Tafsir Surat Al-Hujurat, ayat 6-8
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ
تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ
الأمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ
فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8) }
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. Dan ketahuilah
olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan, benar-benarlah kamu
akan mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Allah Swt. memerintahkan (kaum mukmin) untuk memeriksa dengan teliti berita
dari orang fasik, dan hendaklah mereka bersikap hati-hati dalam menerimanya dan
jangan menerimanya dengan begitu saja, yang akibatnya akan membalikkan
kenyataan. Orang yang menerima dengan begitu saja berita darinya, berarti sama
dengan mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah Swt. telah melarang kaum mukmin
mengikuti jalan orang-orang yang rusak.
Berangkat dari pengertian inilah ada sejumlah ulama yang melarang kita
menerima berita (riwayat) dari orang yang tidak dikenal, karena barangkali dia
adalah orang yang fasik. Tetapi sebagian ulama lainnya mau menerimanya dengan
alasan bahwa kami hanya diperintahkan untuk meneliti kebenaran berita orang
fasik, sedangkan orang yang tidak dikenal (majhul) masih belum terbukti
kefasikannya karena dia tidak diketahui keadaannya.
Kami telah membahas masalah ini di dalam Kitabul Ilmi bagian dari
Syarah Imam Bukhari (karya tulis penulis sendiri).
Banyak ulama tafsir yang menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan
dengan Al-Walid ibnu Uqbah ibnu Abu Mu'it ketika dia diutus oleh Rasulullah Saw.
untuk memungut zakat orang-orang Banil Mustaliq. Hal ini telah diriwayatkan
melalui berbagai jalur, dan yang terbaik ialah apa yang telah diriwayatkan oleh
Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya melalui riwayat pemimpin orang-orang Banil
Mustaliq, yaitu Al-Haris ibnu Abu Dirar, orang tua Siti Juwariyah Ummul Mu’minin
r.a.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sabiq,
telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku
ayahku, bahwa ia pernah mendengar Al-Haris ibnu Abu Dirar Al-Khuza'i r.a.
menceritakan hadis berikut: Aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw. Beliau
menyeruku untuk masuk Islam, lalu aku masuk Islam dan menyatakan diri masuk
Islam. Beliau Saw. menyeruku untuk zakat, dan aku terima seruan itu dengan penuh
keyakinan. Aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku akan kembali kepada mereka dan
akan kuseru mereka untuk masuk Islam dan menunaikan zakat. Maka barang siapa
yang memenuhi seruanku, aku kumpulkan harta zakatnya; dan engkau, ya Rasulullah,
tinggal mengirimkan utusanmu kepadaku sesudah waktu anu dan anu agar dia membawa
harta zakat yang telah kukumpulkan kepadamu."
Setelah Al-Haris mengumpulkan zakat dari orang-orang yang memenuhi seruannya
dan masa yang telah ia janjikan kepada Rasulullah Saw. telah tiba untuk
mengirimkan zakat kepadanya, ternyata utusan dari Rasulullah Saw. belum juga
tiba. Akhirnya Al-Haris mengira bahwa telah terjadi kemarahan Allah dan
Rasul-Nya terhadap dirinya. Untuk itu Al-Haris mengumpulkan semua orang kaya
kaumnya, lalu ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah
menetapkan kepadaku waktu bagi pengiriman utusannya kepadaku untuk mengambil
harta zakat yang ada padaku sekarang, padahal Rasulullah Saw. tidak pernah
menyalahi janji, dan aku merasa telah terjadi suatu hal yang membuat Allah dan
Rasul-Nya murka. Karena itu, marilah kita berangkat menghadap kepada Rasulullah
Saw. (untuk menyampaikan harta zakat kita sendiri)."
Bertepatan dengan itu Rasulullah Saw. mengutus Al-Walid ibnu Uqbah kepada
Al-Haris untuk mengambil harta zakat yang telah dikumpulkannya. Ketika Al-Walid
sampai di tengah jalan, tiba-tiba hatinya gentar dan takut, lalu ia kembali
kepada Rasulullah Saw. dan melapor kepadanya, "Hai Rasulullah, sesungguhnya
Al-Haris tidak mau memberikan zakatnya kepadaku, dan dia akan membunuhku."
Mendengar laporan itu Rasulullah Saw. marah, lalu beliau mengirimkan sejumlah
pasukan kepada Al-Haris.
Ketika Al-Haris dan teman-temannya sudah dekat dengan kota Madinah, mereka
berpapasan dengan pasukan yang dikirim oleh Rasulullah Saw. itu. Pasukan
tersebut melihat kedatangan Al-Haris dan mereka mengatakan, "Itu dia Al-Haris,"
lalu mereka mengepungnya. Setelah Al-Haris dan teman-temannya terkepung, ia
bertanya, "Kepada siapakah kalian dikirim?" Mereka menjawab, "Kepadamu."
