Tafsir Surat Al-Muddatstsir, ayat 31-37
وَمَا
جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ
إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ
مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ
وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ (31) كَلَّا وَالْقَمَرِ (32) وَاللَّيْلِ
إِذْ أَدْبَرَ (33) وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ (34) إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ
(35) نَذِيرًا لِلْبَشَرِ (36) لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ
يَتَأَخَّرَ (37)
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu
melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu
melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang
diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya
dan supaya orang~orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak
ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
orang-orang kafir (mengatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan
ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu
tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. Sekali-kali tidak, demi bulan, dan
malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila mulai terang. Sesungguhnya Saqar
itu adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia
(yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau
mundur.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ}
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka. (Al-Muddatstsir: 31)
As-hab arti bahasanya para pemilik, dan makna yang dimaksud adalah
para penjaga neraka.
{إِلا
مَلائِكَةً}
melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni terdiri dari para malaikat Zabaniyah (jura siksa) yang kasar lagi
keras, yang demikian itu merupakan jawaban terhadap orang-orang musyrik Quraisy,
ketika diceritakan kepada mereka bilangan para penjaga neraka. Maka Abu Jahal
berkata, "Hai golongan orang-orang Quraisy, tidakkah setiap sepuluh orang dari
kalian mampu mengalahkan seseorang dari mereka, maka pastilah kamu dapat
mengalahkan mereka?" Maka Allah Swt. berfirman: Dan tiada Kami jadikan
penjaga neraka itu, melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31) Yaitu
kasar penampilannya, mereka tidak dapat dilawan dan tidak terkalahkan.
Menurut suatu pendapat, ada seseorang dari mereka yang dikenal dengan sebutan
Abul Asydin, yang nama aslinya Kaldah ibnu Usaid ibnu Khalaf. Ia berkata, "Hai
golongan orang-orang Quraisy, serahkanlah dua orang dari para penjaga neraka itu
kepadaku, sedangkan yang sisanya yaitu tujuh belas orang kuserahkan kepada
kalian untuk menanganinya." Ia katakan demikian karena merasa yakin dengan
kekuatan dirinya yang hebat. Tersebutlah bahwa kekuatan yang dimilikinya menurut
kisah mereka sangat hebat, dia berdiri di atas hamparan kulit sapi, lalu kulit
sapi itu ditarik oleh sepuluh orang untuk mereka ambil dari bawah telapak
kakinya. Ternyata kulit sapi itu robek, sedangkan si Kaldah tidak bergeming
sedikit pun dari tempat pijakannya.
As-Suhaili mengatakan bahwa si Kaldahlah yang pernah menantang Rasulullah
Saw. untuk bergulat, dan ia mengatakan, "Jika engkau mengalahkan aku, maka aku
akan beriman kepadamu." Maka Nabi Saw. memenuhi tantangannya dan ternyata beliau
dapat membantingnya berkali-kali, tetapi Kaldah tidak juga mau beriman. Dan
As-Suhaili mengatakan bahwa Ibnu Ishaq menisbatkan kisah pergulatan ini kepada
Rukanah ibnu Abdu Yazid ibnu Hasyim ibnul Muttalib. Menurut saya, tidak ada
pertentangan di antara apa yang disebutkan oleh keduanya karena barangkali
keduanya terjadi; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا}
dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi
cobaan bagi orang-orang kafir. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni sesungguhnya Kami sebutkan bilangan mereka sembilan belas hanyalah
untuk menguji manusia.
{لِيَسْتَيْقِنَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ}
supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin.
(Al-Muddatstsir: 31)
Yaitu agar mereka mengetahui bahwa Rasul ini adalah benar dan mengatakan hal
yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka dari kitab-kitab samawi yang
diturunkan kepada para nabi sebelumnya.
Firman Allah Swt.:
{وَيَزْدَادَ
الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا}
dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. (Al-Muddatstsir:
31)
Yakni di samping iman yang telah ada pada mereka melalui apa yang mereka
saksikan sendiri, bahwa berita yang disampaikan oleh Nabi mereka adalah
benar.
