Tafsir Surat Al-Qalam, ayat 1-7

ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ (1) مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ (2) وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ (3) وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4) فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ (5) بِأَيِّكُمُ الْمَفْتُونُ (6) إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (7)
Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan keterangan tentang huruf-huruf hijaiyah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an, yaitu dalam tafsir surat Al-Baqarah, dan bahwa firman Allah Swt., "Nun, " sama dengan Shad. Qaf, dan lain sebagainya dari huruf-huruf terpisah yang mengawali surat-surat Al-Qur'an. Dan mengenai penjelasan tentang hal ini sudah cukup dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah, hingga tidak perlu diulangi lagi.
Menurut suatu pendapat, nun adalah nama seekor ikan yang amat besar berada di atas lautan air yang sangat luas, dialah yang menyangga tujuh lapis bumi, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Abu Ja'far ibnu Jarir yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Sulaiman alias Al-A'masy, dari Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam. Allah berfirman, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apakah yang harus aku tulis?" Allah Swt. berfirman, "Tulislah takdir." Maka Qalam mencatat semua yang akan terjadi sejak hari itu sampai hari kiamat..Kemudian Allah menciptakan nun dan menaikkan uap air; maka terciptalah darinya langit, dan terhamparlah bumi di atas nun. Lalu nun bergetar, maka bumi pun terhampar dengan luasnya, lalu dikukuhkan dengan gunung-gunung. Sesungguhnya nun itu benar-benar merasa bangga terhadap bumi.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ahmad ibnu Sinan, dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah, Muhammad ibnu Fudail dan Waki', dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Dan Syu'bah dalam salah satu riwayatnya menambahkan bahwa lalu Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1)
Syarik telah meriwayatkannya dari Al-A'masy ibnu Abu Zabyan atau Mujahid, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal. Ma'mar meriwayatkannya dari Al-A'masy, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakannya, kemudian ia membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1)
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Ata, dari AbudDuha, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya sesuatu yang mula-mula diciptakan oleh Tuhanku adalah Al-Qalam. Kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Tulislah" Maka qalam menulis segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari kiamat. Kemudian Allah menciptakan nun di atas air, lalu meletakkan bumi di atasnya.
Imam Tabrani telah meriwayatkan hal ini secara marfu'. Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبُو حَبِيبٍ زَيْدُ بْنُ الْمُهْتَدِي الْمَرُّوذِيُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَعْقُوبَ الطَّالَقَانِيُّ، حَدَّثَنَا مُؤَمَّل بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ أَبِي الضُّحَى مُسْلِمِ بْنِ صَبِيح، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمُ وَالْحُوتُ، قَالَ لِلْقَلَمِ: اكْتُبْ، قَالَ: مَا أَكْتُبُ، قَالَ: كُلَّ شَيْءٍ كَائِنٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ". ثُمَّ قَرَأَ: {ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ} فَالنُّونُ: الْحُوتُ. وَالْقَلَمُ: الْقَلَمُ
telah menceritakan kepada kami Abu Habib alias Zaid ibnul Mahdi Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Ya'qub At-Taliqani, telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kaini Hammad ibnu Zaid, dari Ata ibnus Sa-ib, dari AbudDuha alias Muslim ibnu Sabih, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya makhluk yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah Al-Qalam dan al-hut (ikan yang sangat besar). Allah berfirman kepada qalam, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apakah yang harus aku tulis?” Allah berfirman, "Segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari kiamat.” Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam; 1) Nun adalah ikan yang sangat besar, sedangkan al-qalam adalah qalam (pena).
