Tafsir Surat Al-Jin, ayat 8-10
وَأَنَّا
لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (8)
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ
يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا (9) وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي
الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا (10)
Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui
(rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan
panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di
langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang
siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai
panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak
mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi
orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi
mereka.
Allah Swt. menceritakan tentang keadaan jin ketika Dia mengutus Rasul-Nya
Nabi Muhammad Saw. dan menurunkan kepadanya Al-Qur'an. Dan tersebutlah bahwa di
antara pemeliharaan (penjagaan) Allah kepada Al-Qur'an ialah Dia memenuhi langit
dengan penjagaan yang ketat di semua penjuru dan kawasannya, dan semua setan
diusir dari tempat-tempat pengintaiannya, yang sebelumnya mereka selalu
menduduki pos-posnya di langit. Agar setan-setan itu tidak mencuri-curi dengar
dari Al-Qur'an, yang akibatnya mereka akan menyampaikannya kepada para tukang
tenung yang menjadi teman-teman mereka, sehingga perkara Al-Qur'an menjadi samar
dan campur aduk dengan yang lainnya, serta tidak diketahui mana yang benar. Ini
merupakan belas kasihan Allah Swt. kepada makhluk-Nya, juga merupakan rahmat
dari-Nya kepada hamba-hamba-Nya, dan sebagai pemeliharaan-Nya terhadap Kitab-Nya
yang mulia. Karena itulah maka jin mengatakan, sebagaimana yang diceritakan oleh
firman-Nya
{وَأَنَّا
لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا وَأَنَّا
كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ
شِهَابًا رَصَدًا}
dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami
mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan
sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk
mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang
(mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang
mengintai (untuk membakarnya). (Al-Jin: 8-9)
Yaitu barang siapa di antara kami yang berani mencoba mencuri-curi dengar
sekarang, niscaya ia akan menjumpai panah berapi yang mengintainya yang tidak
akan Iuput dan tidak akan meleset darinya, bahkan pasti akan mengganyangnya dan
membinasakannya.
{وَأَنَّا
لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ
رَشَدًا}
Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu)
apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka
menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 10)
Yakni kami tidak mengetahui peristiwa apa yang terjadi di langit, apakah
keburukan yang dikehendaki bagi penduduk bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki
kebaikan bagi mereka? Ini merupakan ungkapan etis kaum jin karena mereka
menyandarkan keburukan kepada yang bukan pelakunya, sedangkan kebaikan mereka
sandarkan kepada pelakunya, yaitu Allah Swt. Di dalam sebuah hadis sahih
diungkapkan:
"وَالشَّرُّ
لَيْسَ إِلَيْكَ"
Keburukan itu bukanlah dinisbatkan kepada Engkau.
Sebelum itu memang pernah juga terjadi pelemparan bintang-bintang yang
menyala-nyala (meteor), tetapi tidak banyak terjadi, melainkan hanya sesekali
saja dan jarang terjadi, seperti yang disebutkan di dalam hadis Al-Abbas, yang
menceritakan bahwa ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba
ada bintang yang dilemparkan (di langit) sehingga bintang itu menyala dengan
terang. Maka Rasulullah Saw. bertanya, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang
peristiwa ini?" Kami menjawab, "Kami beranggapan bahwa ada seorang yang
besar dilahirkan, atau ada orang besar yang meninggal dunia." Maka Rasulullah
Saw. menjawab, "Bukan demikian, tetapi apabila Allah memutuskan suatu urusan
di langit," hingga akhir hadis. Kami telah mengemukakannya dengan lengkap
dalam tafsir surat Saba'.
Peristiwa penjagaan langit dengan penjagaan yang ketat itulah yang
menggerakkan jin untuk mencari penyebabnya. Lalu mereka menyebar ke arah timur
dan arah barat belahan bumi untuk mencari berita penyebabnya. Akhirnya mereka
menjumpai Rasulullah Saw. sedang membaca Al-Qur'an dengan para sahabatnya dalam
salat. Maka mereka mengetahui bahwa karena orang inilah langit dijaga ketat,
lalu berimanlah kepadanya jin yang mau beriman, dan jin yang lainnya tetap pada
kedurhakaan dan kekafirannya. Hal ini disebutkan di dalam hadis Ibnu Abbas pada
tafsir surat Al-Ahqaf, tepatnya pada firman-Nya:
وَإِذْ
صَرَفْنا إِلَيْكَ نَفَراً مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang
mendengarkan Al-Qur'an. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat.