Al-Haris bertanya, "Mengapa?" Mereka menjawab, "Sesungguhnya Rasulullah Saw.
telah mengutus Al-Walid ibnu Uqbah kepadamu, lalu ia memberitakan bahwa engkau
menolak bayar zakat dan bahkan akan membunuhnya."
Al-Haris menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang telah mengutus Muhammad Saw.
dengan membawa kebenaran, aku sama sekali tidak pernah melihatnya dan tidak
pernah pula kedatangan dia." Ketika Al-Haris masuk menemui Rasulullah Saw.,
beliau bertanya, "Apakah engkau menolak bayar zakat dan hendak membunuh
utusanku?" Al-Haris menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan
membawa kebenaran, aku belum melihatnya dan tiada seorang utusan pun yang datang
kepadaku. Dan tidaklah aku datang melainkan pada saat utusan engkau datang
terlambat kepadaku, maka aku merasa takut bila hal ini membuat murka Allah dan
Rasul-Nya." Al-Haris melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat dalam surat
Al-Hujurat ini, yaitu: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita. (Al-Hujurat: 6) sampai dengan firman-Nya:
lagi Mahabijaksana. (Al-Hujurat: 8)
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hadis ini dari Al-Munzir ibnu Syazan At-Tammar,
dari Muhammad ibnu Sabiq dengan sanad yang sama. Imam Tabrani telah
meriwayatkannya pula melalui hadis Muhammad ibnu Sabiq dengan sanad yang sama,
hanya di dalam riwayatnya disebutkan Al-Haris ibnu Siran, tetapi sebenarnya
adalah Al-Haris ibnu Dirar, seperti yang disebutkan dalam riwayat di atas.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Sabit
maula Ummu Salamah r.a., dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah mengutus seorang lelaki untuk memungut zakat dari Banil Mustaliq
sesudah mereka ditaklukkan dengan jalan perang. Maka kaum Banil Mustaliq
mendengar berita tersebut, lalu mereka menyambut kedatangannya sebagai rasa
hormat mereka kepada Rasulullah Saw. Akan tetapi, setan membisikkan kepada
utusan Rasulullah Saw. bahwa mereka (orang-orang Banil Mustaliq itu) hendak
membunuhnya. Maka lelaki itu kembali kepada Rasulullah Saw. dan berkata
kepadanya, "Sesungguhnya orang-orang Banil Mustaliq tidak mau membayar zakatnya
kepadaku." Maka Rasulullah Saw. dan kaum muslim marah mendengar berita itu.
Orang-orang Banil Mustaliq mendengar kepulangan utusan tersebut, maka mereka
datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dan mereka membentuk saf bermakmum
kepada Rasulullah Saw. saat beliau Saw. salat Lohor. Lalu mereka berkata, "Kami
berlindung kepada Allah dari murka Allah dan murka Rasul-Nya, engkau telah
mengutus seorang lelaki kepada kami sebagai penarik zakat. Maka kami merasa
gembira dan senang dengan berita itu. Tetapi sesampainya di tengah jalan, dia
kembali: maka kami merasa takut bila hal itu merupakan suatu kemurkaan dari
Allah dan Rasul-Nya (terhadap kami)." Mereka masih terus berbicara dengan
Rasulullah Saw. hingga datanglah Bilal r.a., lalu mengumandangkan azan salat
Asar. Ummu Salamah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu turunlah ayat ini,
yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al-Hujurat: 6)
Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas
r.a. sehubungan dengan ayat ini. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. mengutus
Al-Walid ibnu Uqbah ibnu Abu Mu'it kepada orang-orang Banil Mustaliq untuk
memungut zakat dari mereka. Dan sesungguhnya mereka ketika mendengar berita itu
merasa gembira, lalu mereka keluar hendak menyambut utusan dari Rasulullah
Saw.
Tetapi ketika Al-Walid melihat mereka, dalam hatinya ia mengira bahwa mereka
hendak membunuhnya, lalu ia kembali kepada Rasulullah Saw. dan berkata, "Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Banil Mustaliq tidak mau membayar zakat." Maka
Rasulullah Saw. benar-benar marah mendengar laporan itu. Dan ketika kami sedang
membicarakan perihal mereka, tiba-tiba datanglah delegasi mereka, lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah mendapat berita bahwa utusanmu
kembali lagi di tengah jalan, maka kami merasa khawatir bila hal yang
mengembalikannya itu adalah surat darimu karena kemarahanmu kepada kami, dan
sesungguhnya kami berlindung kepada Allah dari kemurkaanNya dan murka
Rasul-Nya." Dan sesungguhnya Nabi Saw. dan kaum muslim telah mengurung mereka
dan hampir saja menyerang mereka, tetapi Allah Swt. menurunkan wahyu-Nya yang
membela mereka, yaitu firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.
