Tafsir Surat Al-Waqi'ah, ayat 88-96
{فَأَمَّا
إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ (88) فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ (89)
وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ (90) فَسَلامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ
الْيَمِينِ (91) وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ (92)
فَنزلٌ مِنْ حَمِيمٍ (93) وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ (94) إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ
الْيَقِينِ (95) فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ (96) }
Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan
(kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga
kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu
karena dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang
mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan
dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu
keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang Mahabesar.
Ketika keadaan ini merupakan kepastian yang dialami oleh manusia saat
menghadapi kematiannya. Adakalanya dia termasuk orang yang didekatkan kepada
Allah, atau bukan termasuk golongan kanan, dan adakalanya termasuk orang yang
mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk dan tidak mengerti tentang
perintah Allah. Untuk itu maka disebutkan oleh firman-Nya:
{فَأَمَّا
إِنْ كَانَ}
Adapun jika dia. (Al-Waqi'ah: 88)
Yakni orang yang sedang menghadapi kematiannya.
{مِنَ
الْمُقَرَّبِينَ}
termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah). (Al-Waqi'ah: 88)
Mereka adalah orang-orang yang menunaikan amal-amal yang wajib dan yang sunat
serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan yang dimakruhkan, serta sebagian
hal yang diperbolehkan.
{فَرَوْحٌ
وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ}
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan.
(Al-Waqi'ah: 89)
Mereka akan mendapatkan ketenteraman dan kesenangan serta para malaikat
menyampaikan berita gembira ini kepada mereka di saat mereka menghadapi
kematiannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadis Al-Barra yang
menyebutkan bahwa sesungguhnya para malaikat rahmat mengatakan, "Hai roh yang
baik yang ada di dalam tubuh yang baik yang kamu huni, keluarlah kamu menuju
kepada ketenteraman, kesenangan, dan menemui Tuhan yang tidak murka."
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: maka dia memperoleh ketenteraman. (Al-Waqi'ah: 89)
Yaitu ketenteraman dan kesenangan, yakni ketenangan. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna rauh ialah ketenteraman.
Abu Hirzah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah beristirahat dari
dunia.
Sa'id ibnu Jubair dan As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah
terbebas.
Telah diriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: maka dia
memperoleh ketenteraman dan rezeki. (Al-Waqi'ah: 89) Yakni surga dan
kesenangan.
Qatadah mengatakan bahwa rauh artinya rahmat.
Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya, "Raihan" artinya rezeki.
Pendapat-pendapat yang telah disebutkan di atas satu sama lainnya berdekatan
lagi benar. Karena sesungguhnya orang yang mati dalam keadaan didekatkan kepada
Allah akan memperoleh kesemuanya itu, yaitu rahmat, ketenteraman, kebebasan,
istirahat, kesenangan, kegembiraan, dan rezeki yang baik.
{وَجَنَّةُ
نَعِيمٍ}
serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 89)
Abul Aliyah mengatakan bahwa tidaklah roh seseorang yang didekatkan kepada
Allah terpisah dari jasadnya sebelum didatangkan kepadanya suatu tangkai (dahan)
dari pepohonan surga yang harum, sesudah itu barulah rohnya dicabut di
dalamnya.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa tidaklah seorang manusia meninggal dunia
sebelum diperlihatkan kepadanya apakah dia termasuk ahli surga ataukah ahli
neraka? Dan dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan hadis-hadis yang
mengisahkan tentang masa menjelang kematian, yaitu dalam tafsir firman-Nya:
يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu. (Ibrahim: 27)
Sebaiknya kita sebutkan salah satu di antaranya yang paling utama, yaitu
hadis yang diriwayatkan oleh Tamim Ad-Dari, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"يَقُولُ
اللَّهُ لِمَلَكِ الْمَوْتِ: انْطَلِقْ إِلَى فُلَانٍ فَأْتِنِي بِهِ، فَإِنَّهُ
قَدْ جَرَّبْتُهُ بِالسَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ فَوَجَدْتُهُ حَيْثُ أُحِبُّ،
ائْتِنِي بِهِ فَلَأُرِيحَنَّهُ. قَالَ: فَيَنْطَلِقُ إِلَيْهِ مَلَكُ الْمَوْتِ
وَمَعَهُ خَمْسُمِائَةٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، مَعَهُمْ أَكْفَانٌ وحَنُوط مِنَ
الْجَنَّةِ، وَمَعَهُمْ ضَبَائر الرَّيْحَانِ، أَصِلُ الرَّيْحَانَةِ وَاحِدٌ وَفِي
رَأْسِهَا عِشْرُونَ لَوْنًا، لِكُلِّ لَوْنٍ مِنْهَا رِيحٌ سِوَى رِيحِ صَاحِبِهِ،
وَمَعَهُمُ الْحَرِيرُ الْأَبْيَضُ فِيهِ الْمِسْكُ".
