Tafsir Surat Al-Jatsiyah, ayat 21-23
{أَمْ
حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
(21) وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ
بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (22) أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ
هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ
وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا
تَذَكَّرُونَ (23) }
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu
menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka?
Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. Dan Allah menciptakan langit dan bumi
dengan tujuan benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang
dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. Maka pernahkah kamu melihat
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran?
Allah Swt. berfirman, bahwa tidak sama antara orang-orang mukmin dan
orang-orang kafir itu. Seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
{لَا
يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ
الْفَائِزُونَ}
Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga;
penghuni-penghuni surga itulah orang-orangyang beruntung. (Al-Hasyr:
20)
Adapun firman Allah Swt.:
{أَمْ
حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ} أَيْ: عَمِلُوهَا وَكَسَبُوهَا {أَنْ
نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ
وَمَمَاتُهُمْ}
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan
menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? (Al-Jatsiyah:
21)
Yakni Kami samakan di antara sesama mereka dalam kehidupan di dunia dan
akhirat?
{سَاءَ
مَا يَحْكُمُونَ}
Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jatsiyah: 21)
Betapa buruknya dugaan mereka terhadap Kami, padahal mustahil Kami menyamakan
di antara orang-orang yang bertakwa dengan orang-orang yang pendurhaka dalam
kehidupan di negeri akhirat nanti dan juga dalam kehidupan di dunia ini.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu
Ihab, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Usman At-Tanukhi, telah
menceritakan kepada kami Al-Wadin ibnu Ata, dari Yazid ibnu Marsad Al-Baji, dari
Abu Zar r.a. yang mengatakan bahwa Allah membangun agama-Nya di atas empat
pilar. Maka barang siapa yang berpaling darinya dan tidak mengamalkannya, ia
akan menghadap kepada Allah dalam keadaan sebagai orang yang fasik (durhaka).
Ketika ditanyakan, "Apa saja yang keempat pilar itu, hai Abu Zar?" Abu Zar r.a.
menjawab, "Hendaklah seseorang menerima apa yang dihalalkan oleh Allah karena
Allah, dan menolak apa yang diharamkan oleh Allah karena Allah, dan menerima
perintah Allah karena Allah, dan menjauhi larangan Allah karena Allah; tiada
yang dipercayai olehnya terhadap keempat perkara itu selain dari Allah Swt.
Abul Qasim yakni Nabi Saw. telah bersabda,
كَمَا
أَنَّهُ لَا يُجْتَنَى مِنَ الشَّوْكِ الْعِنَبُ، كَذَلِكَ لَا يَنَالُ الْفُجَّارُ
مَنَازِلَ الْأَبْرَارِ"
'Sebagaimana tidak dapat dipetik dari pohon yang berduri buah anggur,
demikian pula halnya orang-orang durhaka, mereka tidak akan memperoleh kedudukan
orang-orang yang bertakwa'."
Hadis ini gharib bila ditinjau dari segi jalurnya.
Muhammad ibnu lshaq menyebutkan di dalam kitab Sirah-nya bahwa mereka
telah menemukan sebuah prasasti yang ada di Mekah, tepatnya di pondasi Ka'bah.
Disebutkan padanya, "Kamu berbuat keburukan dan kamu harapkan kebaikan,
perihalnya sama dengan orang yang memetik buah anggur dari pohon yang berduri,"
yakni mustahil mendapatkannya karena pohon yang berduri tidak dapat membuahkan
anggur.
Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah,
dari Abud Duha, dari Masruq, bahwa Tamim Ad-Dari salat di suatu malam hingga
pagi hari seraya mengulang-ngulang bacaan ayat berikut yaitu firman-Nya:
Apakah orang-orangyang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan
menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.
(Al-Jatsiyah: 21) Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jatsiyah: 21)
***********
Adapun firman Allah Swt.:
{وَخَلَقَ
اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ}
Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar.
(Al-Jatsiyah: 22)
Yakni dengan adil.
{وَلِتُجْزَى
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ}
dan agar dibatasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan
mereka tidak akan dirugikan. (Al-Jatsiyah: 22)
Kemudian Allah Swt. berfirman.
{أَفَرَأَيْتَ
مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ}
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya. (Al-Jatsiyah: 23)
Yakni sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja
yang dipandang baik oleh hawa nafsunya, dia kerjakan; dan apa saja yang
dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Ayat ini dapat juga
dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu'tazilah yang menjadikan
nilai buruk dan baik berdasarkan kriteria rasio mereka. Menurut apa yang
diriwayatkan dari Malik sehubungan dengan tafsir ayat ini, orang tersebut tidak
sekali-kali menyukai sesuatu melainkan dia mengabdinya.
Firman Allah Swt.:
{وَأَضَلَّهُ
اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ}
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (Al-Jatsiyah:
23)
Makna ayat ini mengandung dua takwil. Pertama ialah Allah menyesatkan
orang tersebut karena Allah mengetahui bahwa dia berhak untuk memperoleh
kesesatan. Kedua ialah Allah menjadikannya sesat sesudah sampai kepadanya
pengetahuan dan sesudah hujah ditegakkan terhadapnya. Pendapat yang kedua
mengharuskan adanya pendapat yang pertama, tetapi tidak kebalikannya.
{وَخَتَمَ
عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً}
dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan pada penglihatannya? (Al-Jatsiyah: 23)
karenanya dia tidak dapat mendengar apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
tidak memahami sesuatu yang dapat dijadikannya sebagai petunjuk, dan tidak dapat
melihat bukti yang jelas yang dapat dijadikan sebagai penerang hatinya. Karena
itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{فَمَنْ
يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ}
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(Al-Jatsiyah: 23)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{مَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ
يَعْمَهُونَ}
Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan
memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
(Al-A'raf: 186)