Hadis lain diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, dari Abu Abdullah maula Bani Umayyah, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah mendenaar Rasulullah Saw. bersabda:
"إِنَّ أَوَّلَ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللَّهُ الْقَلَمُ، ثُمَّ خَلَقَ "النُّونَ" وَهِيَ: الدَّوَاةُ. ثُمَّ قَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ وَمَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَا يَكُونُ -أَوْ: مَا هُوَ كَائِنٌ-مِنْ عَمَلٍ أَوْ رِزْقٍ أَوْ أَثَرٍ أَوْ أَجَلٍ. فَكَتَبَ ذَلِكَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: {ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ} ثُمَّ خَتَمَ عَلَى الْقَلَمِ فَلَمْ يَتَكَلَّمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ خَلَقَ الْعَقْلَ وَقَالَ: وَعِزَّتِي لَأُكَمِّلَنَّكَ فِيمَنْ أَحْبَبْتُ، وَلَأَنْقُصَنَّكَ مِمَّنْ أَبْغَضْتُ"
Sesungguhnya sesuatu yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah al-qalam, kemudian Allah menciptakan nun yaitu tinta, lalu Allah berfirman kepada al-qalam, "Tulislah!" Al-qalam bertanya, "Apa yang harus aku tulis?" Allah berfirman, "Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi, atau segala sesuatu yang akan ada, dari amal perbuatan, atau rezeki atau jejak atau ajal.” Maka al-qalam menulis semuanya itu sampai hari kiamat. Itulah yang dimaksud oleh firman Allah Swt., "Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis, (Al-Qalam: 1)." Kemudian al-qalam dikunci, maka ia tidak berbicara sampai hari kiamat. Kemudian Allah menciptakan akal, lalu Allah berfirman, "Demi keagungan-Ku, sungguh Aku benar-benar akan menyempurnakanmu terhadap orang yang Aku sukai, dan sungguh Aku benar-benar akan mengurangimu terhadap orang yang Aku murkai.”
Ibnu Abu Najih telah mengatakan bahwa sesungguhnya Ibrahim ibnu Abu Bakar pernah menceritakan kepadanya dari .Mujahid yang telah mengatakan bahwa nun pernah disebutkan bahwa ia adalah ikan yang amat besar yang berada di bawah lapisan bumi yang ketujuh. Al-Bagawi dan sejumlah ulama tafsir telah menyebutkan bahwa di atas punggung ikan yang besar ini terdapat sebuah batu besar yang ketebalannya sama dengan jarak antara langit dan bumi. Dan di atas batu besar itu terdapat seekor banteng yang memiliki empat puluh ribu tanduk, sedangkan di atas punggung banteng ini terdapat bumi yang berlapis tujuh dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya dan segala sesuatu yang ada di antara tiap lapisnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Tetapi herannya ada sebagian ulama yang menakwilkan dengan makna ini hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا حُمَيد، عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَلَامٍ بَلَغه مَقْدَم رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَأَتَاهُ فَسَأَلَهُ عَنْ أَشْيَاءَ، قَالَ: إِنِّي سَائِلُكَ عَنْ أَشْيَاءَ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا نَبِيٌّ، قَالَ: مَا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ؟ وَمَا أَوَّلُ طَعَامِ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ وَمَا بَالُ الْوَلَدِ يَنْزِعُ إِلَى أَبِيهِ؟ وَالْوَلَدُ يَنْزِعُ إِلَى أُمِّهِ؟ قَالَ: "أَخْبَرَنِي بِهِنَّ جِبْرِيلُ آنِفًا". قَالَ ابْنُ سَلَامٍ: فَذَاكَ عَدُوُّ الْيَهُودِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ. قَالَ: "أَمَّا أَوَّلُ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ فَنَارٌ تَحشرهم (8) مِنَ الْمَشْرِقِ إِلَى الْمَغْرِبِ. وَأَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ زيادةُ كَبِدِ حُوتٍ. وَأَمَّا الْوَلَدُ فَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ نَزَعَ الْوَلَدُ، وَإِذَا سَبَقَ مَاءُ الْمَرْأَةِ مَاءَ الرَّجُلِ نَزَعَتْ".
telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas, bahwa Abdullah ibnu Salam ketika mendengar berita kedatangan Rasulullah Saw. di Madinah, ia datang menemuinya dan bertanya kepadanya tentang berbagai hal. Ia mengatakan, "Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang berbagai hal yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali seorang nabi." Abdullah ibnu Salam bertanya, "Apakah pertanda awal hari kiamat. Dan makanan apakah yang disajikan kepada ahli surga sebagai suguhan pertamanya. Dan sebutkan mengapa seorang anak mirip dengan ayahnya, dan mengapa seorang anak mirip ibunya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Jibril baru saja memberitahukannya kepadaku." Abdullah ibnu Salam berkata, "Dia adalah malaikat yang dibenci oleh orang-orang Yahudi." Nabi Saw. melanjutkan jawabannya: Pertanda yang mengawali hari kiamat ialah munculnya api yang menggiring manusia dari masyriq ke magrib. Dan makanan yang mula-mula disajikan kepada penghuni surga ialah lebihan hatinya ikan paus. Adapun mengenai anak, maka apabila air mani lelaki mendahului air mani perempuan, maka anaknya mirip dengan ayahnya. Dan apabila air mani perempuan mendahului air mani laki-laki, maka anaknya mirip dengan ibunya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Humaid, dan Imam Muslim serta Imam Bukliari telah rneriwayatkannya pula melalui hadis Sauban maula Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal.
