Tafsir Surat Al-Jumu'ah, ayat 5-8
{مَثَلُ
الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ
يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (5) قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ
فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (6) وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا
بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (7) قُلْ إِنَّ
الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (8)
}
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan
kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang
membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang
mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang zalim. Katakanlah, "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu
mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan orang-orang yang
lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan
yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha
Mengetahui akan orang-orang yang zalim. Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang
kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian
kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan."
Allah Swt. berfirman, mencela orang-orang Yahudi yang telah diberi kitab
Taurat dan telah Dia bebankan kepada mereka kitab Taurat itu untuk diamalkan.
Kemudian mereka tidak mengamalkannya, perumpamaan mereka dalam hal ini sama
dengan keledai yang dipikulkan di atas punggungnya kitab-kitab yangtebal. Makna
yang dimaksud ialah keledai itu tidak dapat memahami kitab-kitab yang dipikulnya
dan tidak mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, karena keledai hanya bisa
memikulnya saja tanpa dapat membedakan muatan apa yang dibawanya.
Demikian pula halnya dengan mereka yang telah diberi Al-Kitab, mereka hanya
dapat menghafalnya secara harfiyah, tetapi tidak memahaminya dan tidak pula
rfiengamalkan pesan-pesan dan perintah-perintah serta larangan-larangan yang
terkandung di dalamnya. Bahkan mereka menakwilkannya dengan takwilan yang
menyimpang dan menggantinya dengan yang lain. Keadaan mereka jauh lebih buruk
daripada keledai, karena keledai adalah hewan yang tidak berakal, sedangkan
mereka adalah makhluk yang berakal, tetapi tidak menggunakannya. Karena itulah
maka disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
{أُولَئِكَ
كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ}
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebihsesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raf: 179)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{بِئْسَ
مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu.
Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Jumu'ah: 5)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَير، عَنْ مُجَالِدٍ،
عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ
يَخْطُبُ، فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا، وَالَّذِي يَقُولُ لَهُ
"أنصت"، ليس له جمعة"
Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Namir, dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang berbicara pada hari
Jumat, padahal imam sedang berkhotbah, maka perumpamaannya sama dengan keledai
yang memikul kitab-kitab yang tebal. Dan orang yang berkata kepadanya,
"Diamlah!" Maka tiada (pahala) Jumat baginya.
*******************
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{قُلْ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ
مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
Katakanlah, "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu
mendakwakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan orang-orang yang
lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar.”
(Al-Jumu'ah: 6)
Yakni jika kalian mendakwakan bahwa diri kalian berada dalam petunjuk, dan
bahwa Muhammad Saw. dan para sahabatnya berada dalam kesesatan, maka doakanlah
kematian bagi golongan yang sesat di antara kedua golongan itu, jika kamu memang
orang-orang yang benar dalam pengakuanmu itu. Dan dalam firman berikutnya Allah
Swt. menjawab:
{وَلا
يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ}
Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan
kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri.
(Al-Jumu'ah: 7)
Yaitu disebabkan kekafiran, perbuatan aniaya, dan perbuatan durhaka yang
mereka kerjakan untuk diri mereka sendiri.
{وَاللَّهُ
عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ}
Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. (Al-Jumu'ah:
7)
Dalam pembahasan yang lalu —dalam tafsir surat Al-Baqarah— telah kami
jelaskan tentang mubahalah yang diajukan terhadap orang-orang Yahudi,
yaitu melalui firman-Nya:
{قُلْ
إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ
النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ
أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا
يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ
الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ}
Katakanlah, "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat
(surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka
inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar.” Dan sekali-kali mereka tidak
akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang
telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha Mengetahui
siapa orang-orang yang aniaya. Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia
yang paling tamak kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih tamak
lagi) daripada orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi
umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya
dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah:
94-96)
Telah kami bahas dan kami jelaskan pula dalam tafsir ayat di atas, bahwa
makna yang dimaksud ialah mereka diminta untuk melakukan sumpah dengan musuh
mereka bahwa siapa yang sesat dari mereka semoga ditimpa oleh laknat Allah;
apakah diri mereka ataukah musuh mereka.
