Tafsir Surat Al-Muddatstsir, ayat 11-30

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا (11) وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا (12) وَبَنِينَ شُهُودًا (13) وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا (14) ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ (15) كَلَّا إِنَّهُ كَانَ لِآيَاتِنَا عَنِيدًا (16) سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا (17) إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (18) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (19) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (20) ثُمَّ نَظَرَ (21) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (22) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (23) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (24) إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ (25) سَأُصْلِيهِ سَقَرَ (26) وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ (27) لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ (28) لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ (29) عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ (30)
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Kulapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam maka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.”Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).
Allah Swt. berfirman, mengancam orang jahat itu yang telah diberi banyak nikmat duniawi oleh Allah, lalu ia membalasnya dengan kekafiran terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya, dan menggantinya dengan kekafiran serta keingkaran terhadap ayat-ayat Allah, dan mendustakannya serta menganggapnya sebagai perkataan manusia. Hal ini diungkapkan oleh Allah Swt. dengan menghitung-hitung nikmat yang telah Dia berikan kepadanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا}
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir 11)
Yakni dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan sendirian, tidak berharta dan tidak beranak, kemudian Allah memberinya rezeki,
{مَالا مَمْدُودًا}
harta benda yang banyak. (Al-Muddatstsir: 12)
Yaitu harta yang berlimpah lagi banyak. Suatu pendapat menyebutnya seribu dinar, pendapat yang lainnya mengatakan seratus ribu dinar, dan menurut pendapat yang lainnya berupa lahan pertanian yang sangat luas, sedangkan pendapat yang lainnya lagi mengatakan selain itu. Dan Allah menjadikan baginya,
{وَبَنِينَ شُهُودًا}
dan anak-anak yang selalu bersama dia. (Al-Muddatstsir: 13)
Mujahid mengatakan makna yang dimaksud ialah tidak pernah absen darinya dan selalu ada bersamanya, tidak pernah bepergian untuk berniaga, melainkan semuanya itu telah ditangani oleh budak-budaknya dan orang-orang upahannya (pegawainya), sedangkan mereka hanya tinggal saja bersama ayah mereka, dan ayah mereka merasa senang selalu bersama mereka serta merasa terhibur. Mereka (anak-anak) itu menurut apa yang disebutkan oleh As-Saddi, Abu Malik dan Asim ibnu Umar ibnu Qatadah ada tiga belas orang. Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan sepuluh orang anak. Hal ini merupakan nikmat yang tiada taranya, yaitu keberadaan anak-anak di dekat orang tua mereka.
{وَمَهَّدْتُ لَهُ تَمْهِيدًا}
dan Kulapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya. (Al-Muddatstsir: 14)
Yakni Aku berikan kepadanya berbagai macam harta benda dan peralatan serta hal-hal lainnya.
{ثُمَّ يَطْمَعُ أَنْ أَزِيدَ كَلا إِنَّهُ كَانَ لآيَاتِنَا عَنِيدًا}
kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (Al-Muddatstsir: 15-16)
Yaitu ingkar karena dia mengingkari nikmat-nikmat-Nya sesudah mengetahui.