Dan memang tidak diragukan lagi bahwa ketika peristiwa itu terjadi, yaitu
banyaknya bintang yang menyala di langit dan selalu siap untuk dilemparkan bagi
siapa yang akan mendekatinya, hal ini menyebabkan kegemparan di kalangan manusia
dan jin; mereka kaget dan merasa takut dengan peristiwa tersebut. Mereka mengira
bahwa alam ini akan hancur, sebagaimana yang dikatakan oleh As-Saddi berikut
ini.
Bahwa sebelumnya langit tidak dijaga, melainkan bila di bumi terdapat seorang
nabi atau agama Allah akan memperoleh kemenangan. Tersebutlah pula bahwa
setan-setan sebelum Nabi Muhammad Saw. diutus mempunyai pos-posnya tersendiri di
langit yang terdekat untuk mendengar-dengarkan berita dari langit menyangkut
peristiwa yang akan terjadi di bumi. Dan setelah Allah Swt. mengutus Nabi
Muhammad Saw. sebagai rasul, setan-setan itu dilempari dengan panah-panah berapi
di suatu malam, maka kagetlah penduduk Taif dengan peristiwa tersebut. Mereka
mengatakan, "Penduduk langit telah binasa." Mereka mengatakan demikian karena
melihat hebatnya api yang menyala di langit dan bintang-bintang meteor di malam
itu simpang siur di langit menjadikan langit terang benderang.
Maka mereka memerdekakan budak-budaknya dan melepaskan ternak mereka, lalu
Abdu Yalil ibnu Amr ibnu Umair berkata kepada mereka, "Celakalah kalian, hai
orang-orang Taif, tahanlah harta benda kalian. Dan lihatlah dengan baik olehmu
tempat-tempat bintang-bintang itu. Jika bintang-bintang itu masih tetap pada
tempatnya masing-masing, berarti penduduk langit tidak binasa. Sesungguhnya
kejadian ini tiada Lain karena Ibnu Abu Kabsyah, yakni Nabi Muhammad Saw. Dan
jika kalian lihat bintang-bintang tersebut tidak lagi berada di tempatnya
masing-masing, berarti penduduk langit telah binasa." Maka mereka memandang
langit dengan pandangan yang teliti, dan ternyata mereka melihat bintang-bintang
itu masih ada di tempatnya, akhirnya mereka menahan harta mereka dan tidak
dilepaskannya lagi.
Setan-setan merasa terkejut dengan peristiwa tersebut di malam itu, maka
mereka menghadap kepada iblis pemimpin mereka dan menceritakan kepadanya
peristiwa pelemparan yang dialaminya. Iblis memerintahkan kepada mereka,
"Datangkanlah kepadaku dari tiap-tiap kawasan bumi segenggam tanah, aku akan
menciumnya." Lalu. iblis menciumnya dan berkata, "Ini gara-gara teman kalian
yang ada di Mekah." Maka iblis mengirimkan tujuh jin dari Nasibin. dan mereka
datang ke Mekah, maka mereka menjumpai Nabi Allah sedang berdiri mengerjakan
salatnya di Masjidil Haram dalam keadaan membaca Al-Qur'an. Mereka makin
mendekatinya karena ingin mendengarkan bacaan Al-Qur:an, dan hampir saja bagian
yang menonjol dari tenggorokan mereka menyentuh Nabi Saw. Kemudian mereka masuk
Islam, maka Allah Swt. menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya yang menceritakan
perihal mereka. Kami telah menerangkan bagian ini secara rinci di permulaan
pembahasan kebangkitan Rasul dari kitab kami yang berjudul Kitabus Sirah,
dengan keterangan yang panjang lebar.