(Al-Hujurat: 6), hingga akhir ayat.
Mujahid dan Qatadah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. mengirimkan Al-Walid
ibnu Uqbah kepada Banil Mustaliq untuk mengambil harta zakat mereka. Lalu Banil
Mustaliq menyambut kedatangannya dengan membawa zakat (yakni berupa ternak),
tetapi Al-Walid kembali lagi dan melaporkan bahwa sesungguhnya Banil Mustaliq
telah menghimpun kekuatan untuk memerangi Rasulullah. Menurut riwayat Qatadah,
disebutkan bahwa selain itu mereka murtad dari Islam.
Maka Rasulullah Saw. mengirimkan Khalid ibnul Walid r.a. kepada mereka,
tetapi beliau Saw. berpesan kepada Khalid agar meneliti dahulu kebenaran berita
tersebut dan jangan cepat-cepat mengambil keputusan sebelum cukup buktinya.
Khalid berangkat menuju ke tempat Banil Mustaliq, ia sampai di dekat tempat
mereka di malam hari. Maka Khalid mengirimkan mata-matanya untuk melihat keadaan
mereka; ketika mata-mata Khalid kembali kepadanya, mereka menceritakan kepadanya
bahwa Banil Mustaliq masih berpegang teguh pada Islam, dan mereka mendengar
suara azan di kalangan Banil Mustaliq serta suara salat mereka. Maka pada
keesokan harinya Khalid r.a. mendatangai mereka dan melihat hal yang menakjubkan
dirinya di kalangan mereka, lalu ia kembali kepada Rasulullah Saw. dan
menceritakan semua apa yang disaksikannya, lalu tidak lama kemudian Allah Swt.
menurunkan ayat ini.
Qatadah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"التَّبيُّن
مِنَ اللَّهِ، والعَجَلَة مِنَ الشَّيْطَانِ".
Hati-hati itu dari Allah dan terburu-buru itu dari setan.
Hal yang sama telah disebutkan bukan hanya oleh seorang dari kalangan ulama
Salaf, antara lain Ibnu Abu Laila, Yazid ibnu Ruman, Ad-Dahhak, Muqatil ibnu
Hayyan, dan lain-lainnya. Mereka mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Walid ibnu Uqbah. Hanya Allah-lah Yang
Maha Mengetahui.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاعْلَمُوا
أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ}
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah.
(Al-Hujurat: 7)
Yakni ketahuilah bahwa di antara kalian terdapat Rasulullah Saw. Maka
hormatilah dia, muliakanlah dia, bersopan santunlah kamu dalam menghadapinya,
dan turutilah perintahnya. Karena sesungguhnya dia lebih mengetahui kemaslahatan
kalian dan lebih sayang kepada kalian daripada diri kalian sendiri. Dan
pendapatnya untuk kalian lebih sempurna daripada pendapat kalian untuk diri
kalian sendiri. Hal yang senada disebutkan oleh Allah Swt. melalui
firman-Nya:
{النَّبِيُّ
أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ}
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri
mereka sendiri. (Al-Ahzab: 6)
Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa pendapat mereka sia-sia bila ditinjau
dari segi kemaslahatan mereka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{لَوْ
يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ}
Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan,
benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan. (Al-Hujurat: 7)
Yakni sekiranya dia menuruti kalian dalam semua apa yang kalian pilih,
niscaya hal itu akan mengakibatkan kamu mengalami kesusahan dan merasa berdosa.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah
Swt.:
{وَلَوِ
اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ
فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ
مُعْرِضُونَ}
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit
dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan
kepada mereka kebanggaan mereka, tetapi mereka berpaling dari kebanggaan.
(Al-Mu’minun: 71)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلَكِنَّ
اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ}
tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu. (Al-Hujurat: 7)
Yaitu menjadikan iman itu dicintai oleh hati kalian dan memperindahnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْز، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَسْعَدة،
حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وسلم يقول: "الْإِسْلَامُ عَلَانِيَةً، وَالْإِيمَانُ فِي الْقَلْبِ"
قَالَ: ثُمَّ يُشِيرُ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ يَقُولُ:
"التَّقْوَى هَاهُنَا، التَّقْوَى هَاهُنَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnuMas'adah, telah menceritakan kepada kami
Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Islam itu terang-terangan dan iman itu di dalam hati. Anas r.a.
mengatakan bahwa kemudian Rasulullah Saw. berisyarat ke arah dadanya sebanyak
tiga kali, lalu bersabda: Takwa itu (letaknya) di sini, takwa itu
(letaknya) di sini.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَكَرَّهَ
إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ}
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
(Al-Hujurat: 7)
Yakni dan Allah menjadikan hatimu membenci kekafiran dan kefasikan yakni
dosa-dosa besar, yang dimaksud dengan Al Isyan ialah semua perbuatan
durhaka, ini merupakan kesempurnaan nikmat dari Allah Swt. yang
bertingkat-tingkat.