Dan disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui hadis Abu Asma Ar-Rahbi, dari Sauban, bahwa seorang rahib pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang berbagai masalah. antara lain disebutkan bahwa apakah sajian pertama bagi ahli surga saat mereka masuk surga, maka Rasulullah Saw. menjawab:
"زِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ". قَالَ: فَمَا غِذَاؤُهُمْ عَلَى أَثَرِهَا؟ قَالَ: "يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا". قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: "مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا "
Lebihan hatinya ikan paus. Rahib itu bertanya lagi, "Lalu makanan apakah yang disuguhkan kepada mereka sesudahnya?" Rasulullah Saw. menjawab: Disembelihkan untuk mereka seekor banteng surga yang makan dari pinggiran taman-taman surga. Rahib itu bertanya lagi, "Lalu apakah suguhan minuman mereka sehabis menyantap makanan itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Dari mata air yang ada di dalam surga yang dikenal dengan nama Salsabila.
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan nun adalah lauh (lembaran) dari nur (cahaya).
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ شَبِيبٍ الْمُكْتِبُ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ الْجَزَرِيُّ، عَنْ فُرَاتِ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ قُرّة، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " {ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ} لَوْحٌ مِنْ نُورٍ، وَقَلَمٌ مِنْ نُورٍ، يَجْرِي بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Syabib Al-Maktab, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ziad Al-Jazari, dari Furat ibnu Abul Furat, dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1) Bahwa al-qalam adalah lembaran dari cahaya dan pena dari cahaya yang bergerak mencatat segala sesuatu yang akan ada sampai hari kiamat.
Hadis ini berpredikat mursal lagi garib.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa ia pernah mendapat berita bahwa qalam tersebut dari nur yang panjangnya sama dengan jarak perjalanan seratus tahun.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, yang dimaksud dengan nun adalah tinta, dan yang dimaksud dengan qalam adalah pena.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Abu Saur, dari Ma'mar, dari Al-Hasan dan Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya, "Nun.” keduanya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan nun ialah tinta.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dalam hadis marfu', tetapi predikatnya garib sekali.
Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى بَنِي أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "خَلَقَ اللَّهُ النُّونَ، وَهِيَ الدَّوَاةُ"
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah mania Bani Umayyah, dari Abu Saleh, dan Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah telah menciptakan nun, yaitu tinta.
ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid. telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami saudara lelakinya yang bernama Isa ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sabit As-Samali, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan nun yaitu tinta dan menciptakan al-qalam. Lalu Allah berfirman, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apa yang harus kutulis?" Allah Swt. berfirman, "Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi sampai hari kiamat, berupa amal perbuatan yang dikerjakan, baik amal ketaatan atau amal kedurhakaan, baik rezeki halal yang diberikan atau rezeki haram." Kemudian ditetapkan pula segala sesuatu dari hal tersebut menyangkut nasibnya, yaitu masuknya ke dunia, dan masa tinggalnya di dunia, dan usia berapa saat keluarnya dari dunia dan bagaimana cara matinya. Kemudian Allah Swt. menugaskan para malaikat penjaga untuk menjaga hamba-hamba-Nya dan para malaikat pencatat amal perbuatan untuk menghimpun catatan amal perbuatan mereka. Para malaikat penjaga setiap harinya menyalin dari para malaikat pencatat amal perbuatan, amal perbuatan yang dikerjakan setiap harinya. Apabila rezeki seseorang telah habis, dan jejak langkahnya telah berakhir serta ajalnya telah tiba, maka malaikat penjaga datang menjumpai malaikat pencatat amal perbuatan untuk meminta arsip catatan amal yang dikerjakan di hari itu. Maka malaikat pencatat amal berkata kepada malaikat penjaga, "Kami tidak menjumpai amal apa pun bagi teman kamu ini." Lalu malaikat penjaga kembali dan menjumpai orang yang dijaganya telah meninggai dunia. Lalu Ibnu Abbas mengatakan bahwa bukankah kalian adalah orang-orang Arab, tentunya kalian pernah mendengar ucapan para malaikat pencatat amal perbuatan yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jatsiyah: 29) Dan tiada lain makna istinsakh (menyalin) itu kecuali dari kitab induknya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَالْقَلَمِ}
demi qalam. (Al-Qalam: 1)
Makna lahiriah menunjukkan jenis qalam (pena) alias sarana yang dipakai untuk menulis, semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)
Ini merupakan sumpah dari Allah Swt. dengan menyebut qalam, untuk mengingatkan makhluk-Nya akan nikmat yang telah Dia berikan kepada mereka, yaitu Dia telah mengajarkan kepada mereka menulis yang dengan melaluinya ilmu pengetahuan dapat diraih. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَمَا يَسْطُرُونَ}
dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1)
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah dan apa yang mereka tulis.
