Tafsir Surat Alam Nasyrah, ayat 1-8
أَلَمْ
نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (1) وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنْقَضَ
ظَهْرَكَ (3) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (4) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5)
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ
فَارْغَبْ (8)
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap.
Firman Allah Swt:
{أَلَمْ
نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ}
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Alam Nasyrah: 1)
Yakni Kami telah melapangkan dadamu. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa
Kami telah menjadikannya bercahaya dan luas lagi lapang. Semakna dengan apa yang
telah disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَمَنْ
يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلامِ
Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan petunjuk kepadanya,
niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. (Al-An'am:
125)
Dan sebagaimana Allah telah melapangkan dada Rasulullah Saw., demikian pula
Allah telah menjadikan syariatnya luas, lapang, toleran, lagi mudah, tiada
kesulitan dan tiada beban serta tiada kesempitan padanya.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman Allah Swt.: Bukankah
Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (Alam Nasyrah:1) Yakni Allah telah
melapangkan dadanya di malam Isra, sebagaimana yang telah disebutkan dahulu
melalui riwayat Malik ibnu Sa'sa'ah. Imam Turmuzi telah mengetengahkannya dalam
tafsir ayat ini. Dan jika memang hal itu terjadi di malam Isra sebagaimana yang
telah disebutkan di dalam riwayat Malik ibnu Sa'sa'ah, maka pada hakikatnya
tidaklah bertentangan dengan pendapat di atas. Karena sesungguhnya akibat dari
pengaruh yang dilakukan terhadap dada beliau di malam Isra, terjadi pula
pengaruh yang sama setelah dilapangkan oleh Allah Swt. secara maknawi. Hanya
Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحِيمِ َبُو يَحْيَى الْبَزَّازُ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ
كَعْبٍ، حَدَّثَنِي أَبِي مُحَمَّدُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنْ مُعَاذٍ، عَنْ مُحَمَّدٍ،
عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ: أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ جَرِيًّا عَلَى أَنْ
يَسْأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَشْيَاءَ لَا
يَسْأَلُهُ عَنْهَا غَيْرُهُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أولُ مَا رَأَيْتَ
مِنْ أَمْرِ النُّبُوَّةِ؟ فَاسْتَوَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ جَالِسًا وَقَالَ: "لَقَدْ سألتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنِّي لَفِي
الصَّحْرَاءِ ابنُ عَشْرِ سِنِينَ وَأَشْهُرٍ، وَإِذَا بِكَلَامٍ فَوْقَ رَأْسِي،
وَإِذَا رَجُلٌ يَقُولُ لِرَجُلٍ: أَهُوَ هُوَ؟ [قَالَ: نَعَمْ] فَاسْتَقْبَلَانِي
بِوُجُوهٍ لَمْ أَرَهَا [لِخَلْقٍ] قَطُّ، وَأَرْوَاحٍ لَمْ أَجِدْهَا مِنْ خَلْقٍ
قَطُّ، وَثِيَابٍ لَمْ أَرَهَا عَلَى أَحَدٍ قَطُّ. فَأَقْبَلَا إِلَيَّ
يَمْشِيَانِ، حَتَّى أَخَذَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بعَضُدي، لَا أَجِدُ
لِأَحَدِهِمَا مَسًّا، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: أَضْجِعْهُ.