Maka Allah Swt. berfirman dalam ayat selanjutnya:
{سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا}
Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (Al-Muddatstsir: 17)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعة، عَنْ دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سعيد، عن رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "وَيْلٌ: وَادٍ فِي جَهَنَّمَ، يَهْوِي فِيهِ الْكَافِرُ أَرْبَعِينَ خَرِيفًا قَبْلَ أَنْ يَبْلُغَ قَعْرَهُ، والصَّعُود: جَبَلٌ مِنْ نَارٍ يَصْعَدُ فِيهِ سَبْعِينَ خَرِيفًا، ثُمَّ يَهْوِي بِهِ كَذَلِكَ فِيهِ أَبَدًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Wail adalah nama sebuah jurang di dalam neraka Jahanam, orang kafir dijatuhkan ke dalamnya selama empat puluh musim gugur sebelum mencapai dasarnya. Dan Su'ud adalah nama sebuah gunung dari api neraka yang orang kafir naik mendakinya selama tujuh puluh musim semi, kemudian terjatuh darinya dalam masa yang sama, untuk selama-lamanya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Al-Hasan ibnu Musa Al-Asy-yab dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dari Darij. Demikianlah menurut Imam Turmuzi. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula dari Yunus, dari Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, dari Darij, tetapi di dalamnya terdapat hal yang garib dan munkar.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة وَعَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ -الْمَعْرُوفِ بِعَلَّانَ الْمِصْرِيِّ -قَالَ: حَدَّثَنَا مِنْجاب، أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهَنِيّ، عَنْ عَطِيَّةَ الْعَوْفِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا} قَالَ: "هُوَ جَبَلٌ فِي النَّارِ مِنْ نَارٍ يُكَلَّفُ أَنْ يَصْعَدَهُ، فَإِذَا وَضَعَ يَدَهُ ذَابَتْ، وَإِذَا رَفَعَهَا عَادَتْ، فَإِذَا وَضَعَ رِجْلَهُ ذَابَتْ، وَإِذَا رَفَعَهَا عَادَتْ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah dan Ali ibnu Abdur Rahman yang dikenal dengan Allan Al-Muqri yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Minjab, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Ammar Ad-Duhani, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman Allah Swt: Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (Al-Muddatstsir: 17) Lalu beliau Saw. bersabda: Su'ud adalah sebuah gunung dari api di dalam neraka, orang kafir dipaksa untuk menaikinya. Maka apabila tangannya ia letakkan di gunung, tangannya itu lebur; dan apabila ia menariknya, maka kembali seperti semula. Dan apabila ia letakkan kakinya, maka kakinya itu lebur; dan apabila ia angkat kembali, maka menjadi utuh seperti semula.
Al-Bazzar dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Syarik dengan sanad yang sama. Qatadah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Su'ud adalah sebuah batu besar di dalam neraka Jahanam, orang kafir di seret di atasnya dengan muka di bawah. As-Saddi mengatakan bahwa Su'ud adalah sebuah batu yang licin di dalam neraka Jahanam, orang kafir dipaksa untuk mendakinya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (Al-Muddatstsir: 17) Yakni kepayahan karena azab. Qatadah mengatakan azab yang tiada henti-hentinya, pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ}
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya). (Al-Muddatstsir: 18)
Yaitu sesungguhnya Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Yakni Kami mendekatkan azab yang berat kepadanya karena dahulu ia jauh dari iman, sebab dia telah memikirkan dan menetapkan. Dengan kata lain, dia menangguhkan pendapatnya tentang Al-Qur'an ketika ditanya mengenainya, dan ia memikirkan pendapat apa yang akan dibuat-buatnya terhadap Al-Qur'an, dan dia merekayasanya dengan merenungkannya terlebih dahulu.
{فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ}
maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan. (Al-Muddatstsir: 19-20)
Ini merupakan kutukan terhadapnya.
{ثُمَّ نَظَرَ}
kemudian dia memikirkan. (Al-Muddatstsir: 21)
Maksudnya, kembali memikirkan dan merenungkannya.
{ثُمَّ عَبَسَ}
sesudah itu dia bermasam muka. (Al-Muddatstsir: 22)
Yakni bermuka kecut dan menatapkan pandangannya.
{وَبَسَرَ}
dan merengut. (Al-Muddatstsir: 22)
Yaitu mukanya menjadi hitam dan menggambarkan rasa benci; termasuk ke dalam pengertian ini ucapan seorang penyair yang bernama Taubah ibnu Himyar:
وَقَدْ رَابَنِي مِنْهَا صُدُودٌ رَأَيْتُهُ ... وَإِعْرَاضُهَا عَنْ حَاجَتِي وَبُسُورُهَا
Sesungguhnya sangat mencurigakan diriku sikapnya yang kulihat selalu menghambatku dan dia selalu berpaling dari keperluanku dengan muka yang merengut.
Firman Allah Swt:
{ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ}
kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. (Al-Muddatstsir: 23)
Yakni berpaling dari perkara hak dan mundur dengan rasa sombong, tidak mau tunduk kepada Al-Qur'an.
{فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ}
lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu)." (Al-Muddatstsir: 24)
Artinya, ini merupakan sihir yang dinukil oleh Muhammad dari orang lain yang sebelumnya, lalu ia mempelajarinya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
{إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ}
ini tidak lain hanyalah perkataan manusia. (Al-Muddatstsir: 25)
Yakni bukan kalam Allah. Dan orang yang berkata demikian seperti yang disebutkan dalam konteks ayat adalah Al-Walid ibnul Mugirah Al-Makhzumi, salah seorang pemimpin dari Quraisy, la'natullah. Dan tersebutlah di antara berita mengenai dirinya tentang hal ini diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Walid menemui Abu Bakar ibnu Abu Quhafah, lalu bertanya kepadanya tentang Al-Qur'an. Setelah mendapat jawaban dari Abu Bakar, lalu ia keluar dan menemui orang-orang Quraisy, dan berkatalah ia kepada mereka, "Sungguh menakjubkan dengan apa yang diucapkan oleh Ibnu Abu Kabsyah. Demi Allah, apa yang dikatakannya bukanlah syair, bukan sihir, bukan pula kerasukan penyakit gila, tetapi sesungguhnya ucapannya itu benar-benar Kalamullah.”
Ketika segolongan orang-orang Quraisy mendengar ucapan Al-Walid ibnul Mugirah itu, maka mereka menebar hasutan dan mengatakan kepada orang-orang Quraisy, "Demi Allah, jika Al-Walid masuk agama baru, benar-benar orang-orang Quraisy pun akan mengikuti jejaknya." Ketika berita itu terdengar oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, maka ia berkata, "Akulah yang akan menanganinya sebagai ganti kalian," lalu ia pergi dan masuk ke dalam rumah Al-Walid ibnul Mugirah. Dan berkatalah ia kepada Al-Walid, 'Tidakkah engkau perhatikan kaummu, sesungguhnya mereka telah mengumpulkan dana untuk diberikan kepadamu?" Al-Walid ibnul Mugirah balik bertanya, "Bukankah aku ini orang yang terkaya di antara mereka dan juga paling banyak memiliki anak?"
Abu Jahal mengatakan kepadanya, "Mereka membicarakan bahwa engkau masuk ke dalam rumah Ibnu Abu Quhafah hanyalah untuk mendapatkan makan darinya." Al-Walid bertanya, "Apakah betul mereka (kaumku) menggunjing aku demikian? Demi Allah, sekarang aku tidak akan mendekati Abu Quhafah lagi, juga Umar dan Ibnu Abu Kabsyah, dan tiadalah apa yang dikatakannya melainkan sihir yang dipelajari." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11) Sampai dengan firman-Nya: Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Al-Muddatstsir: 28)
Qatadah mengatakan bahwa mereka mengira Al-Walid ibnul Mugirah mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya aku perhatikan apa yang dikatakan oleh lelaki ini, ternyata perkataannya itu bukanlah syair, dan sesungguhnya perkataannya itu benar-benar sangat manis dan benar-benar sangat indah. Dan sesungguhnya kata-katanya itu benar-benar tinggi dan tiada yang lebih tinggi daripadanya, dan aku tidak meragukan lagi bahwa kata-katanya itu mempunyai pengaruh yang sangat memukau bagaikan pengaruh sihir." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan. (Al-Muddatstsir: 19) Hingga firman-Nya: sesudah itu dia bermasam muka dan merengut. (Al-Muddatstsir: 22) Yakni mengernyitkan keningnya dan mukanya berubah menjadi merengut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnuSaur, dari Ma'mar, dari Abbad ibnu Mansur, dari Ikrimah, bahwa Al-Walid ibnul Mugirah datang kepada Nabi Saw. Maka beliau membacakan kepadanya Al-Qur'an, kemudian seakan-akan Al-Walid menjadi lunak hatinya kepada Nabi Saw. Ketika hal tersebut terdengar oleh Abu Jahal, maka Abu Jahal ibnu Hisyam datang menemuinya dan berkata, "Hai Paman, sesungguhnya kaummu telah menghimpun dana untukmu." Al-Walid balik bertanya, "Mengapa?" Abu Jahal menjawab, "Mereka akan memberikannya kepadamu, karena sesungguhnya engkau telah datang kepada Muhammad berbeda dengan sikapmu yang sebelumnya." Al-Walid berkata, "Orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa diriku adalah orang yang paling banyak hartanya." Abu Jahal berkata, "Kalau begitu, berikanlah tanggapanmu tentang dia, agar kaummu mengetahui bahwa engkau mengingkari apa yang dikatakannya (Muhammad), dan bahwa engkau benci kepadanya."
