Tafsir Surat Al-Hadid, ayat 1-3
سَبَّحَ
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (1) لَهُ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ (2) هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ (3)
Semua yang berada di langit dan bumi bertasbih
kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah).
Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan
langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, YangZahir dan Yang Batin; dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Allah Swt. menceritakan bahwa bertasbih kepada-Nya semua makhluk yang ada di
langit dan di bumi, yakni semua makhluk hidup dan tetumbuhan. Sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{تُسَبِّحُ
لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا
يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ
حَلِيمًا غَفُورًا}
Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَهُوَ
الْعَزِيزُ}
Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hadid: 1)
yang tunduk patuh kepada-Nya segala sesuatu.
{الْحَكِيمُ}
lagi Mahabijaksana. (Al-Hadid: 1)
terhadap makhluk-Nya lagi Mahabijaksana dalam perintah dan syariatNya.
{لَهُ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ}
Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan.
(Al-Hadid: 2)
Yakni Dialah yang memiliki lagi yang mengatur makhluk-Nya, maka Dia
menghidupkan dan mematikan, juga memberikan apa yang dikehendaki-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya.
{وَهُوَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Hadid: 2)
Yaitu apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya
pasti tiada.
*******************
Firman Allah Swt.:
{هُوَ
الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ}
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin. (Al-Hadid:
3)
Ayat inilah yang diisyaratkan oleh hadis Irbad ibnu Sariyah, bahwa ayat ini
lebih utama daripada seribu ayat.
Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnu Abdul Azim,
telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada
kami Ikrimah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abu Zamil yang
mengatakan, "Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas, 'Coba terka apakah yang
sedang kusimpan di dalam hatiku.' Ibnu Abbas balik bertanya, 'Coba terangkan,
apakah itu?' Aku menjawab, 'Demi Allah, aku tidak akan mengutarakannya.' Ibnu
Abbas berkata, 'Apakah suatu dosa?" Lalu Ibnu Abbas berkata, 'Tiada seorang pun
yang selamat dari dosa.' Ia mengatakan ini sambil tertawa." Ibnu Abbas
melanjutkan, bahwa hingga Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Maka jika kamu
(Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan
kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu.
Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. (Yunus: 94),
hingga akhir ayat. Dan Ibnu Abbas berkata lagi kepadaku, "Jika kamu merasakan
sesuatu dalam dirimu, maka bacalah firman-Nya: 'Dialah Yang Awal dan Yang
Akhir, Yang Zahir dan YangBatin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu'
(Al-Hadid: 3)."
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna ayat ini, pendapat
mereka kurang lebih ada belasan.
Imam Bukhari mengatakan bahwa Yahya telah berkata bahwa yang dimaksud dengan
Zahir ialah mengetahui lahiriah segala sesuatu. Dan yang dimaksud dengan
Batin ialah mengetahui apa yang tersimpan dalam diri segala sesuatu.
Guru kami Al-Hafiz Al-Mazi mengatakan bahwa Yahya ini adalah Ibnu Ziad
Al-Farra, dia mempunyai sebuah karya tulis yang berjudul Ma'anil Qur'an.
Dan mengenai makna ayat ini banyak hadis yang menerangkannya, antara lain
ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
خَلَفُ بْنُ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سُهيل بْنِ أَبِي
صَالِحٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو عِنْدَ النَّوْمِ: "اللَّهُمَّ، رب
السموات السَّبْعِ، وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ،
مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، فَالِقَ الْحَبِّ
وَالنَّوَى، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ
أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، أَنْتَ الْأَوَّلُ لَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ
الْآخِرُ لَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ لَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ
وَأَنْتَ الْبَاطِنُ لَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ. اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا
مِنَ الْفَقْرِ"
telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Iyasy, dari Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah Saw. sering membaca doa ini di saat menjelang tidurnya, yaitu:
Ya Allah, Tuhan Yang Menguasai tujuh langit dan Tuhan yang menguasai 'Arasy
yang besar. Ya Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Yang menurunkan Taurat, Injil,
danAl-Qur’an, Yang membelah biji dan benih, tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Engkau. Aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan segala sesuatu,
Engkaulah yang memegang ubun-ubunnya. Engkau adalah Yang Awal, maka tiada
sesuatu pun sebelum Engkau. Dan Engkau adalah Yang Akhir, maka tiada sesuatu pun
sesudah Engkau. Dan Engkau Yang Zahir, maka tiada sesuatu pun di atas Engkau.
Dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik Engkau.
Tunaikanlah dari kami utang-utang kami, dan berilah kami kecukupan dari
kefakiran.
وَرَوَاهُ
مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ: حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ
سُهَيل قَالَ: كَانَ أَبُو صَالِحٍ يَأْمُرُنَا إِذَا أَرَادَ أَحَدُنَا أَنْ
يَنَامَ: أَنْ يَضْطَجِعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ، ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ،
ربّ السموات وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ
كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ
وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ ذِي شَرٍّ أَنْتَ
آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ، أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ،
وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ
فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا
الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ.
Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan
kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Suhail yang mengatakan
bahwa dahulu Abu Saleh menganjurkan kepada kami bahwa apabila seseorang dari
kami hendak tidur, hendaklah ia berbaring pada lambung kanannya, kemudian
mengucapkan doa berikut: Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit, Tuhan yang
menguasai bumi, Tuhan yang menguasai Arasy yang besar. Ya Tuhan kami dan Tuhan
yang menguasai segala sesuatu, Yang membelah biji dan benih, Yang menurunkan
Taurat, Injil, dan Al-Qur’an, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan setiap
makhluk yang jahat yang ubun-ubunnya berada di genggaman-Mu. Ya Allah, Engkau
adalah Yang Awal, maka tiada sesuatu pun sebelum Engkau; dan Engkau Yang Akhir,
maka tiada sesuatu pun sesudah Engkau; dan Engkau YangZahir, maka tiada sesuatu
pun di atas Engkau; dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di balik
Engkau. Maka tunaikanlah dari kami utang-utang kami dan berilah kami kecukupan
dari kefakiran.
Tersebutlah bahwa Abu Saleh meriwayatkan hadis ini dari Abu Hurairah, dari
Nabi Saw.
Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli telah meriwayatkan di dalam kitab musnadnya,
dari Aisyah Ummul Mu’minin hal yang semisal dengan hadis ini. Untuk itu dia
mengatakan:
حَدَّثَنَا
عُقْبَةُ، حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا السَّرِيُّ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنِ
الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِفِرَاشِهِ فَيُفْرَشُ لَهُ
مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ، فَإِذَا أَوَى إِلَيْهِ تَوَسَّدَ كَفَّهُ الْيُمْنَى،
ثُمَّ هَمَسَ-مَا يُدْرَى مَا يَقُولُ-فَإِذَا كَانَ فِي آخِرِ اللَّيْلِ رفع صوته
فقال: "اللهم، رب السموات السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، إِلَهَ كُلِّ
شَيْءٍ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ
وَالْفُرْقَانِ، فَالِقَ
الْحَبِّ وَالنَّوَى، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ
بِنَاصِيَتِهِ اللَّهُمَّ، أَنْتَ الْأَوَّلُ الَّذِي لَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ،
وَأَنْتَ الْآخِرُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ
فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا
الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ"
telah menceritakan kepada kami Uqbah, telah menceritakan kepada kami Yunus,
telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Ismail, dari Asy-Sya'bi, dari
Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan Rasulullah
Saw. memerintahkan kepadanya untuk menggelarkan kasurnya, maka digelarkanlah
kasurnya dengan menghadap ke arah kiblat. Dan apabila beliau Saw. merebahkan
diri di atasnya, maka beliau jadikan telapak tangan kanannya sebagai bantal,
lalu bergumam yang tidak kuketahui apa yang dibacanya. Dan apabila malam hari
menjelang akhirnya, maka beliau Saw. mengeraskan suaranya seraya membaca doa
berikut: Ya Allah, Tuhan Yang menguasai tujuh langit, Tuhan Yang menguasai
Arasy yang besar, Tuhan segala sesuatu dan Yang menurunkan Taurat, Injil, dan
Al-Qur’an, Yang membelah biji dan benih, aku berlindung kepada Engkau dari
kejahatan segala sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau
adalah Yang Awal yang tiada sesuatu pun sebelum Engkau, dan Engkau adalah Yang
Akhir yang tiada sesuatu pun sesudah Engkau; dan Engkau Yang Zahir, maka tiada
sesuatu pun di atas Engkau; dan Engkau Yang Batin, maka tiada sesuatu pun di
balik Engkau. Tunaikanlah dari kami utang-utang kami, dan berilah kami kecukupan
dari kefakiran.