فَأَضْجَعَانِي بِلَا قَصْر وَلَا هَصْر. فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: افْلِقْ
صَدْرَهُ. فَهَوَى أَحَدُهُمَا إِلَى صَدْرِي فَفَلَقَهُ فِيمَا أَرَى بِلَا دَمٍ
وَلَا وَجَعٍ، فَقَالَ لَهُ: أَخْرِجِ الغِلّ والحَسَد. فَأَخْرَجَ شَيْئًا
كَهَيْئَةِ الْعَلَقَةِ ثُمَّ نَبَذَهَا فَطَرَحَهَا، فَقَالَ لَهُ: أَدْخِلِ
الرَّأْفَةَ وَالرَّحْمَةَ، فَإِذَا مِثْلُ الَّذِي أَخْرَجَ شبهُ الفضة، ثم
هز إِبْهَامَ
رِجْلِي الْيُمْنَى فَقَالَ: اغدُ وَاسْلَمْ. فَرَجَعْتُ بِهَا أَغْدُو، رِقَّةً
عَلَى الصَّغِيرِ، وَرَحْمَةً لِلْكَبِيرِ"
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad
ibnu Abdur Rahim alias Abu Yahya Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Yunus
ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Muhammad ibnu Ubay ibnu
Ka'b, telah menceritakan kepadaku Abu Muhammad ibnu Mu'az, dari Muhammad, dari
Ubay ibnu Ka'b, bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling berani menanyakan
kepada Rasulullah Saw. tentang berbagai masalah yang tidak ada seorang pun
berani menanyakannya kepada beliau Saw. selain dia. Maka Abu Hurairah bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah yang mula-mula engkau Iihat dari urusan kenabian ini?"
Rasulullah Saw. Duduk tegak dan menjawab: Sesungguhnya engkau telah
menanyakan hal yang berbobot, hai Abu Hurairah! Sesungguhnya ketika usiaku
menginjak sepuluh tahun lebih beberapa bulan, aku berada di padang Sahara.
Tiba-tiba aku mendengar pembicaraan di atas kepalaku, dan ternyata ada seorang
laki-laki yang berbicara kepada laki-laki lainnya, "Apakah orang ini adalah
dia?” Maka keduanya datang menyambutku dengan penampilan wajah yang sama sekali
belum pernah kulihat sebelumnya, dan sama sekali belum pernah pula aku melihat
arwah seperti itu sebelumnya, dan belum pernah pula aku melihat pakaian yang
dikenakannya pernah dikenakan oleh seseorang. Keduanya datang kepadaku dengan
jalan kaki, hingga masing-masing dari keduanya memegang kedua lenganku, tetapi
anehnya aku tidak merasa sentuhan tangan keduanya. Salah seorang berkata kepada
yang lainnya, 'Rebahkanlah dia.' Lalu keduanya merebahkan diriku tanpa paksa dan
tanpa sulit. Kemudian salah seorangnya berkata kepada yang lainnya, "Belahlah
dadanya, " maka salah seorangnya menurut penglihatanku membelah dadaku tanpa ada
darah yang mengalir dan tanpa rasa sakit. Lalu berkata kepada yang membelahku,
"Keluarkanlah iri hati dan dengki.” Lalu ia mengeluarkan sesuatu yang bentuknya
seperti segumpal darah, kemudian ia membuangnya jauh-jauh. Dan berkata lagi ia
kepada orang yang membelahku, "Masukkanlah lemah lembut dan kasih sayang.” Maka
tiba-tiba kulihat sesuatu sebesar apa yang baru dikeluarkan, bentuknya mengilap
seperti perak (dimasukkan ke dalam dadaku), kemudian ia mengguncangkan jempol
kakiku yang sebelah kanan, dan berkata, "Kembalikanlah ke semula dalam keadaan
utuh.” Maka setelah itu aku pulang dengan berlari dan terasa dadaku dipenuhi
oleh perasaan lembut terhadap anak kecil dan kasih sayang kepada orang
dewasa.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَوَضَعْنَا
عَنْكَ وِزْرَكَ}
dan Kami telah
menghilangkan darimu bebanmu. (Alam Nasyrah: 2)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{لِيَغْفِرَ
لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ}
supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan
yang akan datang. (Al-Fath: 2)
Adapun firman Allah Swt.:
{الَّذِي
أَنْقَضَ ظَهْرَكَ}
yang memberatkan punggungmu. (AlamNasyrah: 3)
Al-inqad artinya suara (tulang punggung bila memikul beban
berat). Dan bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan sehubungan
dengan makna firman-Nya: yang memberatkan punggungmu. (AlamNasyrah: 3)
Yakni membebanimu dengan beban yang berat. Dan mengenai firman selanjutnya:
{وَرَفَعْنَا
لَكَ ذِكْرَكَ}
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. (Alam Nasyrah: 4)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah 'tidaklah Aku disebut
melainkan namamu disebut pula bersama-Ku' yaitu dalam kalimah 'aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah'.