Sebagaimana telah disebutkan pula dalam pembahasan mubahalah terhadap
orang-orang Nasrani dalam surat Ali Imran melalui firman-Nya:
{فَمَنْ
حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ
أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا
وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى
الْكَاذِبِينَ}
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang
meyakinkan) kamu, maka katakanlah (kepadanya), "Marilah kita memanggil
anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri
kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita
minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta.” (Ali
Imran: 61)
Dan mubahalah terhadap orang-orang musyrik dalam surat Maryam melalui
firman Allah Swt.:
{قُلْ
مَنْ كَانَ فِي الضَّلالَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمَنُ مَدًّا}
Katakanlah, "Barang siapa yang berada di dalam kesesalan, maka biarlah
Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya." (Maryam: 75)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَزِيدَ الرَّقِّيُّ أَبُو
يَزِيدَ، حَدَّثَنَا فُرَاتٌ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ بْنِ مَالِكٍ الْجَزَرِيِّ،
عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو جَهْلٍ لَعَنَهُ اللَّهُ:
إِنْ رأيتُ مُحَمَّدًا عِنْدَ الْكَعْبَةِ لآتينَّه حَتَّى أَطَأَ عَلَى عُنُقه.
قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ فَعَلَ
لأخذَته الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا، وَلَوْ أَنَّ الْيَهُودَ تَمَنَّوا الْمَوْتَ
لَمَاتُوا وَرَأَوْا مَقَاعِدَهُمْ مِنَ النَّارِ. وَلَوْ خَرَجَ الَّذِينَ
يُباهلون رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَرَجَعُوا لَا
يَجِدُونَ مَالًا وَلَا أَهْلًا.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yazid
Az-Zurqi, telah menceritakan kepada kami Abu Yazid, telah menceritakan kepada
kami Furat, dari Abdul Karim ibnu Malik Al-Jazari, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas
yang menceritakan bahwa Abu Jahal la'natullah pernah mengatakan bahwa
sesungguhnya jika ia melihat Muhammad di dekat Ka'bah, maka ia benar-benar akan
mendatanginya dan menginjak lehernya (bila Muhammad) sedang salat. Maka
Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya dia benar-benar melakukannya, niscaya
malaikat akan menyambarnya secara terang-terangan. Dan seandainya orang-orang
Yahudi mau mengharapkan kematian (diri mereka), niscaya mereka semuanya
mati, lalu mereka akan melihat tempat kediaman mereka di neraka. Dan seandainya
orang-orang yang ber-mubahalah dengan Rasulullah Saw. mau keluar (untuk
ber-mubahalah), tentulah mereka kembali ke tempat mereka tanpa menemukan lagi
baik keluarga maupun harta benda mereka.
Imam Bukhari, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui
Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abdul Karim. Imam Bukhari mengatakan bahwa
diikuti pula oleh Amr ibnu Khalid, dari Ubaidillah ibnu Amr dari Abdul Karim.
Imam Nasai telah meriwayatkannya pula dari Abdur Rahman ibnu Abdullah Al-Halabi,
dari Ubaidillah ibnu Amr Ar-Ruqqi dengan sanad yang sama dan lebih sempurna.
*******************
Firman Allah Swt.:
{قُلْ
إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ
إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ}
Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia
beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Al-Jumu'ah: 8)
Semakna dengan firman Allah Swt. yang disebutkan di dalam surat An-Nisa,
yaitu:
{أَيْنَمَا
تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ
مُشَيَّدَةٍ}
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (An-Nisa: 78)
Di dalam kitab Mu jam Imam Tabrani disebutkan melalui hadis Mu'az
Muhammad ibnu Muhammad Al-Hudali, dari Yunus, dari Al-Hasan, dari Samurah secara
marfu':
"مَثَلُ
الَّذِي يَفِرُّ مِنَ الْمَوْتِ كَمَثَلِ الثَّعْلَبِ تَطْلُبُهُ الْأَرْضُ
بِدَيْنٍ، فَجَاءَ يَسْعَى حَتَّى إِذَا أَعْيَا وَانْبَهَرَ دَخَلَ جُحْرَهُ،
فَقَالَتْ لَهُ الْأَرْضُ: يَا ثَعْلَبُ دَيْنِي. فَخَرَجَ لَهُ حُصَاص، فَلَمْ
يَزَلْ كذلك حتى تقطعت
عنقه، فمات".
Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama dengan musang yang dikejar
oleh bumi karena suatu utang, maka musang itu melarikan diri dengan cepatnya;
hingga manakala ia kecapaian dan napasnya tersengal-sengal, lalu ia masuk ke
dalam liangnya. Dan bumi pun berkata kepadanya, "Hai musang, mana utangku, "
lalu musang itu keluar melarikan diri dengan cepatnya karena ditagih utang, dan
ia terus-menerus dalam keadaan demikian hingga pada akhirnya ia kehabisan napas
dan mati.