Firman Allah Swt.:
{أُولَئِكَ
هُمُ الرَّاشِدُونَ}
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
(Al-Hujurat: 7)
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat ini adalah orang-orang yang mengikuti
jalan yang lurus, Allah-lah yang telah menganugerahkan hal ini kepada
mereka.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ أَيْمَنَ الْمَكِّيُّ، عَنِ ابْنِ رَفَاعَةَ
الزُّرَقِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ وَانْكَفَأَ
الْمُشْرِكُونَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"اسْتَوُوا حَتَّى أُثْنِيَ عَلَى رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ" فَصَارُوا خَلْفَهُ
صُفُوفًا، فَقَالَ: "اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ. اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ
لِمَا بَسَطْتَ، وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ، وَلَا هَادِيَ لِمَنْ أَضْلَلْتَ،
وَلَا مُضل لِمَنْ هَدَيْتَ. وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا مَانِعَ لِمَا
أَعْطَيْتَ. وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ، وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ.
اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ
وَرِزْقِكَ. اللَّهُمَّ، إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمُ الْمُقِيمُ الَّذِي لَا
يَحُولُ وَلَا يَزُولُ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ العَيْلَة،
وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ. اللَّهُمَّ إِنَّى عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا
أَعْطَيْتَنَا، وَمِنْ شَرٍّ مَا مَنَعْتَنَا. اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا
الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ
وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ. اللَّهُمَّ،
تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ، وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ،
غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ. اللَّهُمَّ، قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ
يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ
وَعَذَابَكَ. اللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ، إِلَهَ
الْحَقِّ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Marwan ibnu Mu'awiyah
Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Aiman Al-Makki, dari
Abu Rifa'ah Az-Zurqi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ketika terjadi Perang
Uhud dan pasukan kaum musyrik telah pulang, maka Rasulullah Saw. bersabda:
Berbarislah dengan rapi karena aku akan memanjatkan doa kepada Tuhanku.
Maka mereka berbaris membentuk saf-saf di belakang beliau, lalu beliau
mengucapkan doa berikut: Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Ya Allah, tiada yang
dapat menggenggam terhadap apa yang Engkau bukakan, dan tiada yang dapat membuka
terhadap apa yang Engkau genggamkan; dan tiada yang dapat memberi petunjuk
kepada orang-orang yang Engkau sesatkan, dan tiada yang dapat menyesatkan orang
yang Engkau tunjuki; dan tiada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau
cegah, dan tiada yang dapat mencegah terhadap apa yang Engkau beri; dan tiada
yang dapat mendekatkan apa yang Engkau jauhkan, dan tiada yang dapat menjauhkan
apa yang Engkau dekatkan. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami berkah, rahmat,
karunia, dan rezeki-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau nikmat
yang kekal yang tidak berpindah dan tidak pula lenyap. Ya Allah, aku memohon
nikmat kepada Engkau di hari yang sulit, dan keamanan di hari yang menakutkan.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari keburukan apa yang
telah Engkau berikan kepada kami dan dari keburukan apa yang Engkau cegah dari
kami. Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada keimanan dan jadikanlah iman itu
indah dalam hati kami; dan jadikanlah kami benci kepada kekafiran, kefasikan,
dan kedurhakaan; dan jadikanlah kami orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus. Ya Allah, wafatkanlah kami sebagai orang-orang muslim, dan hidupkanlah
kami sebagai orang-orang muslim, dan himpunkanlah aku dengan orang-orang yang
saleh agar tidak kecewa dan tidak pula terfitnah. Ya Allah, perangilah
orang-orang kafir yang mendustakan rasul-rasul-Mu dan mencegah manusia dari
jalanMu, dan jadikanlah siksaan dan azab-Mu atas mereka. Ya Allah, Tuhan Yang
Hak, perangilah orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Al-Yaum WalLailah,
dari Ziad ibnu Ayyub, dari Marwan ibnu Mu'awiyah, dari Abdul Wahid ibnu
Aiman, dari Ubaid ibnu Rifa'ah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.
Di dalam hadis yang marfu' disebutkan:
"مَنْ
سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ، وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ"
Barang siapa yang gembira karena kebaikannya dan susah karena
keburukannya, maka dia adalah orang mukmin.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{فَضْلا
مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً}
sebagai karunia dan nikmat dari Allah. (Al-Hujurat: 8)
Yakni pemberian yang telah diberikan kepada kalian ini merupakan karunia dan
nikmat dari-Nya.
{وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ}
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Hujurat: 8)
Yaitu Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang
berhak mendapat kesesatan, lagi Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan,
syariat, dan takdir-Nya.