Qatadah mengatakan bahwa Allah meninggikan (mengangkat) sebutan namanya di
dunia dan di akhirat. Maka tiada seorang khatib pun, tiada seorang yang membaca
syahadat pun, dan tiada orang yang salat pun melainkan mengucapkannya, yaitu
kalimah, 'aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.'
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا عَمْرُو
بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ دَراج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أَتَانِي
جِبْرِيلُ فَقَالَ: إِنَّ رَبِّي وَرَبَّكَ يَقُولُ: كَيْفَ رَفَعْتُ ذِكْرَكَ؟
قَالَ: اللَّهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِذَا ذُكِرتُ ذُكِرتَ مَعِي"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, dari
Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari Rasulullah Saw., bahwa beliau Saw.
pernah bersabda: Jibril datang kepadaku dan berkata, " Sesungguhnya Tuhanku
dan Tuhanmu pernah berfirman, 'Tahukah kamu bagaimana Aku meninggikan sebutan
(nama)mu?' Jibril menjawab, 'Allah lebih mengetahui.' Allah berfirman,
Apabila nama-Ku disebut, maka disebutpula namamu bersama-Ku'.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Yunus, dari Abdul
A’la dengan sanad yang sama. Abu Ya’la meriwayatkannya melalui jalur Ibnu
Lahi'ah, dari Darij.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا أَبُو عُمر الحَوضي،
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَأَلْتُ رَبِّي مَسْأَلَةً وَدَدْتُ أَنِّي لَمْ
أَكُنْ سَأَلْتُهُ، قُلْتُ: قَدْ كَانَتْ قَبْلِي أَنْبِيَاءُ، مِنْهُمْ مَنْ
سُخِّرَتْ لَهُ الرِّيحُ وَمِنْهُمْ مَنْ يُحْيِي الْمَوْتَى. قَالَ: يَا
مُحَمَّدُ، أَلَمْ أَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَيْتُكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ. قَالَ:
أَلَمْ أَجِدْكَ ضَالًّا فَهَدَيْتُكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ. قَالَ: أَلَمْ
أَجِدْكَ عَائِلًا فَأَغْنَيْتُكَ؟ قَالَ: قُلْتُ: بَلَى يَا رَبِّ. قَالَ: أَلَمْ
أَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ؟ أَلَمْ أَرْفَعْ لَكَ ذِكْرَكَ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا
رَبِّ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Abu Umar Al-Haudi, telah menceritakan kepada kami
Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa’ib, dari Sa'id
ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Aku pernah menanyakan suatu masalah kepada Tuhanku, padahal aku
tidak menginginkan untuk menanyakan hal itu kepada-Nya. Aku bertanya,
"Sesungguhnya di antara nabi-nabi sebelumku ada yang telah Engkau tundukkan
angin baginya, dan di antara mereka ada yang dapat menghidupkan orangmati.”Allah
Swt. Balik bertanya, "Wahai Muhammad bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang
yang yatim piatu, lalu Aku melindungimu?” Aku menjawab, "Benar, ya Tuhanku.”
Allah berfirman, "Bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Aku memberimu petunjuk?” Aku menjawab, "Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman,
"Bukankah Aku mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Aku memberimu
kecukupan.” Aku menjawab, "Benar, ya Tuhanku.” Allah berfirman, "Bukankah Aku
telah melapangkan dadamu, bukankah Aku telah meninggikan sebutan (nama)mu?” Aku
menjawab, "Benar, ya Tuhanku.”