As-Sirri ibnu Ismail ini adalah anak lelaki pamannya Asy-Sya'bi, dia orangnya
daif hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abu Isa alias Imam Turmuzi dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid dan lainnya yang bukan hanya seorang,
tetapi semuanya meriwayatkan hal yang sama. Mereka mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Syaiban ibnu Abdur Rahman, dari Qatadah yang telah mengatakan bahwa Al-Hasan
telah menceritakan dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika Nabi Saw.
sedang duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba mendung menutupi mereka, maka
Nabi Saw. bersabda, "Tahukah kalian, apakah awan ini?" Mereka menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. menjawab, "Awan inilah yang
menyirami bumi, awan ini digiring menuju ke tempat suatu kaum yang tidak
mensyukuri Allah dan tidak pernah berdoa kepada Allah." Kemudian Nabi Saw.
bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atas kalian?" Mereka
menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda,
"Sesungguhnya di atas kalian adalah langit yang tinggi yang merupakan atap
yang terpelihara dan gelombang yang tertutup." Kemudian Nabi Saw. bertanya,
"Tahukah kalian, berapakah jarak antara kalian dan langit itu?" Mereka
berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Jarak
antara kalian dan langit adalah lima ratus tahun." Kemudian Nabi Saw.
bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atasnya?" Mereka menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya di
atas itu ada langit lagi yang jarak di antara keduanya adalah perjalanan lima
ratus tahun," hingga Nabi Saw. menyebutkannya sampai tujuh langit, dan bahwa
jarak antara tiap-tiap dua langit sama dengan jarak antara langit dan bumi. Nabi
Saw. bertanya, "Tahukah kalian apakah yang ada di atas semuanya itu?"
Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda,
"Sesungguhnya di atas semuanya itu terdapat 'Arasy yang jarak antara 'Arasy
dan langit (yang ketujuh) sama dengan jarak antara satu langit ke langit yang
lainnya. Nabi Saw. bersabda, "Tahukah kalian, apakah yang ada di bawah
kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw.
menjawab, "Sesungguhnya yang di bawah kalian adalah bumi." Nabi Saw.
bertanya, "Tahukah kalian apa yang ada di bawah bumi?" Mereka menjawab, "Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Sesungguhnya di bawah
bumi ini terdapat bumi lainnya yang jarak di antara keduanya sama dengan
perjalanan lima ratus tahun," hingga Nabi Saw. menyebutnya sampai tujuh
lapis bumi, dan bahwa jarak dari satu bumi ke bumi yang lainnya sama dengan
perjalanan lima ratus tahun." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan
yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, seandainya kalian mengulurkan tambang
ke bumi yang paling bawah, tentulah tambang itu akan turun sampai kepada
Allah." Lalu Nabi Saw. membaca firman Allah Swt.: Dialah Yang Awal dan
Yang Akhir, Yang Zahir dan YangBatin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Hadid: 3)
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib bila ditinjau
dari segi jalurnya. Diriwayatkan pula dari Ayyub, Yunus ibnu Ubaid, dan Ali ibnu
Zaid, mereka mengatakan bahwa Al-Hasan belum pernah mendengar dari Abu
Hurairah.