{وَلا
يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ}
dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin ita
tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit.
(Al-Muddatstsir: 31)
Maksudnya, orang-orang munafik.
{وَالْكَافِرُونَ
مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا}
dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan
bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” (Al-Muddatstsir: 31)
Mereka mengatakan, "Apakah hikmah yang terkandung di balik penyebutan
bilangan tersebut?"
Allah Swt. berfirman:
{كَذَلِكَ
يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni dengan adanya cobaan dan ujian seperti ini, maka akan bertambah kuatlah
iman di dalam hati sebagian kaum dan akan bertambah goyahlah keimanan pada
sebagian yang lainnya. Hanya pada Allah-lah terdapat hikmah yang tiada taranya
dan alasan yang mematikan hujah lawan.
Firman Allah Swt:
{وَمَا
يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ}
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.
(Al-Muddatstsir: 31)
Tiada seorang pun yang mengetahui jumlah mereka dan berapa banyaknya mereka
kecuali hanya Allah sendiri, supaya tidak ada orang yang mempunyai dugaan bahwa
mereka berjumlah sembilan belas malaikat saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh
segolongan orang-orang yang sesat dari kalangan para failasuf Yunani dan
orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan penganut kedua agama (Yahudi
dan Nasrani). Ketika mereka mendengar ayat ini, maka mereka bermaksud
menakwilkannya dengan pengertian sepuluh akal dan sembilan jiwa, yang hal ini
merupakan buat-buatan mereka sendiri, tetapi mereka tidak mampu membuktikan
kebenaran dari hipotesisnya. Mereka hanya memahami permulaan dari ayat ini,
tetapi kafir dengan bagian terakhirnya, yaitu firman Allah Swt. Yang mengatakan:
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.
(Al-Muddatstsir: 31)
Di dalam hadis Isra yang diriwayatkan di dalam kitab Sahihain dan kitab hadis
lainnya telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan
gambaran tentang Baitul Ma'mur yang ada di langit lapis ketujuh:
«فَإِذَا
هُوَ يَدْخُلُهُ فِي كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لَا يَعُودُونَ إِلَيْهِ
آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ»
Dan ternyata Baitul Ma'mur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh
ribu malaikat yang tidak kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ، حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ
إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُهَاجِرٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ مُورِقٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي أَرَى
مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وحُقَّ
لَهَا أَنْ تَئط، مَا فيها موضع أَصَابِعَ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ، لَوْ
عَلِمْتُمْ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَلَا
تَلَذّذتم بِالنِّسَاءِ عَلَى الفُرُشات، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ
تَجْأَرُونَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ". فَقَالَ أَبُو ذَرٍّ: وَاللَّهِ لوددتُ
أَنِّي شَجَرَةٌ تُعضد.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah
menceritakan kepada kami Israil, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Mujahid, dari
Muwarraq, dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
Sesungguhnya aku telah melihat apa yang tidak kamu lihat dan aku telah
mendengar apa yang tidak kamu dengar. Langit berderak dan sepantasnya bagi
langit berderak karena tiada suatu tempat pun darinya selebar empat buah jari
melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud. Seandainya kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian benar-benar sedikit tertawa dan
banyak menangis, dan tidak mau bersenang-senang dengan wanita di atas peraduan,
dan niscaya kamu akan keluar ke lempat-tempat yang tinggi untuk meminta tolong
dan berseru kepada Allah Swt. Maka Abu Zar memberikan komentarnya, "Demi
Allah, (setelah mendengar hadis ini) ia benar-benar menginginkan seandainya
dirinya berupa pohon yang dicabut (yakni makhluk yang tidak bernyawa)."
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Israil.
Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan hal yang sama telah
diriwayatkan dari Abu Zar secara mauquf.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا خَيْرُ بْنُ عَرَفَةَ
الْمِصْرِيُّ، حَدَّثَنَا عُرْوَة بْنُ مَرْوَانَ الرُّقِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ
اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ
أَبِي رَبَاحٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "ما في السموات السَّبْعِ مَوْضِعُ قَدَمٍ وَلَا شِبْرٍ
وَلَا كَفٍّ إِلَّا وَفِيهِ مَلَكٌ قَائِمٌ، أَوْ مَلَكٌ سَاجِدٌ، أَوْ مَلَكٌ
رَاكِعٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ قَالُوا جَمِيعًا: سُبْحَانَكَ! مَا
عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ، إِلَّا أَنَّا لَمْ نُشْرِكْ بِكَ
شَيْئًا".
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Husain ibnu Arafah Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Marwan
Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, dari Abdul Karim
ibnu Malik, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tiada suatu tempat pun, baik selebar
telapak kaki, atau selebar sejengkal, atau selebar telapak tangan di langit yang
ketujuh, melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang berdiri atau malaikat
yang sedang sujud atau malaikat yang sedang rukuk. Dan apabila hari kiamat
terjadi, mereka semuanya mengatakan, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah-Mu
dengan penyembahan yang sebenar-benarnya, hanya saja kami tidak pernah
mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun."
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ الْمَرْوَزِيُّ فِي "كِتَابِ الصَّلَاةِ": حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ
سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ صَفْوَانِ بْنِ مُحْرِز، عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ
قَالَ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ
أَصْحَابِهِ إِذْ قَالَ لَهُمْ: "هَلْ تَسْمَعُونَ مَا أَسْمَعُ؟ " قَالُوا: مَا
نَسْمَعُ مِنْ شَيْءٍ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَسْمَعُ أَطِيطَ السَّمَاءِ وَمَا
تُلَامُ أَنْ تَئطّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ شِبْرٍ إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ رَاكِعٌ
أَوْ سَاجِدٌ"
Muhammad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus salat-nya mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Zurarah, telah menceritakan kepada kami Abdul
Wahhab, dari Ata, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz, dari
Hakim ibnu Hizam yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. ada bersama para
sahabatnya, tiba-tiba beliau bertanya, "Apakah kalian mendengar apa yang
kudengar?" Mereka menjawab, "Kami tidak mendengar sesuatu pun." Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Aku mendengar suara langit berderak, dan tidaklah langit
dicela bila berderak, karena tiada sejengkal tempat pun padanya melainkan ada
malaikat yang sedang rukuk atau sedang sujud.
قَالَ
أَيْضًا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَهْزَاذَ حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاذٍ الْفَضْلُ بْنُ خَالِدٍ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ
سُلَيْمَانَ الْبَاهِلِيُّ، سَمِعْتُ الضَّحَّاكَ بْنَ مُزَاحِمٍ، يُحَدِّثُ عَنْ
مَسْرُوقِ بْنِ الْأَجْدَعِ، عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا فِي السَّمَاءِ الدُّنْيَا
مَوْضِعُ قَدَمٍ إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ أَوْ قَائِمٌ، وَذَلِكَ قَوْلُ
الْمَلَائِكَةِ: {وَمَا مِنَّا إِلا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ وَإِنَّا لَنَحْنُ
الصَّافُّونَ وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ}
Ia mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'az Al-Fadl ibnu
Khalid An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Sulaiman Al-Bahili,
bahwa ia pernah mendengar Ad-Dahhak ibnu Muzahim menceritakan hadis berikut dari
Masruq ibnul Ajda', dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Tiada suatu tempat selebar telapak kakipun di langit yang terdekat
melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri. Yang
demikian itu (diketahui dari) ucapan malaikat (yang disitir oleh firman-Nya),
"Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang
tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan
perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah)"
(Ash-Shaffat: 164-166)
Hadis ini marfu', tetapi garib sekali.