Abu Na'im di dalam kitab Dala'ilun Nubuwwah mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَبُو أَحْمَدَ الْغِطْرِيفِيُّ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ سَهْلٍ الجَوْني،
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْقَاسِمِ بْنِ بَهْرام الْهِيَتِيُّ، حَدَّثَنَا نَصْرُ
بْنُ حَمَّادٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَطَاءٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَمَّا فَرَغْتُ
مِمَّا أَمَرَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ أَمْرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلْتُ: يَا
رَبِّ، إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا وَقَدْ كَرَّمْتَهُ، جَعَلْتَ
إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَمُوسَى كَلِيمًا، وَسَخَّرْتَ لِدَاوُدَ الْجِبَالَ،
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ وَالشَّيَاطِينَ، وَأَحْيَيْتَ لِعِيسَى الْمَوْتَى،
فَمَا جَعَلْتَ لِي؟ قال: أو ليس قَدْ أَعْطَيْتُكَ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ كُلِّهِ،
أَنِّي لَا أُذْكَرُ إِلَّا ذُكِرْتَ مَعِي، وَجَعَلْتُ صُدُورَ أُمَّتِكَ
أَنَاجِيلَ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ ظَاهِرًا، وَلَمْ أُعْطِهَا أُمَّةً،
وَأَعْطَيْتُكَ كَنْزًا مِنْ كُنُوزِ عَرْشِي: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ"
telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Al-Gatrifi, telah menceritakan
kepada kami Musa ibnu Sahl Al-Juwaini, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnul Qasim ibnu Bahzan Al-Haiti, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu
Hammad, dari Usman ibnu Ata, dari Az-Zuhri, dari Anas yang mengatakan
bahwaRasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah aku selesai dari menerima apa
yang diperintahkan kepadaku menyangkut semua urusan langit dan bumi, lalu aku
bertanya, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada seorang nabi pun sebelumku melainkan
Engkau telah memuliakannya; Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil
(kekasih), Musa sebagai Kalim (yang Engkau ajak bicara langsung), Engkau telah
tundukkan gunung-gunung bagi Daud, dan bagi Sulaiman angin dan semua setan, dan
Engkau hidupkan bagi Isa orang-orang yang telah mati. Maka apakah yang Engkau
berikan kepadaku?”Allah berfirman, "Bukankah Aku telah memberimu dari hal
tersebut seluruhnya, bahwa sesungguhnya tidaklah nama-Ku disebut melainkan
engkau disebut pula bersama-Ku; dan Aku telah menjadikan dada umatmu sebagai
kitab-kitab, mereka dapat membaca Al-Qur’an secara hafalan, dan hal itu belum
pernah Kuberikan kepada suatu umat pun. Dan Aku telah memberimu suatu
perbendaharaan dari 'Arasy-Ku, yaitu kalimah 'tidak ada daya (untuk menghindar
dari maksiat) dan tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah) kecuali dengan
pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar'.”
Al-Bagawi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid, bahwa makna yang
dimaksud dari ayat ini ialah azan, yakni nama beliau Saw. disebutkan dalam azan.
Lalu Al-Bagawi menyitir bait-bait syair yang dikatakan oleh Hassan ibnu
Sabit:
أغَرّ
عَلَيه لِلنُّبُوَّةِ خَاتَم ...
مِنَ اللَّهِ مِنْ نُور يَلوحُ وَيشْهَد ...
وَضمَّ
الإلهُ اسْمَ النَّبِيِّ إِلَى اسْمِهِ ...
إِذَا قَالَ فِي الخَمْس المؤذنُ: أشهدُ ...
وَشَقَّ
لَهُ مِن اسْمِهِ ليُجِلَّه ...
فَذُو العَرشِ محمودٌ وهَذا مُحَمَّدُ
Kedudukannya (Nabi Saw.) sebagai
penutup nabi Allah lebih terang dari cahaya yang kita lihat. Dan juga Allah
telah menggabungkan nama Nabi dengan nama-Nya, bila seorang muazzin mengucapkan
kalimah yang kelima dalam azannya, yaitu 'asyhadu...'.