Abud Duha telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah dan apa yang mereka kerjakan.'
As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan mereka adalah para malaikat dan segala sesuatu yang mereka catat tentang amal perbuatan semua hamba.
Ulama lainnya mengatakan bahwa bahkan makna yang dimaksud dengan al-qalam dalam ayat ini ialah pena yang diperintahkan oleh Allah untuk mencatat takdir, yakni ketika Allah memerintahkan kepadanya mencatat semua takdir yang telah Dia tetapkan atas semua makhluk-Nya, yang hal ini terjadi sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh ribu tahun.
Sehubungan dengan hal ini para ulama mengetengahkan hadis-hadis yang menerangkan masalah al-qalam ini.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدِ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ وَيُونُسُ بْنُ حَبِيبٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ سُليم السُّلَمِيُّ، عَنْ عَطَاءٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي رَبَاحٍ-حَدَّثَنِي الْوَلِيدُ بْنُ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: دَعَانِي أَبِي حِينِ حَضَرَهُ الْمَوْتُ فَقَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمُ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: يَا رَبِّ وَمَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبِ الْقَدَرَ [مَا كَانَ] وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الْأَبَدِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id alias Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan dan Yunus ibnu Habib; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Sulaim As-Sulami, dari Ata ibnu Abu Rabah, telah menceritakan kepadaku Al-Walid ibnu Ubadah ibnus Samit yang mengatakan bahwa ayahnya memanggilnya saat ia menjelang kematiannya, lalu ayahnya yang sedang sakit keras itu mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya makhluk yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah al-qalam, lalu Allah berfirman kepadanya, "Tulislah!" Al-qalam bertanya, "Ya Tuhanku apakah yang harus kutulis? Allah berfirman, "Tulislah takdir dan semua yang akan ada sampai selama-lamanya, "
Hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui berbagai jalur dari Al-Walid ibnu Ubadah, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengetengahkannya melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dengan sanad yang sama, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan, sahih, garib. Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam kitab sunannya dalam pembahasan As-Sunnah, dari Ja'far ibnu Musafir, dari Yahya ibnu Hassan, dari Ibnu Rabah, dari Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Abu Hafsah alias Hubaisy ibnu Syuraili Al-Habsyi Asy-Syabi, dari Ubadah, lalu disebutkan hal yang semisal.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الطُّوسِيُّ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ، أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا رَبَاحُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ حَبِيبٍ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ أَبِي بَزة عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم قَالَ: "إِنَّ أَوَّلَ شَيْءٍ خَلَقَهُ اللَّهُ الْقَلَمُ فَأَمَرَهُ فَكَتَبَ كُلَّ شَيْءٍ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak. telah menceritakan kepada kami Rabah ibnu Zaid. dari Umar ibnu Habib, dari Al-Qasim ibnu Abu Buzzah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari ibnu Abbas; ia pernah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya sesuatu yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah al-qalam, lalu Allah memerintahkan kepadanya agar mencatat segala sesuatu.
Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya, mereka (ahli hadis) tiada yang mengetengahkannya.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-Qalam, " bahwa makna yang dimaksud ialah pena yang digunakan untuk menulis zikir (peringatan).