bahwa Allah Swt. berfirman kepada malaikat maut: "Berangkatlah kamu kepada
si Fulan dan datangkanlah dia kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku telah
mengujinya dengan keadaan suka dan duka, ternyata Kujumpai dia dalam keadaan
yang Aku sukai. Datangkanlah dia, maka Aku akan membuatnya senang.” Kemudian
malaikat maut berangkat menuju kepadanya dengan ditemani oleh lima ratus
malaikat, mereka membawa kafan-kafan dan kapur barus dari surga, juga membawa
beberapa kayu wangi (cendana) yang setiap ikatan mengandung dua puluh macam
jenis dan masing-masing jenis mempunyai bau wangi yang berbeda dengan lainnya,
dan mereka membawa pula kain sutra putih yang mengandung minyak kesturi.
Hingga akhir hadis yang cukup panjang sebagaimana yang telah disebutkan dalam
tafsir surat Ibrahim.
Banyak hadis yang diketengahkan sehubungan dengan ayat ini, seperti
berikut:
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad,
telah menceritakan kepada kami Harun, dari Badil ibnu Maisarah, dari Abdullah
ibnu Syaqiq, dari Aisyah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca
firman-Nya dengan me-rafa'-kan huruf ra: maka dia memperoleh ketenteraman dan
rezeki. (Al-Waqi'ah: 89)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud, Turmuzi dan Nasai melalui
hadis Harun alias Ibnu Musa yang tuna netra dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi
memberikan komentarnya bahwa kami tidak mengenal hadis ini kecuali melalui hadis
Harun. Dan qira-ah ini adalah qira-ah Ya'qub semata. Sedangkan ulama qira-at
lainnya berbeda dengannya, mereka membacanya: Farauhun waraihanun.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنَا
أَبُو الْأَسْوَدِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ نَوْفَلٍ: أَنَّهُ
سَمِعَ دُرَّةَ بِنْتَ مُعَاذٍ تُحَدِّثُ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ: أَنَّهَا سَأَلَتْ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَتَزَاوَرُ إِذَا مُتْنَا
وَيَرَى بَعْضُنَا بَعْضًا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "تَكُونُ النَسمُ طَيْرًا يَعْلُقُ بِالشَّجَرِ، حَتَّى إِذَا كَانَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ دَخَلَتْ كُلُّ نَفْسٍ فِي جَسَدِهَا"
Imam Ahmad mengatakan pula,, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abul Aswad
Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Naufal, bahwa ia pernah mendengar Durrah binti
Mu'az menceritakan hadis berikut dari Ummu Hani' yang bertanya kepada
Rasulullah, "Apakah kami saling berkunjung bila telah mati dan sebagian dari
kami melihat sebagian yang lainnya?" Maka Rasulullah Saw. menjawab: Kelak
diri seseorang itu berupa burung yang hinggap di pepohonan (surga), dan
manakala hari kiamat telah terjadi, maka tiap-tiap jiwa (roh) masuk ke
dalam tubuhnya masing-masing.
Hadis ini mengandung berita gembira bagi tiap orang mukmin. Makna yang
dimaksud dengan 'hinggap' ialah 'makan', yakni makan dari pohon-pohon yang
dihinggapinya.
Kesahihan hal ini dibuktikan pula dengan hadis lain yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad, dari Imam Muhammad ibnu Idris Asy-Syafii, dari Imam Malik ibnu Anas,
dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya, dari
Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"إِنَّمَا
نَسَمة الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجِرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ
اللَّهُ إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ"
Sesungguhnya jiwa orang mukmin itu berupa burung yang bergantung di
pepohonan surga hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari Dia
membangkitkannya.
Sanad hadis ini hebat dan matannya dapat dipertanggungjawabkan.