Dan Allah telah membelah buatnya
sebagian dari nama-Nya untuk menjadikannya orang yang diagungkan. Tuhan Yang
mempunyai 'Arasy Mahmud (Yang Maha Terpuji), dan dia bernama Muhammad (orang
yang terpuji).
Ulama lainnya mengatakan bahwa Allah meninggikan sebutan namanya di kalangan
orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian. Dan Allah
memuliakan namanya saat mengambil perjanjian dari para nabi, yaitu hendaknya
mereka beriman kepada Nabi Muhammad dan hendaklah mereka memerintahkan kepada
umatnya masing-masing untuk beriman kepadanya. Kemudian Allah memasyhurkan
sebutannya di kalangan umatnya, maka tidak sekali-kali nama Allah disebut
melainkan ia pun disebut bersama nama-Nya. Alangkah baiknya apa yang telah
dikatakan oleh As-Sarsari rahimahullah dalam bait syairnya:
لَا
يَصِحُّ الأذانُ فِي الفَرْضِ إِلَّا ...
باسمِه العَذْب فِي الْفَمِ المرْضي ...
Tidaklah sah azan dalam salat fardu
melainkan dengan menyebut namanya yang enak disebut oleh lisan yang
diridai.
Disebutkan pula dalam bait syair lainnya:
[ألَم
تَر أنَّا لَا يَصحُّ أذانُنَا ...
وَلا فَرْضُنا إنْ لَمْ نُكَررْه فِيهِمَا]
Tidakkah engkau perhatikan, bahwa
tidaklah sah azan kita dan tidak sah (pula) salat fardu kita bila kita tidak
menyebut-nyebut namanya dalam keduanya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَإِنَّ
مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah: 5-6)
Allah Swt. menceritakan bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada
kemudahan, kemudian berita ini diulangi-Nya lagi.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ
غَيْلَانَ، حَدَّثَنَا حُميد بْنُ حَمَّادِ بْنِ خَوَار أَبُو الْجَهْمِ،
حَدَّثَنَا عَائِذُ بْنُ شُريح قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ: كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا وَحِيَالَهُ حجر، فقال: "لو
جاء العسر فدخل هذا الحجر لَجَاءَ الْيُسْرُ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ
فَيُخْرِجَهُ"، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: (5) {فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ
يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah
menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami
Hamid ibnu Hammad ibnu Abu Khuwar alias Abu Jahm, telah menceritakan kepada kami
Aiz ibnu Syuraih yang mengatakan bahwa Anas ibnu Malik pernah menceritakan bahwa
Nabi Saw. duduk dan di hadapannya terdapat sebuah batu, maka beliau Saw.
bersabda: Seandainya kesulitan datang, lalu masuk ke dalam batu ini, niscaya
kemudahan akan datang dan masuk ke dalamnya, lalu mengusirnya. Dan Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah:
5-6)
Abu Bakar Al-Bazzar meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dari
Muhammad ibnu Ma'mar, dari Humaid ibnu Hammad dengan sanad yang sama yang
lafaznya seperti berikut:
"لَوْ
جاء العسر حتى يدخل هذا الحجر لَجَاءَ الْيُسْرُ حَتَّى يُخْرِجَهُ" ثُمَّ قَالَ:
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}
Seandainya kesulitan datang, lalu masuk ke dalam batu ini, niscaya
kemudahan akan datang dan mengusirnya. KemudianNabi Saw. membacakan
firman-Nya: Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah: 5-6)
Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan dari
Anas kecuali oleh Aiz ibnu Syuraih.