*******************
Firman Allah Swt:
{وَمَا يَسْطُرُونَ}
dan apa yang mereka tulis. (Al-Qalam: 1)
Yakni segala sesuatu yang mereka tulis; sama dengan tafsir yang sebelumnya.
Firman Allah Swt.:
{مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ}
berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. (Al-Qalam: 2)
Yaitu segala puji bagi Allah, engkau bukanlah orang gila sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang bodoh dari kalangan kaummu yang mendustakan apa yang engkau sampaikan kepada mereka berupa petunjuk dan perkara hak yang jelas, karenanya mereka menuduhmu sebagai orang gila.
{وَإِنَّ لَكَ لأجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ}
Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. (Al-Qalam: 3)
Maksudnya, bahkan bagimu pahala yang besar dan imbalan yang berlimpah yang tiada putus-putusnya dan tidak akan lenyap imbalan pahala kamu menyampaikan risalah Tuhanmu kepada makhluk dan kesabaranmu menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
عَطاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ
sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud: 108)
Dan firman-Nya yang lain, yaitu:
فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (At-Tin: 6)
Yakni pahala yang tiada putus-putusnya dari mereka. Mujahid mengatakan bahwa gairu mamnun artinya yang tiada terhitung, tetapi pendapat ini semakna dengan apa yang telah kami katakan sebelumnya.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya engkau Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agam Islam.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Ibnu Zaid.
Menurut Atiyyah, disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung. Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanyakepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4) Diceritakan kepada kami bahwa Sa'd ibnu Hisyam pernah bertanya kepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah balik bertanya kepadanya, "Bukankah engkau telah membaca Al-Qur'an?" Sa'id menjawab, "Benar," Aisyah berkata: Maka sesungguhnya akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, dari Zurarah ibnu Aufa, dari Sa'd ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah, "Wahai Ummul Mu’minin, ceritakanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah?" Aisyah balik bertanya, "Bukankah kamu telah membaca Al-Qur'an?" Aku menjawab, "Ya." Maka ia berkata: Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Ini merupakan ringkasan dari suatu hadis yang cukup panjang.
Imam Muslim telah meriwayatkannya di dalam kitab Sahih-nya melalui hadis Qatadah dengan panjang lebar yang nanti akan diterangkan di dalam tafsir surat Al-Muzzammil, insya Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab: Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Qais ibnu Wahb, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Sawad yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah balik bertanya, bahwa bukankah kamu telah membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam; 4) Lalu aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku salah satu dari contohnya." Aisyah r.a. menceritakan bahwa ia membuat makanan untuk Nabi Saw. dan bertepatan dengan itu Hafsah pun membuat makanan untuk beliau.' Lalu ia berpesan kepada budak perempuannya yang akan disuruhnya mengantarkan makanan itu, "Pergilah kamu, dan lihatlah bila Hafsah datang dengan membawa makanannya sebelumku. Maka buanglah makanannya." Ternyata Hafsah pun datang dengan membawa makanannya. Maka budak perempuan Aisyah itu menjatuhkan dirinya dan mengenai mangkuk makanan Hafsah hingga mangkuknya pecah dan makanannya terjatuh, sedangkan mangkuk yang dipakai adalah barang pecah belah. Lalu Rasulullah Saw. memungutnya dan bersabda, "Gantilah olehmu, atau engkau harus mengganti - Aswad ragu - wadah ini dengan wadahmu." Setelah itu Nabi Saw. tidak mengucapkan kata-kata lagi.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, dari Sa'd ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia datang kepada Aisyah Ummul Muminin, lalu menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka ia menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an, tidakkah kamu telah membaca firman-Nya: 'Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur' (AL-Qalam: 4)."
Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Al-Hasan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah -menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abuz Zahiriyah, dari Jubair ibnu Nafir yang mengatakan bahwa ia melakukan ibadah haji, lalu mengunjungi Aisyah r.a. dan menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka ia menjawab: Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Qur’an.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdur Rahman ibnu Mahdi. Imam Nasai meriwayatkannya di dalam kitab tafsir, dari Ishaq ibnu Mansur, dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Mu'awiyah ibnu Saleh dengan sanad yang sama.