Kemudian ia meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Adam, dari Abu Mu'awiyah, dari
Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud. Ia telah mengatakan,
"'Sesungguhnya di antara lapisan-lapisan langit terdapat suatu lapisan yang
tiada tempat barang sejengkal pun padanya melainkan terdapat kening malaikat
(yang sedang sujud) atau kedua telapak kakinya (yang sedang berdiri)." Kemudian
Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf
(dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih
(kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166)
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ سَيَّارٍ: حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ
الدِّمَشْقِيُّ الْمَعْرُوفُ بِابْنِ أُمِّهِ، حَدَّثَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ
عُثْمَانَ بْنِ عَطِيَّةَ مِنْ بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ
بْنُ أَيُّوبَ [مِنْ بَنِي] سَالِمِ بْنِ عَوْفٍ. حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ زَيْدِ
بْنِ مَسْعُودٍ مِنْ بَنِي الْحُبُلِيِّ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ عَمْرِو بْنِ
الرَّبِيعِ، مَنْ بَنِي سَالِمٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلَاءِ،
مِنْ بَنِي سَاعِدَةَ، عَنْ أَبِيهِ الْعَلَاءِ بْنِ سَعْدٍ -وَقَدْ شَهِدَ
الْفَتْحَ وَمَا بَعْدَهُ-أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ يَوْمًا لِجُلَسَائِهِ: "هَلْ تَسْمَعُونَ مَا أَسْمَعُ؟ " قَالُوا: وَمَا
تَسَمَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئط،
إِنَّهُ لَيْسَ فِيهَا مَوْضِعُ قَدَم إِلَّا وَعَلَيْهِ مَلَكٌ قَائِمٌ أَوْ
رَاكِعٌ أَوْ سَاجِدٌ، وقالَ الْمَلَائِكَةُ: {وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ
وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ}
Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sayyar,
telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Khalid Ad-Dimasyqi
yang dikenal dengan sebutan Ibnu Ummihi, telah menceritakan kepada kami
Al-Mugirah ibnu Umar ibnu Atiyyah dari kalangan Bani Amr ibnu Auf, telah
menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Ayyub, dari Salim ibnu Auf, telah
menceritakan kepadaku Ata ibnu Yazid ibnu Mas'ud dari Banil Habli, telah
menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Amr ibnur Rabi', dari Bani Salim, telah
menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnul Ala, dari Bani Sa'idah, dari ayahnya
Al-Ala ibnu Sa'd yang ikut dalam penaklukan Mekah dan peperangan yang
sesudahnya, bahwa pada suatu hari Nabi Saw. bersabda kepada sahabat-sahabat yang
sedang duduk bersamanya, "Apakah kalian mendengar suara yang kudengar?" Mereka
bertanya, "Apakah yang telah engkau dengar, wahai Rasulullah?"Nabi Saw.
bersabda: Langit berderak, dan sepantasnyalah langit berderak karena
sesungguhnya tiada padanya tempat selebar telapak kaki pun melainkan ada
malaikat yang sedang berdiri, atau sedang rukuk atau sedang sujud. Dan para
malaikat berkata, "Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam
menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih
(kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166)
Sanad hadis ini garib sekali.