Menurut hemat kami, Abu Hatim Ar-Razi telah mengatakan sehubungan dengan
hadis yang diriwayatkan oleh Aiz, bahwa dia berpredikat lemah. Tetapi Syu'bah
telah meriwayatkannya dari Mu'awiyah ibnu Qurrah, dari seorang lelaki, dari
Abdullah ibnu Mas'ud secara mauquf. Dan Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan
kepada kami Abu Qatn, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah,
dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa mereka (para sahabat) mengatakan bahwa satu
kesulitan tidak dapat mengalahkan dua kemudahan.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى، حَدَّثَنَا ابْنُ ثَوْرٍ، عَنْ
مَعْمَر، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمًا مَسْرُورًا فَرِحًا وَهُوَ يَضْحَكُ، وَهُوَ يَقُولُ: "لَنْ
يَغْلِب عُسْر يُسْرَيْنِ، لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ، فَإِنَّ مَعَ
الْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul A'la, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari Al-Hasan yang mengatakan
bahwa di suatu hari Nabi Saw. keluar dalam keadaan senang dan riang seraya
tersenyum, lalu bersabda: Satu kesulitan tidak akan dapat mengalahkan dua
kemudahan, satu kesulitan tidak akan dapat mengalahkan dua kemudahan.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Auf Al-A'rabi
dan Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan secara mursal.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa telah diceritakan kepada kami
bahwa Rasulullah Saw. menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya dengan
ayat ini, lalu beliau Saw. bersabda:
"لَنْ
يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ".
Satu kesulitan tidak akan dapat mengalahkan dua kemudahan.
Yang beliau maksudkan adalah firman Allah Swt: Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. (Alam Nasyrah: 5-6)
Dikatakan demikian karena al-'usr yang pertama sama dengan
al-'usr yang kedua. Lain halnya dengan yusr, ia berbilang (yakni dua)
karena yang pertama lain dengan yang kedua.
قَالَ
الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا خَارِجَةُ،
عَنْ عَبَّادِ بْنِ كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"نَزَّلَ الْمَعُونَةَ مِنَ السَّمَاءِ عَلَى قَدْرِ الْمَؤُونَةِ، وَنَزَّلَ
الصَّبْرَ عَلَى قَدْرِ الْمُصِيبَةِ"
Al-Hasan ibnu Sufyan mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Yazid
ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Kharijah, dari Abbad ibnu Kasir, dari
Abuz Zanad, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Pertolongan diturunkan dari langit sesuai dengan kadar pembiayaan,
dan kesabaran diturunkan sesuai dengan kadar musibah.
Dan termasuk di antara nasihat yang bersumber dari Imam Syafii disebutkan
sebagai berikut:
صَبرا
جَميلا مَا أقرَبَ الفَرجا ...
مَن رَاقَب اللَّهَ فِي الْأُمُورِ نَجَا ...
مَن
صَدَق اللَّهَ لَم يَنَلْه أذَى ...
وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا ...
Bersabarlah dengan kesabaran yang
baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Barang siapa yang merasa
dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah dalam semua urusan, niscaya ia akan
selamat.
Dan barang siapa yang membenarkan
janji Allah, niscaya tidak akan tertimpa oleh musibah. Dan barang siapa yang
berharap kepada Allah, maka akan terjadilah seperti apa yang
diharapkan.
Ibnu Duraid mengatakan bahwa Abu Hatim As-Sijistani telah membacakan
bait-bait syair berikut kepadanya, yaitu:
إِذَا
اشْتَمَلَتْ عَلَى الْيَأْسِ القلوبُ ...
وَضَاقَ لِمَا بِهِ الصَّدْرُ الرحيبُ ...
وَأَوْطَأَتِ
الْمَكَارِهُ وَاطْمَأَنَّتْ ...
وَأَرْسَتْ فِي أَمَاكِنِهَا الخطوبُ ...
وَلَمْ
تَرَ لِانْكِشَافِ الضُّرِّ وَجْهًا ...
وَلَا أَغْنَى بحيلته الأريبُ
أَتَاكَ
عَلَى قُنوط مِنْكَ غَوثٌ ...
يَمُنُّ بِهِ اللَّطِيفُ المستجيبُ ...
وَكُلُّ
الْحَادِثَاتِ إِذَا تَنَاهَتْ ...