Di dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ
أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِي حَوَاصِلِ طَيْرٍ خُضْرٍ تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ (4)
حَيْثُ شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلَى قَنَادِيلَ مُعَلَّقَةٍ
بِالْعَرْشِ"
Sesungguhnya arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung hijau
yang terbang bebas di taman-taman surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap di
lentera-lentera yang bergantungan di Arasy.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، حَدَّثَنَا
عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ قَالَ: كَانَ أَوَّلُ يَوْمٍ عَرَفْتُ فِيهِ عَبْدَ
الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى: رَأَيْتُ شَيْخًا أَبْيَضَ الرَّأْسِ
وَاللِّحْيَةِ عَلَى حِمَارٍ، وَهُوَ يَتْبَعُ جِنَازَةً، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ:
حَدَّثَنِي فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ،
وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ". قَالَ: فَأَكَبَّ
الْقَوْمُ يَبْكُونَ فَقَالَ: "مَا يُبكيكم؟ " فَقَالُوا: إِنَّا نَكْرَهُ
الْمَوْتَ. قَالَ: "لَيْسَ ذَاكَ، وَلَكِنَّهُ إِذَا حُضِر {فَأَمَّا إِنْ كَانَ
مِنَ الْمُقَرَّبِينَ. فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ} ، فَإِذَا بُشِّر
بِذَلِكَ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَاللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ،
لِلِقَائِهِ أَحَبُّ {وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ.
فَنزلٌ مِنْ حَمِيمٍ [وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ] } فَإِذَا بُشِّر بِذَلِكَ كَرِهَ
لِقَاءَ الله، والله للقاءه أَكْرَهُ.
Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Affan, telah
menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib
yang mengatakan bahwa pada hari pertama mula-mula ia mengenal Abdur Rahman ibnu
Abu Laila, ia melihatnya sebagai seorang syekh yang telah beruban rambut dan
jenggotnya, sedang mengendarai keledai mengiringi jenazah. Lalu ia mendengarnya
mengatakan bahwa Fulan bin Fulan yang telah mendengar dari Rasulullah Saw.
telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang
siapa yang mencintai (hari) perjumpaannya dengan Allah, maka Allah suka
berjumpa dengannya; dan barang siapa yang benci akan perjumpaannya dengan Allah,
maka Allah benci pula berjumpa dengannya. Maka kaum yang ada menangis, lalu
Rasulullah Saw. bertanya, "Mengapa kalian menangis?" Mereka menjawab,
"Sesungguhnya kami benci mati." Rasulullah Saw. bersabda, bahwa bukan itu
yang dimaksud, tetapi apabila menjelang ajalnya. adapun jika dia
(orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah),
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan.
(Al-Waqi'ah: 88-89) Apabila ia mendapat berita gembira tersebut, maka
timbullah rasa cintanya untuk bersua dengan Allah, sedangkan Allah Swt. lebih
suka darinya untuk bersua dengannya. Dan adapun jika dia termasuk
golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang
mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 92-94) Apabila dia
telah mendapat berita tersebut, maka dia benci untuk bersua dengan Allah, dan
Allah lebih benci untuk bersua dengannya.
Hal yang semakna telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Di dalam kitab sahih
disebutkan dari Aisyah r.a. hadis yang menguatkan maknanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَمَّا
إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ}
Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 90)
Yakni apabila orang yang sedang menjelang kematiannya itu termasuk golongan
kanan,
{فَسَلامٌ
لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ}
maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan.
(Al-Waqi'ah:91)
Yaitu para malaikat menyampaikan berita gembira ini kepada mereka. Berkata
malaikat kepada salah seorang dari mereka, "Salaimun laka" artinya kamu
dalam keadaan baik-baik saja dan selamat, kamu termasuk golongan kanan.
Qatadah dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah para
malaikat mengucapkan kepadanya, "Selamatlah kamu dari azab Allah," dan para
malaikat mengucapkan salam penghormatan kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Ikrimah, bahwa para malaikat mengucapkan salam kepadanya dan memberitahukan
kepadanya bahwa dia termasuk golongan kanan.
Pendapat ini merupakan pendapat yang baik, dan pengertiannya sama dengan apa
yang disebutkan di dalam firman-Nya:
{إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنزلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ. نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا
تَدَّعُونَ. نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ}
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, "
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah
kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang
telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan
dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan
memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan
(bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Fushshilat: 30-32)
Imam Bukhari telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka
keselamatan bagimu. (Al-Waqi'ah: 91) Yakni kamu diselamatkan karena kamu
termasuk golongan kanan, kemudian dalam bahasa Arabnya dipersingkat ungkapannya
yaitu dengan membuang huruf an, tetapi maknanya masih tetap. Sebagaimana
kamu katakan, "Kamu benar akan melakukan perjalanan sebentar lagi," bilamana
sebelumnya ia mengatakan, "Sesungguhnya aku akan bepergian sebentar lagi." Dan
adakalanya ungkapan, "Salamun laka" ini mengandung doa, sebagaimana
ucapanmu, uSuqyan laka minar rijali," semoga kamu mendapat
pengairan karena kamu termasuk laki-laki; ini jika lafaz salamun dibaca
rafa', maka termasuk doa.