ثُمَّ
قَالَ: حَدَّثَنَا [مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا] إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ إِسْمَاعِيلَ الفَروي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ، عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ديناره، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ عُمَرَ جَاءَ وَالصَّلَاةُ قَائِمَةٌ، وَنَفَرٌ
ثَلَاثَةٌ جُلُوسٌ، أَحَدُهُمْ أَبُو جَحْشٍ اللَّيْثِيُّ، فَقَالَ: قُومُوا
فَصَلُّوا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ. فَقَامَ اثْنَانِ وَأَبَى أَبُو جَحْشٍ أَنْ
يَقُومَ، وَقَالَ: لَا أَقُومُ حَتَّى يَأْتِيَ رَجُلٌ هُوَ أَقْوَى مِنِّي
ذِرَاعَيْنِ، وَأَشَدُّ مِنِّي بَطْشًا فَيَصْرَعُنِي، ثُمَّ يَدس وَجْهِي فِي
التُّرَابِ. قَالَ عُمَرُ: فَصَرَعْتُهُ وَدَسَسْتُ وَجْهَهُ فِي التُّرَابِ،
فَأَتَى عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ فَحَجَزَنِي عَنْهُ، فَخَرَجَ عُمَرُ مُغْضَبًا
حَتَّى انْتَهَى إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: "مَا
رَأيَكَ يَا أَبَا حَفْصٍ؟ ". فَذَكَرَ لَهُ مَا كَانَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن رضى عُمَرَ
رحمةٌ، وَاللَّهِ لوددْتُ أَنَّكَ جِئْتَنِي بِرَأْسِ الْخَبِيثِ"، فَقَامَ عُمَرُ
يُوجّهُ نَحْوَهُ، فَلَمَّا أَبْعَدَ نَادَاهُ فَقَالَ: "اجْلِسْ حَتَّى أُخْبِرَكَ
بِغِنَى الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ عَنْ صَلَاةِ أَبِي جَحْشٍ، إِنَّ لِلَّهِ فِي
السَّمَاءِ الدُّنْيَا مَلَائِكَةً خُشُوعًا لَا يرفعون رءوسهم حتى تقوم الساعة.
فإذا قامت رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ ثُمَّ قَالُوا: رَبَّنَا، مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ
عِبَادَتِكَ، وَإِنَّ لِلَّهِ فِي السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ مَلَائِكَةً سُجُودًا
لَا يَرْفَعُونَ رُءُوسَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ فَإِذَا قَامَتِ السَّاعَةُ
رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ، وَقَالُوا: سُبْحَانَكَ! مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ"
فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: وَمَا يَقُولُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَقَالَ: " أَمَّا
أَهْلُ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُونَ: سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ
وَالْمَلَكُوتِ. وَأَمَّا أَهْلُ السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَيَقُولُونَ: سُبْحَانَ
ذِي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوتِ. وَأَمَّا أَهْلُ السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ
فَيَقُولُونَ: سُبْحَانَ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ. فَقُلْهَا يَا عُمَرُ فِي
صَلَاتِكَ". فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَكَيْفَ بِالَّذِي كُنْتَ
عَلَّمْتَنِي وَأَمَرْتَنِي أَنْ أَقُولَهُ فِي صَلَاتِي؟ فَقَالَ: "قُلْ هَذَا
مَرَّةً وَهَذَا مَرَّةً". وَكَانَ الَّذِي أَمَرَهُ بِهِ أَنْ يَقُولَ: "أَعُوذُ
بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ، وَأَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سخَطك، وَأَعُوذُ بِكَ
مِنْكَ، جَلَّ وَجْهُكَ"
Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Muhammad
ibnu Ismail Al-Farawi, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah,
dari Abdur Rahman, dari Abdullah ibnu Dinar, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu
Umar, bahwa Umar tiba, sedangkan salat telah didirikan, dan di situ terdapat
tiga orang yang masih duduk, di antaranya adalah Abu Jahsy Al-Laisi. Maka Umar
berkata kepada mereka, "Bangkitlah kalian dan salatlah bersama Rasulullah Saw.!"
Maka bangkitlah dua orang dari mereka, sedangkan Abu Jahsy menolak dan tidak man
berdiri, serta mengatakan, "Aku tidak mau berdiri sebelum datang kepadaku
seorang lelaki yang tubuhnya lebih kuat daripada aku dan lebih keras pukulannya
daripada aku, lalu dia mengalahkanku dan membenamkan mukaku ke dalam pasir."
Umar melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertarung dengan Abu Jahsy dan
mengalahkannya serta membenamkan mukanya ke pasir, tetapi tiba-tiba datanglah
Usman ibnu Affan yang memisahku darinya. Umar keluar dalam keadaan marah hingga
sampai ke tempat Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. bertanya, "Mengapa engkau,
hai Abu Hafs?" Umar menceritakan peristiwa yang baru dialaminya kepada Nabi Saw.