فَمَوْصُولٌ بِهَا الْفَرَجُ الْقَرِيبُ ...
Bilamana hati dipenuhi oleh rasa putus
asa, dan dada yang luas menjadi terasa scmpit, dan hal-hal yang tidak disukai
datang menimpa diri, serta banyak musibah yang dialaminya, sehingga ia tidak
melihat adanya celah untuk melepaskan diri dari bahaya yang sedang menimpa diri,
dan tiada gunanya lagi semua upaya untuk menanggulanginya. Maka akan datanglah kepadamu
pertolongan bila hatimu berserah diri kepada-Nya, yaitupertolongan dari Tuhan
Yang Mahalembut lagi Maha Memperkenankan doa. Semua musibah apabila telah
mencapai puncaknya pasti berhubungan langsung denganjalan keluarnyayang tidak
lama.
Penyair lainnya mengatakan dalam bait-bait syairnya:
وَلَرُب
نَازِلَةٍ يَضِيقُ بِهَا الْفَتَى ...
ذَرْعًا وَعِنْدَ اللَّهِ مِنْهَا الْمَخْرَجُ ...
كَمُلَتْ
فَلَمَّا اسْتَحْكَمَتْ حَلْقَاتُهَا ...
فُرِجَتْ وَكَانَ يَظُنُّهَا لَا تُفْرَجُ ...
Betapa banyak musibah yang menimpa
diri seseorang hingga membuatnya terasa sempit, sedangkan di sisi Allah adajalan
keluar darinya.
Bilamana musibah mencapai puncaknya,
maka pastilah adajalan keluarnya, padahalyang bersangkutan mengira tiada jalan
keluar darinya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَإِذَا
فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ}
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. (Alam Nasyrah: 7-8)
Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dan kesibukannya
dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah
tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat.
Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-Nya dan
berharap kepada-Nya.
Termasuk pula ke dalam pengertian ini sebuah hadis yang telah disepakati
kesahihannya, yaitu yang mengatakan:
"لَا
صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ، وَلَا وَهُوَ يُدَافِعُهُ
الْأَخْبَثَانِ"
Tiada salat di hadapan makanan, dan tiada salat pula sedangkan yang
bersangkutan menahan keinginan membuang kedua air (buang air kecil dan buang air
besar).
Dan sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"إِذَا
أُقِيمَتِ الصَّلَاةُ وَحَضَرَ الْعَشَاءُ، فَابْدَءُوا بالعَشَاء"
Apabila salat diiqamahkan, sedangkan makan malam telah disediakan, maka
mulailah dengan menyantap makan malam dahulu.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa apabila kamu
telah merampungkan urusan duniamu, lalu kamu berdiri untuk salat, maka
kerjakanlah salatmu dengan sungguh-sungguh dengan menghadap kepada Tuhanmu.
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Qatadah disebutkan pula bahwa apabila
berdiri untuk salat, maka berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk
keperluanmu.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas'ud, bahwa apabila engkau telah mengerjakan
salat-salat fardumu, maka kerjakanlah qiyamul lail dengan sungguh-sungguh. Dan
telah diriwayatkan dari Ibnu Iyad hal yang semisal dengan pendapat Ibnu
Mas'ud.
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna
firman-Nya: kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8) Yakni sesudah
engkau selesaikan salatmu, sedangkan engkau masih dalam keadaan duduk.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (AlamNasyrah: 7)
Yaitu dalam berdoa.
Zaid ibnu Aslam dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai. (AlamNasyrah: 7) Maksudnya,
dari melakukan jihad. kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. (Alam Nasyrah: 7) Yakni kerjakanlah ibadah dengan sungguh-sungguh.
{وَإِلَى
رَبِّكَ فَارْغَبْ}
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah:
8)
As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah jadikanlah niatmu dan
harapanmu hanya tertuju kepada Allah Swt. semata.
Demikianlah akhir tafsir surat Alam
Nasyrah dengan memanjatkan puji dan syukur atas segala karunia-Nya.