dalam bahasa Arab (ulama
Nahwu) mengatakan bahwa dalam kalimat ini terkandung taqdim dan
takhir dan bahwa makna yang dimaksudnya ialah bahwa Tuhan Yang telah
menumbuhkan rumput-rumputan, kemudian tampak hijau segar, lalu berubah menjadi
layu berwarna kehitam-hitaman, sesudah itu menjadi kering kerontang. Kemudian
Ibnu Jarir memberi komentar, bahwa sekalipun pendapat ini termasuk salah satu
dari takwil makna ayat, tetapi tidak benar mengingat pendapat ini bertentangan
dengan pendapat-pendapat ulama ahli takwil.
Firman Allah Swt.:
{سَنُقْرِئُكَ فَلا
تَنْسَى}
Kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan
lupa. (Al-A'la: 6)
Hal ini merupakan berita dari Allah Swt. dan janji-Nya kepada Nabi Muhammad
Saw. bahwa Dia akan membacakannya kepadanya dengan bacaan yang selamanya dia
tidak akan melupakannya.
{إِلا
مَا شَاءَ اللَّهُ}
kecuali kalau Allah menghendaki. (Al-A'la: 7)
Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan
bahwa adalah Rasulullah Saw. tidak pernah melupakan sesuatu kecuali apa yang
dikehendaki oleh Allah.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman:Nya: maka kamu tidak
akan lupa. (Al-A'la: 6) Ini mengandung makna talab; dan mereka menjadikan
makna istisna berdasarkan pengertian ini ialah apa yang dijadikan subjek oleh
nasakh. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kamu tidak akan melupakan apa
yang telah Kubacakan kepadamu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah untuk
dilupakan, maka janganlah kamu membiarkannya.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ
يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى}
Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang
tersembunyi. (Al-A'la: 7)
Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara
terang-terangan dan juga apa yang mereka sembunyikan dari ucapan dan perbuatan
mereka. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Firman Allah Swt:
{وَنُيَسِّرُكَ
لِلْيُسْرَى}
Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah. (Al-A'la:
8)
Artinya, Kami akan memudahkan kamu untuk mengerjakan perbuatan dan ucapan
yang baik, dan Kami akan mensyariatkan kepadamu suatu hukum yang mudah, penuh
toleransi, lurus, lagi adil, tidak ada kebengkokan padanya dan tidak ada beban
dan tidak pula kesulitan.
Firman Allah Swt.:
{فَذَكِّرْ
إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى}
oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat.
(Al-A'la: 9)
Yakni berikanlah peringatan bilamana peringatan itu bermanfaat. Maka dari
sini disimpulkan etika dalam menyebarkan ilmu, yaitu hendaknya tidak diberikan
bukan kepada ahlinya (tidak berminat kepadanya), sebagaimana yang dikatakan oleh
Amirul Mu’minin Ali r.a., "Tidak sekali-kali engkau menceritakan suatu hadis
kepada suatu kaum yang akal mereka masih belum dapat mencernanya, melainkan hal
itu akan menjadi fitnah bagi kalangan sebagian dari mereka." Ali r.a. telah
berkata pula, "Berbicaralah kepada orang-orang lain sesuai dengan jangkauan
pengetahuan mereka, maukah kamu bila Allah dan Rasul-Nya didustakan."
Firman Allah Swt.:
{سَيَذَّكَّرُ
مَنْ يَخْشَى}
orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (Al-A'la:
10)
Yaitu yang mau menerima sebagai pelajaran dari apa yang engkau sampaikan, hai
Muhammad, adalah orang yang hatinya takut kepada Allah dan meyakini bahwa dia
pasti akan menghadap dan berdua dengan-Nya.