Maka Nabi Saw. bersabda, "Jika Umar rela dan membelas kasihaninya, maka Allah
pun demikian. Tetapi aku menginginkan seandainya saja engkau bawa ke hadapanku
kepala si orang jahat itu." Maka Umar pun bangkit dan menuju ke tempat Abu
Jahsy. Tetapi ketika baru beberapa Iangkah menjauh, Umar dipanggil kembali oleh
Rasulullah Saw., dan beliau Saw. bersabda kepadanya: Duduklah kamu, aku akan
menceritakan kepadamu bahwa Allah tidak membutuhkan salat Abu Jahsy, Allah Swt.
Mahakaya daripada dia. Sesungguhnya di langit yang terdekat Allah memiliki
malaikat-malaikat yang khusyuk beribadah kepada-Nya, mereka tidak pernah
mengangkat kepalanya sampai hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat
terjadi, barulah mereka mengangkat kepalanya, kemudian mereka mengatakan, "Wahai
Tuhan kami, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang
sebenar-benarnya.” Dan pada langit yang kedua Allah mempunyai malaikat-malaikat
yang selalu sujud, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sebelum hari kiamat
terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka baru mengangkat kepalanya, lalu
berkata, "Mahasuci Engkau, Tuhan kami; kami tidak menyembah Engkau dengan
penyembahan yang sebenar-benarnya." Maka Umar bertanya, "Wahai Rasulullah,
doa apakah yang mereka ucapkan?" Rasulullah Saw. menjawab: Adapun malaikat
penduduk langit yang terdekat, mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki
Kerajaan bumi dan Kerajaan langit.” Adapun yang diucapkan oleh penduduk langit
yang kedua ialah, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Keagungan dan Keperkasaan."
Adapun penduduk langit yang ketiga, mereka mengatakan, "Mahasuci Tuhan Yang
Hidup Kekal, Yang tidak akan mati.” Maka bacalah pula olehmu, hai Umar, dalam
salatmu. Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan doa-doa
yang telah engkau ajarkan kepadaku untuk mengucapkannya dalam salatku?"
Rasulullah Saw. menjawab, "Sesekali ucapkanlah doa ini, dan pada kesempatan
lain ucapkan doa itu!" Tersebutlah bahwa doa yang telah diajarkan oleh
Rasulullah Saw. kepadanya ialah: Aku berlindung kepada sifat pemaaf-Mu dari
siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada rida-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung
kepada-Mu dari azab-Mu, Mahaagung Zat-Mu.
Hadis ini garib sekali, bahkan boleh dikatakan munkar dan sangat parah
predikat munkar-nya.
Ishaq Al-Farawi diambil riwayatnya oleh Imam Bukhari. Ibnu Hayyan menyebutkan
di dalam golongan perawi yang berpredikat siqah, tetapi Abu Daud, An-Nasai,
Al-Uqaili, dan Ad-Daruqutni menilainya lemah. Abu Hatim Ar-Razi mengatakan
tentangnya, bahwa dia adalah seorang yang sangat jujur, hanya saja menjadi tuna
netra; barangkali dia menulis kitabnya dengan mengimlakannya, sedangkan yang
menulisnya orang lain, tetapi semua kitabnya sahih. Tetapi di lain waktu Abu
Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa dia adalah orang yang mudtarib, dan mengenai
gurunya yang bernama Abdul Malik ibnu Qudamah masih dibicarakan oleh Abu Qatadah
Al-Jumahi. Tetapi anehnya yang dilakukan oleh Imam Muhammad ibnu Nasr, mengapa
dia meriwayatkan darinya tanpa membicarakan perihalnya, tidak pula
memperkenalkan tentang keadaannya, dan tidak pula menyinggung kelemahan sebagian
perawinya. Hanya saja dia telah meriwayatkannya melalui jalur lain dari Sa'id
ibnu Jubair secara mursal dengan lafaz yang semisal, juga melalui jalur lain
dari Al-Hasan Al-Basri secara mursal dengan lafaz yang mendekatinya.