Al-Walid bertanya, "Lalu apakah yang harus kukatakan? Demi Allah, tiada seorang pun dari kalian yang lebih mengetahui daripada aku tentang syair, dan tiada pula yang lebih mengetahui tentang puisi dan sajak selain dariku, dan tiada pula yang lebih mengetahui tentang syair jin selain dariku. Demi Allah, apa yang dikatakan Muhammad itu tidak mirip dengan sesuatu pun dari itu. Demi Allah, sesungguhnya dalam ucapan yang dikatakannya benar-benar terkandung keindahan yang tiada taranya. Dan sesungguhnya ucapannya itu benar-benar dapat menghancurkan (mengalahkan) semua yang ada di bawahnya, dan sesungguhnya ia benar-benar tinggi dan tiada yang lebih tinggi daripada dia." Abu Jahal berkata, "Demi Allah, kalau begitu kaummu tidak akan senang sebelum engkau mengatakan sesuatu yang tidak enak terhadapnya." Al-Walid menjawab, "Kalau begitu, biarkanlah aku berpikir terlebih dahulu."
Setelah ia berpikir, lalu berkata, "Sesungguhnya Al-Qur'an yang dikatakannya itu tiada lain merupakan sihir yang dipelajari dari orang lain." Maka turunlah firman Allah Swt.: Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11) Sampai dengan firman-Nya: Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30)
Muhammad ibnu Ishaq dan yang lain yang bukan hanya seorang telah meriwayatkan hal yang semisal. As-Saddi mengira bahwa mereka (orang-orang Quraisy) ketika berkumpul di Darun Nudwah, mereka telah sepakat untuk menyatukan pendapat mereka tentang Nabi Muhammad dengan pendapat yang mendiskreditkannya, sebelum datang kepada mereka delegasi orang-orang Arab untuk menunaikan ibadah haji. Tujuannya ialah agar mereka terhalang dan tidak mengikutinya serta tidak tertarik kepadanya. Maka sebagian dari mereka ada yang mengatakannya seorang penyair, sebagian yang lain mengatakannya seorang tukang sihir, dan yang lainnya lagi mengatakan tukang tenung, sedangkan yang lainnya lagi mengatakannya orang gila. Hal ini diceritakan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya yang mengatakan:
انْظُرْ كَيْفَ ضَرَبُوا لَكَ الْأَمْثالَ فَضَلُّوا فَلا يَسْتَطِيعُونَ سَبِيلًا
Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat perbandingan-perbandingan tentang kamu, lalu sesallah mereka, mereka tidak sanggup (mendapatkan) jalan (untuk menentang kerasulanmu). (Al-Furqan: 9) dan (Al-Isra: 48)
Dengan adanya semua itu Al-Walid berpikir untuk mengada-adakan pendapat dari dirinya sendiri tentang Nabi Saw., dan dia terus berpikir dan berpikir, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, lalu menentukan sikap dan berkata, "Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang-orang dahulu, ini tidak lain hanyalah perkataan manusia."
*******************
Maka Allah Swt. berfirman:
{سَأُصْلِيهِ سَقَرَ}
Aku akan memasukkannya kedalam (neraka) Saqar. (Al-Muddatstsir: 26)
Yakni Aku akan mengepung dia dengan api neraka dari segala penjurunya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ}
Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? (Al-Muddatstsir: 27)
Ini menggambarkan tentang keadaannya yang sangat menakutkan dan amat mengerikan, lalu ditafsirkan oleh firman selanjutnya:
{لَا تُبْقِي وَلا تَذَرُ}
Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Al-Muddatstsir: 28)
Yakni yang memakan daging mereka, urat dan otot serta kulit mereka habis dibakar, kemudian diganti lagi dengan yang lainnya, sedangkan mereka tetap menjalani siksaan itu; tidaklah mereka mati dan tidak pula hidup. Demikianlah menurut Ibnu Buraidah dan Abu Sinan serta selain keduanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَوَّاحَةٌ لِلْبَشَرِ}
(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (Al-Muddatstsir: 29)
Mujahid mengatakan, bahwa yang dimaksud ialah membakar kulit. Abu Razin mengatakan, makna yang dimaksud ialah api neraka itu menjiiat kulit dengan sekali jilatan sehingga menghanguskannya menjadi hitam lebih gelap dari kelamnya malam hari. Zaid ibnu Aslam mengatakan, bahwa tubuh mereka didekatkan kepada neraka.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (Al-Muddatstsir: 29) Maksudnya, apinya membakar hangus kulit. Ibnu Abbas mengatakan, yang membakar kulit manusia.