{وَيَتَجَنَّبُهَا
الأشْقَى الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلا
يَحْيَا}
orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan
memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak
(pula) hidup. (Al-A'la: 11-13)
Yakni tidak dapat mati sehingga ia terhenti dari siksaannya, dan tidak pula
hidup dengan kehidupan yang memberi manfaat baginya. Bahkan kehidupannya itu
merupakan penderitaan dan mudarat baginya, karena dengan kehidupannya yang kekal
ia selalu menderita pedihnya siksaan dan berbagai macam pembalasan yang
ditimpakan kepadanya secara abadi dan kekal.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ سُلَيْمَانَ-يَعْنِي
التَّيْمِيُّ-عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ
هُمْ أَهْلُهَا لَا يَمُوتُونَ وَلَا يَحْيَوْنَ، وَأَمَّا أُنَاسٌ يُرِيدُ اللَّهُ
بِهِمُ الرَّحْمَةَ فَيُمِيتُهُمْ فِي النَّارِ فَيَدْخُلُ عَلَيْهِمُ الشُّفَعَاءُ
فَيَأْخُذُ الرَّجُلُ أَنْصَارَهُ فَيُنْبِتَهُمْ-أَوْ قَالَ: يَنْبُتُونَ-فِي
نَهَرِ الْحَيَاءِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَاةِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَوَانِ-أَوْ قَالَ:
نَهَرِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ-نَبَاتَ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا تَرَوْنَ
الشَّجَرَةَ تَكُونُ خَضْرَاءَ، ثُمَّ تَكُونُ صَفْرَاءَ أَوْ قَالَ: تَكُونُ
صَفْرَاءَ ثُمَّ تَكُونُ خَضْرَاءَ؟ ". قَالَ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ: كَأَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu 'Adiy
dari Sulaiman yakni At-Tamimi dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id yang telah
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Adapun ahli neraka yang
menjadi penghuni tetapnya, maka mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup. Dan
orang-orang yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan rahmat (Nya) maka Allah
mematikan mereka di dalam neraka, dan orang-orang yang telah diberi izin untuk
memberi syafaat masuk menemui mereka, kemudian seseorang dari para pemberi
syafaat itu mengambil segolongan besar manusia lalu dia menumbuhkan mereka
dengan memasukkan mereka ke dalam sungai kehidupan, atau ke dalam sungai yang
ada di dalam surga, hingga mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian
yang dibawa oleh banjir tumbuh (di tepian sungai). Dan perawi melanjutkan
bahwa Rasulullah Saw. bersabda pula: Pernahkah kalian melihat proses
tumbuhnya pohon, pada awal mulanya hijau, kemudian menguning, kemudian hijau
kembali? Perawi melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka mengatakan
bahwa Nabi Saw. menceritakan demikian seakan-akan beliau Saw. pernah berada di
daerah pedalaman.
قَالَ
أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ
أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ
أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَلَكِنْ
أُنَاسٌ-أَوْ كَمَا قَالَ-تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ-أَوْ قَالَ:
بِخَطَايَاهُمْ-فَيُمِيتُهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحْمًا أُذِنَ فِي
الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ، فَنَبَتُوا عَلَى أَنْهَارِ
الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، اقْبِضُوا عَلَيْهِمْ.
فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ". قَالَ: فَقَالَ
رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حِينَئِذٍ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ.
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Yazid dari Abu Nadrah dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a. yang telah mengatakan, bahwa
Rasulullah Saw. telah bersabda: Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni
tetapnya maka sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup.
Berbeda halnya dengan orang-orang yang dikenai oleh api neraka karena dosa-dosa
atau karena kesalahan-kesalahan mereka; maka Allah mematikan mereka dengan
sebenarnya, hingga manakala mereka telah berubah menjadi arang, diberilah izin
untuk mendapatkan syafaat. Kemudian didatangkanlah mereka serombongan
demi serombongan, lain dimasukkanlah mereka ke dalam sungai-sungai yang ada di
dalam surga. Kemudian dikatakan, "Hai ahli surga, sambutlah mereka!", maka
mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh arus
banjir tumbuh. Perawi melanjutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan kaum
yang hadir saat itu mengatakan, bahwa seakan-akan Rasulullah Saw. pernah tinggal
di daerah pedalaman.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui hadis Bisyr ibnul Mufaddal dan
Syu'bah, yang keduanya dari Abu Salamah alias Sa'id ibnu Yazid dengan teks yang
semisal.
رَوَاهُ
أَحْمَدُ أَيْضًا عَنْ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ إِيَاسٍ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ
أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ لَا يُرِيدُ اللَّهُ
إِخْرَاجَهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَإِنَّ أَهْلَ النَّارِ
الَّذِينَ يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ يُمِيتُهُمْ فِيهَا إِمَاتَةً، حَتَّى
يَصِيرُوا فَحْمًا، ثُمَّ يَخْرُجُونَ ضَبَائِرَ فَيُلْقَوْنَ عَلَى أَنْهَارِ
الْجَنَّةِ، أَوْ: يُرَشُّ عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ
كَمَا تَنْبُتُ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ"
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula melalui Yazid dari Sa'id ibnu Iyas
Al-Jariri dari AbuNadrah dari Abu Sa'id dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Sesungguhnya ahli neraka yang tidak akan dikeluarkan oleh Allah, mereka tidak
mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Dan sesungguhnya ahli neraka yang
dikehendaki oleh Allah untuk dikeluarkan, maka Allah mematikan mereka dengan
sebenarnya hingga tubuh mereka hangus menjadi arang. Kemudian dikeluarkanlah
mereka (dari neraka) rombongan demi rombongan, lalu dilemparkan ke dalam sungai
surga dan mereka disirami dengan air dari sungai surga, maka mereka tumbuh
(hidup) kembali bagaikan biji-bijian yang dibawa arus banjir tumbuh.
Dan sesungguhnya Allah Swt. telah memberitakan perihal ahli neraka melalui
firman-Nya:
وَنادَوْا
يَا مالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنا رَبُّكَ قالَ إِنَّكُمْ ماكِثُونَ
Mereka berseru, "Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja." Dia
menjawab, "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” Az-Zukhruf: 77)
Dan firman Allah Swt.:
لَا
يُقْضى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ
عَذابِها
Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan
dari mereka azabnya. (Fathir: 36)
Dan masih ada lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ini.