قَالَ
مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَهْزَاذَ، أَخْبَرَنَا النَّضْرُ، أَخْبَرَنَا
عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَدِيَّ بْنَ أَرْطَاةَ وَهُوَ
يَخْطُبُنَا عَلَى مِنْبَرِ الْمَدَائِنِ قَالَ: سَمِعْتُ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ لِلَّهِ تَعَالَى مَلَائِكَةً تُرعَد
فَرَائِصُهُمْ مِنْ خِيفَتِهِ، مَا مِنْهُمْ مَلَكٌ تَقْطُرُ مِنْهُ دَمْعَةٌ مِنْ
عَيْنِهِ إِلَّا وَقَعَتْ عَلَى مَلَكٍ يُصَلِّي، وَإِنَّ مِنْهُمْ مَلَائِكَةً
سُجُودًا مُنْذُ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَمْ يَرْفَعُوا
رُءُوسَهُمْ وَلَا يَرْفَعُونَهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنَّ مِنْهُمْ
مَلَائِكَةً رُكُوعًا لَمْ يَرْفَعُوا رُءُوسَهُمْ مُنْذُ خَلَقَ اللَّهُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَرْفَعُونَهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ،
فَإِذَا رَفَعُوا رُءُوسَهُمْ نَظَرُوا إِلَى وَجْهِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ،
قَالُوا: سُبْحَانَكَ! مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ"
Kemudian Muhammad ibnu Nasr mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami An-Nadr,
telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Mansuryang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Addi ibnu Artah mengatakan dalam khotbahnya di atas mimbar Mada'in,
bahwa ia pernah mendengar seseorang dari sahabat Rasulullah Saw. menceritakan
hadis berikut dari Rasulullah Saw. Yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah
mempunyai malaikat-malaikat yang sendi-sendi tubuhnya bergetar karena takut
kepada-Nya, tiada setetes air mata pun yang dikeluarkan oleh seseorang dari
mereka melainkan jatuh mengenai malaikat lainnya yang sedang salat. Dan
sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang selalu sujud sejak
Allah menciptakan langit dan bumi, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya dan
tidak akan mereka angkal kepalanya sampai hari kiamat. Dan sesungguhnya di
antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang sedang rukuk dan tidak pernah
mengangkat kepalanya sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan mereka tidak
akan mengangkat kepalanya sampai hari kiamat. Apabila mereka mengangkat
kepalanya, mereka memandang ke arah Zat Allah Swt., lalu berkata, "Mahasuci
Engkau, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang
sebenar-benarnya.”
Sanad hadis ini tidak mengandung cela.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
هِيَ إِلا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ}
Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
(Al-Muddatstsir: 31)
Mujahid dan yang lain mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
tiadalah Saqar itu. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni neraka yang telah digambarkan
di atas. Melainkan peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{كَلا
وَالْقَمَرِ وَاللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ}
Sekali-kali tidak, demi bulan, dan malam ketika telah berlalu.
(Al-Muddatstsir: 32-33)
Adbara artinya berpaling maksudnya berlalu.
{وَالصُّبْحِ
إِذَا أَسْفَرَ}
dan subuh apabila mulai terang. (Al-Muddatstsir: 34)
Yaitu mulai bersinar memancarkan cahayanya.
{إِنَّهَا
لإحْدَى الْكُبَرِ}
Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar.
(Al-Muddatstsir: 35)
Yakni salah satu dari azab yang amat besar, maksudnya neraka Saqar.
Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dahhak serta selain
mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.
{نَذِيرًا
لِلْبَشَرِ لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَوْ
يَتَأَخَّرَ}
sebagai ancaman bagi manusia, (yaitu) bagi siapa di antaramu yang
berkehendak akan maju atau mundur. (Al-Muddatstsir: 36-37)
Yaitu bagi siapa yang mau menerima peringatan dan menempuh jalan petunjuk
yang hak; atau siapa yang mundur darinya dan berpaling serta
menolaknya.