Firman Allah Swt.:
{عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ}
Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30)
Yaitu dari barisan terdepan Malaikat Zabaniyah (juru siksa), bentuk tubuh mereka besar-besar dan penampilan mereka sangat kasar lagi bengis.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، أَخْبَرَنِي حُرَيْثٌ، عَنْ عَامِرٍ، عَنِ الْبَرَاءِ فِي قَوْلِهِ: {عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ} قَالَ إِنَّ رَهْطًا مِنَ الْيَهُودِ سَأَلُوا رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم عن خَزَنَةِ جَهَنَّمَ. فَقَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَجَاءَ رَجُلٌ فَأَخْبَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَزَلَ عَلَيْهِ سَاعَتَئِذٍ: {عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ} فَأَخْبَرَ أَصْحَابَهُ وَقَالَ: "ادْعُهُمْ، أَمَا إِنِّي سَائِلُهُمْ عَنْ تُربَة الْجَنَّةِ إِنْ أَتَوْنِي، أَمَا إِنَّهَا دَرْمكة بيضاء". فجاؤوه فَسَأَلُوهُ عَنْ خَزَنَةِ جَهَنَّمَ، فَأَهْوَى بِأَصَابِعِ كَفَّيْهِ مَرَّتَيْنِ وَأَمْسَكَ الْإِبْهَامَ فِي الثَّانِيَةِ، ثُمَّ قَالَ: "أَخْبِرُونِي عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ". فَقَالُوا: أَخْبِرْهُمْ يَا ابْنَ سَلَامٍ. فَقَالَ: كَأَنَّهَا خُبزَة بَيْضَاءُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أما إِنَّ الْخُبْزَ إِنَّمَا يَكُونُ مِنَ الدّرمَك".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zaidah, telah menceritakan kepadaku Haris, dari Amir, dari Al-Barra yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Diatasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30) Sesungguhnya ada segolongan orang-orang Yahudi menanyakan kepada seorang lelaki dari sahabat Rasulullah Saw. tentang para penjaga neraka Jahanam, maka lelaki itu menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Lelaki itu datang dan menceritakan hal itu kepada Nabi Saw., lalu saat itu juga Allah menurunkan firman-Nya: Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Al-Muddatstsir: 30) Kemudian Nabi Saw. memanggil para sahabatnya dan bersabda: Panggillah mereka (orang-orang Yahudi) itu. Ingatlah, sesungguhnya aku akan menanyakan kepada mereka tentang warna tanah surga jika mereka datang kepadaku. Ingatlah, sesungguhnya warna tanah surga itu bagaikan tepung terigu yang putih. Ternyata mereka datang, lalu menanyakan kepada beliau tentang para penjaga neraka Jahanam. Maka Nabi Saw. mengisyaratkan dengan jari jemari kedua telapak tangannya sebanyak dua kali, sedangkan pada yang kedua kali beliau menggenggamkan jari jempolnya (yakni sembilan belas malaikat penjaga). Lalu Nabi Saw. bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang warna tanah surga." Mereka berkata kepada pemimpin mereka, "Hai Ibnu Salam, jawablah mereka !" Ibnu Salam menjawab, "Seakan-akan putihnya seperti adonan roti." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya roti itu tiada lain terbuat dari tepung.
Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abu Hatim, yakni dari Al-Barra. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, hadis ini dari Jabir ibnu Abdullah, sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبدَة، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ وَيَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، غلبَ أَصْحَابُكَ الْيَوْمَ. فَقَالَ: "بِأَيِّ شَيْءٍ؟ " قَالَ: سَأَلَتْهُمْ يَهُود هَلْ أَعْلَمَكُمْ نَبِيُّكُمْ عِدَّةَ خَزَنَةِ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالُوا: لَا نَعْلَمُ حَتَّى نَسْأَلَ نَبِيَّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَفَغُلِبَ قَوْمٌ سُئلوا عَمَّا لَا يَدْرُونَ فَقَالُوا: لَا نَدْرِي حَتَّى نَسْأَلَ نَبِيَّنَا؟ عليَّ بِأَعْدَاءِ اللَّهِ، لَكِنْ سَأَلُوا نَبِيَّهُمْ أَنْ يُرِيَهُمُ اللَّهَ جَهْرَةً". فَأَرْسَلَ إِلَيْهِمْ فَدَعَاهُمْ. قَالُوا: يَا أَبَا الْقَاسِمِ، كَمْ عَدَدُ خَزَنَةِ أَهْلِ النَّارِ؟ قَالَ: "هَكَذَا"، وَطَبَّقَ كَفَّيْهِ، ثُمَّ طَبَّقَ كَفَّيْهِ، مَرَّتَيْنِ، وَعَقَدَ وَاحِدَةً، وَقَالَ لِأَصْحَابِهِ: "إِنْ سُئِلْتُمْ عَنْ تُرْبَةِ الْجَنَّةِ فَهِيَ الدَّرمك". فَلَمَّا سَأَلُوهُ فَأَخْبَرَهُمْ بِعِدَّةِ خَزَنَةِ أَهْلِ النَّارِ، قَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا تُرْبَةُ الْجَنَّةِ؟ " فَنَظَرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ، فَقَالُوا: خُبْزَةٌ يَا أَبَا الْقَاسِمِ. فَقَالَ: "الْخُبْزُ مِنَ الدَّرمك".
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepada kami Sufyan dan Yahya ibnu Hakarn, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mujalid, dari Asy-Sya'bi, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, sahabat-sahabatmu telah dikalahkan, hari ini." Nabi Saw. bertanya, "Mengapa?" Lelaki itu menjawab, "Orang-orang Yahudi mengatakan kepada mereka, 'Apakah nabimu telah memberitahukan kepadamu tentang jumlah para malaikat penjaga neraka?' Mereka menjawab, 'Kami tidak mengetahuinya sebelum menanyakannya kepada nabi kami'." Rasulullah Saw. bersabda, "'Apakah suatu kaum yang ditanyai tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui dapat dikatakan mereka dikalahkan, sedangkan mereka hanya menjawab, 'Kami tidak mengetahuinya sebelum menanyakannya kepada Nabi kami'? Undanglah musuh-musuh Allah itu kemari, tetapi mereka pernah meminta kepada nabi mereka supaya Allah menampakkannya kepada mereka terang-terangan.", Maka Rasulullah Saw. memerintahkan agar mereka dipanggil menghadap kepadanya, lalu mereka pun datang dan bertanya, "Hai Abul Qasim, berapakah jumlah penjaga neraka itu?" Nabi Saw. memberi petunjuk kepada sahabatnya dengan isyarat jari jemari kedua tangannya sebanyak dua kali, sedangkan yang kedua kalinya beliau genggamkan salah satu jarinya, seraya bersabda, "Jumlahnya segini." Lalu Nabi Saw. bersabda kepada para sahabatnya: Jika kamu ditanya mengenai warna tanah surga, maka tanah surga itu putih seperti tepung gandum. Ketika mereka menanyakan tentang bilangan penjaga neraka, dan Nabi Saw. memberitahukannya kepada mereka, lalu beliau Saw. bertanya kepada mereka, "Bagaimanakah warna tanah surga?" Maka sebagian dari mereka memandang kepada sebagian yang lain, lalu berkata, "Seperti roti, hai Abul Qasim."Nabi Saw. bersabda, "Roti itu terbuat dari tepung."
Imam Turmuzi meriwayatkan hal yang sama dalam tafsir ayat ini dari Ibnu Abu Umar, dari Syaiban dengan sanad yang sama. Ia serta Al-Bazzar mengatakan hadis ini tidak dikenal melainkan hanya melalui riwayat Mujahd. Imam Ahmad telah meriwayatkannya dari Ali ibnul Madini, dari Sufyan tanpa menyebutkan darmak (tepung terigu).

Popular posts from this blog

Tafsir Surat Al-'Alaq, ayat 1-5

Tafsir Surat An-Naba, ayat 1-16

Tafsir Surat Adz-Dzariyat, ayat 52-60