Makna yang dimaksud dari kesemuanya ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang mengamalkan Al-Qur'an; mengamalkan perintahnya dan manjauhi larangannya, yang hal ini telah tertanam dalam diri beliau sebagai watak dan pembawaannya serta sebagai akhlak yang telah terpatri dalam sepak terjang beliau Saw. Maka apa pun yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, beliau pasti mengerjakannya; dan apa pun yang dilarang oleh Al-Qur'an, beliau pasti meninggalkannya. Hal ini di samping watak yang dibekalkan oleh Allah dalam diri beliau berupa akhlak yang besar seperti sifat pemalu, dermawan, berani, pemaaf, penyantun, dan semua akhlak yang terpuji. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, dari Anas yang telah mengatakan:
“Aku menjadi pelayan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali belum pernah membentakku dengan kata, "Husy!" Dan belum pernah mengatakan terhadapku tentang sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, "Mengapa engkau melakukannya?" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang seharusnya kulakukan, "Mengapa tidak engkau lakukan?” Beliau Saw. adalah seorang yang paling baik akhlaknya, dan aku belum pernah memegang kain sutra, baik yang tebal maupun yang tipis dan tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah Saw. Dan aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak pula wewangian lainnya yang lebih harum daripada bau keringat Rasulullah Saw.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yuuus, dari ayahnya, dari Abu Ishaq yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Barra r.a. telah mengatakan: Rasulullah Saw. adalah orang yang paling tampan wajahnya dan paling baik akhlaknya; tubuh beliau tidak terlalu tinggi, dan tidak pula terlalu pendek.
Hadis-hadis yang menerangkan bab ini cukup banyak, Imam Abu Isa At-Turmuzi telah menghimpunnya di dalam Kitabusy Syama’il.
//Dan kampungsunnah telah merilis ebook ringkasan dari kitab syamail yang diringkas dan di tahqiq oleh syaikh Al-Albani, silakan rujuk kesana//
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang telah mengatakan: Rasulullah Saw. sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah. Dan tidak pernah beliau disuruh memilih di antara dua perkara melainkan memilih yang paling disukai dan paling ringan di antara keduanya terkecuali bila (yang ringan itu) berupa dosa. Maka jika hal itu berupa dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhinya. Dan beliau tidak pernah melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya, melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan pembalasan dan itu hanyalah karena Allah Swt.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَجْلان، عَنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيرة قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّمَا بُعِثتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa' ibnu Hakim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang baik.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ بِأَيِّيكُمُ الْمَفْتُونُ}
Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila. (Al-Qalam: 5-6)
Yakni engkau —hai Muhammad— akan mengetahui —begitu pula orang-orang yang menentang dan mendustakamu— siapakah yang gila lagi sesat, apakah kamu atau mereka sendiri. Ayat ini semakna dengan firman-Nya:
سَيَعْلَمُونَ غَداً مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26)
Dan firman-Nya:
وَإِنَّا أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلى هُدىً أَوْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. (Saba': 24)
Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa engkau akan mengetahui dan mereka akan mengetahui di hari kiamat nanti.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: siapa di antara kamu yang gila. (Al-Qalam: 6) Makna maftun ialah gila. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: siapa di antara kamu yang gila. (Al-Qalam: 6) Artinya, siapakah yang teperdaya oleh bujukan setan.
Makna maftun sudah jelas, yaitu orang yang teperdaya hingga menyimpang dari jalan yang benar dan sesat jauh darinya. Sesungguhnya huruf ba memasuki lafaz ayyukum untuk menunjukkan makna mengerjakan, yang berkaitan dengan firman-Nya:
فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ
Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat. (Al-Qamar: 5)
Yakni kelak kamu akan mengetahui dan mereka pun akan mengetahui, lalu kamu akan dikabari dan mereka akan dikabari pula, bahwa siapakah dari kalian yang mengerjakan perbuatan fitnah; Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}
Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Qalam: 7)
Allah mengetahui siapa di antara kedua golongan itu, yakni kamu dan mereka yang mendapat petunjuk, dan Dia mengetahui siapa golongan yang sesat dari kebenaran.

Popular posts from this blog

Tafsir Surat Al-'Alaq, ayat 1-5

Keajaiban Terapi Ruqyah

Tafsir Surat Al Mu’minun, ayat 99-100