Sebagian ahlul 'ilmi menakwilkan makna hadis ini. Mereka mengatakan bahwa
sesungguhnya yang dimaksud dengan 'turun sampai kepada Allah' ialah ilmu-Nya,
kekuasaan-Nya, dan pengaruh-Nya. Karena sesungguhnya ilmu, kekuasaan, dan
pengaruh Allah Swt. itu berada di mana-mana dan di semua tempat, sedangkan Dia
di atas 'Arasy, sebagaimana yang disebutkan di dalam Kitab-Nya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini melalui Syuraih, dari Al-Hakam ibnu Abdul
Malik, dari Qatadah, dari Al-Hasan dan Abu Hurairah, dari Nabi Saw., lalu
disebutkan hal yang semisal. Dalam riwayat ini disebutkan pula bahwa jarak dari
satu bumi ke bumi lainnya adalah perjalanan tujuh ratus tahun. Disebutkan juga
bahwa seandainya seseorang dari kalian menjulurkan tambang ke bumi lapis yang
ketujuh, niscaya sampailah tambang itu kepada Allah. Kemudian Nabi Saw. membaca
firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan
Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3)
Ibnu Abu Hatim dan Al-Bazzar meriwayatkan hadis ini melalui Abu Ja'far
Ar-Razi, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hadis
yang semisal. Tetapi Ibnu Abu Hatim tidak menyebutkan bagian terakhirnya, yaitu
bahwa seandainya kamu menjulurkan tambang. Akan tetapi, yang disebutkannya ialah
hingga menghitung tujuh lapis bumi yang jarak antara satu lapis bumi ke lapis
bumi lainnya sama dengan perjalanan lima ratus tahun. Kemudian Rasulullah Saw.
membaca firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, YangZahir dan YangBatin;
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3)
Dan Al-Bazzar mengatakan bahwa tiada yang meriwayatkan hadis ini dari Nabi
Saw. selain Abu Hurairah.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Bisyr, dari Yazid, dari Sa'id, dari
Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir,
Yang Zahir dan Yang Batin. (Al-Hadid: 3) Telah diceritakan kepada kami bahwa
ketika Nabi Saw. sedang duduk di antara para sahabatnya, tiba-tiba berlalulah di
atas mereka sekumpulan awan. Maka Nabi Saw. bertanya, "Tahukah kalian, awan
apakah ini?" Kemudian dilanjutkan seperti konteks yang ada pada hadis Imam
Turmuzi, hanya berdasarkan riwayat ini predikat hadis adalah mursal, dan
barangkali jalur inilah yang terkenal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Telah diriwayatkan pula hal ini melalui hadis Abu Zar Al-Gifari r.a. yang
dikemukakan oleh Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya, dan Imam Baihaqi di dalam
Kitabul Asma Was Sifat, tetapi sanadnya masih perlu diteliti dan di dalam
matannya terdapat hal yang garib dan munkar; dan hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir sehubungan dengan firman-Nya: dan seperti itu pula bumi.
(Ath-Thalaq: 12) telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Qatadah
yang mengatakan bahwa empat malaikat bersua di antara langit dan bumi. Sebagian
dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Dari manakah kamu datang?"
Seseorang dari mereka menjawab, "Tuhanku telah mengutusku dari langit yang
ketujuh dan Dia kutinggalkan di sana." Kemudian yang lainnya berkata, "Tuhanku
telah mengutusku dari bumi yang ketujuh, dan Dia kutinggalkan di sana." Yang
lainnya berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari arah timur dan Dia kutinggalkan
di sana." Dan yang lainnya lagi berkata, "Tuhanku telah mengutusku dari arah
barat dan Dia kutinggalkan di sana." Hadis ini garib sekali, dan
adakalanya hadis yang pertama tadi mauquf hanya. sampai pada
Qatadah, sebagaimana pula hadis ini, yaitu dari perkataan Qatadah sendiri; dan
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.