Demikianlah apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari sebagian ulama
bahasa yang kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir; hanya Allah-lah Yang Maha
Mengetahui.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَمَّا
إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ. فَنزلٌ مِنْ حَمِيمٍ وَتَصْلِيَةُ
جَحِيمٍ}
Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat,
maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka.
(Al-Waqi'ah: 92-94)
Maksudnya, jika orang yang sedang menjelang kematiannya itu termasuk orang
yang mendustakan kebenaran lagi sesat dari jalan petunjuk.
{فَنزلٌ}
maka dia mendapat hidangan. (Al-Waqi'ah: 93)
Yakni sajian.
{مِنْ
حَمِيمٍ}
air yang mendidih. (Al-Waqi'aht93)
Artinya, air yang mendidih yang dapat menghancurkan semua isi perut dan
kulitnya.
{وَتَصْلِيَةُ
جَحِيمٍ}
dan dibakar di dalam neraka. (Al-Waqi'ah: 94)
Ini mengukuhkan keberadaannya di dalam neraka yang mengepungnya dari segala
penjuru.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ
هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ}
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang
benar. (Al-Waqi'ah: 95)
Yaitu berita ini benar-benar hal yang pasti terjadi, tiada keraguan dan tiada
kebimbangan padanya, dan tiada jalan lari bagi seorang pun darinya.
{فَسَبِّحْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ}
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
(Al-Waqi'ah: 96)
قَالَ
أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا
أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ الْغَافِقِيِّ،
حَدَّثَنِي عمِّي إِيَاسُ بْنُ عَامِرٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ
قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
{فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} قَالَ: "اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ"
وَلَمَّا نَزَلَتْ: {سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى} [الْأَعْلَى:1] ، قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اجْعَلُوهَا فِي
سُجُودِكُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ayyub Al-Gafiqi, telah menceritakan kepadaku
Iyas ibnu Amir, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhani yang mengatakan bahwa ketika
diturunkan kepada Rasulullah Saw. ayat ini, yaitu firman-Nya: Maka
bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
(Al-Waqi'ah: 96) Maka beliau Saw. bersabda: Jadikanlah bacaan tasbih ini
dalam rukuk kalian. Dan ketika turun kepada beliau Saw. firman-Nya:
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka beliau Saw.
bersabda: Jadikanlah bacaan ini dalam sujud kalian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak, dari Musa ibnu Ayyub dengan sanad yang
sama.
قَالَ
رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ الصَّوافُ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ،
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"مَنْ قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ، غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ
فِي الْجَنَّةِ".
Rauh ibnu Ubadah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj As-Sawwaf
dari Abuz Zubair, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Barang siapa yang mengucapkan, "Mahasuci Allah Yang Mahabesar dan
dengan memuji kepada-Nya, " maka ditanamkan baginya sebuah pohon kurma di dalam
surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui hadis Rauh, dan
Imam Nasai meriwayatkannya pula melalui hadis Hammad ibnu Salamah, dari hadis
Abuz Zubair, dari Jabir, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya melainkan
melalui hadis Abuz Zubair.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ فِي آخِرِ كِتَابِهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِشْكَابَ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا عُمارة بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ
أَبِي زُرْعَة، عَنْ أَبِي هُريرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي
الْمِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ،
سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ".
Imam Bukhari di dalam akhir kitabnya mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Isykab, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail,
telah menceritakan kepada kami Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Ada dua
kalimah yang ringan di mulut, berat dalam timbangan amal perbuatan, lagi disukai
oleh Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu: "Mahasuci Allah dan dengan memuji
kepada-Nya, Mahasuci Allah Yang Maha Besar."
Jamaah yang lainnya (selain Imam Bukhari) selain Abu Daud, telah meriwayatkan
hadis ini melalui Muhammad ibnu Fudail dengan sanad yang semisal.
õõõ