Tafsir Surat At-Taghabun, ayat 14-18
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا
لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ
غَفُورٌ رَحِيمٌ (14) إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ
عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (15) فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا
وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (16) إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا
يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ (17) عَالِمُ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18) }
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara
isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka
berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi
serta mengampuni (mereka), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah-lah pahala yang
besar. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa
yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah
melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah
Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun. Yang Mengetahui yang gaib dan yang
nyata. Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang istri-istri dan anak-anak, bahwa
di antara mereka ada yang menjadi musuh suaminya dan orang tuanya. Dikatakan
demikian karena di antara mereka ada yang melalaikannya dari amal saleh, seperti
yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt. yang mengatakan:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{فَاحْذَرُوهُمْ}
maka berhati-hatilah kamu. (At-Taghabun: 14)
Menurut Ibnu Zaid, disebutkan bahwa maka berhati-hatilah terhadap agamamu.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini:
{إِنَّ
مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ}
sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu. (At-Taghabun: 14)
karena mendorong seseorang untuk memutuskan tali persaudaraan atau berbuat
suatu maksiat terhadap Tuhannya, karena cintanya kepada istri dan anak-anaknya
terpaksa ia menaatinya dan tidak kuasa menolaknya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Khalaf As-Saidalani, telah menceritakan
kepada kami Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Israil, telah
menceritakan kepada kami Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
telah ditanya oleh seorang lelaki tentang makna firman-Nya: Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.
(At-Taghabun: 14) Bahwa ada sejumlah lelaki yang telah masuk Islam di Mekah;
ketika mereka hendak bergabung dengan Rasulullah Saw. di negeri hijrah, maka
istri-istri dan anak-anak mereka tidak mau ditinggalkan. Pada akhirnya setelah
mereka datang kepada Rasulullah Saw. (sesudah penaklukan Mekah), mereka melihat
orang-orang telah mendalami agama mereka. Kemudian mereka melampiaskan
kemarahannya kepada istri-istri dan anak-anak mereka yang menghalang-halangi
mereka untuk hijrah. Dan ketika mereka hendak menghukum istri-istri dan
anak-anak mereka, Allah menurunkan firman-Nya: dan jika kamu memaafkan dan
tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taghabun: 14)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Muhammad ibnu Yahya
Al-Faryabi alias Muhammad ibnu Yusuf dengan sanad yang sama. Hasan mengatakan
bahwa hadis ini sahih. Ibnu Jarir danTabrani meriwayatkan hadis ini
melalui Israil dengan sanad yang sama. Telah diriwayatkan pula melalui jalur
Al-Aufi, dari Ibnu Abbas hal yang semisal, dan hal yang sama dikatakan pula oleh
Ikrimah (bekas budak Ibnu Abbas).
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ
عَظِيمٌ}
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di
sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15)
Allah Swt. berfirman bahwa sesungguhnya harta dan anak-anak itu merupakan
ujian dan cobaan dari Allah bagi makhluk-Nya, agar dapat dijelaskan siapa orang
yang taat kepada-Nya dan siapa yang durhaka terhadap-Nya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ
عِنْدَهُ}
di sisi Allah-lah. (At-Taghabun: 15)
kelak di hari kiamat.
{أَجْرٌ
عَظِيمٌ}
pahala yang besar. (At-Taghabun: 15)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ
الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (Ali Imran: 14)
dan ayat yang berikutnya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي حُسَين بْنُ
وَاقَدٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيدة، سَمِعْتُ أَبِي بُرَيْدَةَ
يَقُولُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ،
فَجَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَلَيْهِمَا
قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ، فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْمِنْبَرِ فَحَمَلَهُمَا فَوَضَعَهُمَا
بَيْنَ يَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ، إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ، نَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ
يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حديثي
ورفعتهما".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab,
telah menceritakan kepadaku Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepadaku
Abdullah ibnu Buraidah, bahwa ia pernah mendengar Abu Buraidah mengatakan,
"Dahulu Rasulullah Saw. ketika sedang berkhotbah, datanglah Al-Hasan dan
Al-Husain r.a. yang mengenakan baju gamis merah, keduanya berjalan dengan
langkah yang tertatih-tatih. Maka Rasulullah Saw. langsung turun dari mimbarnya
dan menggendong keduanya, lalu mendudukkan keduanya di hadapannya, kemudian
bersabda: Allah dan Rasul-Nya benar, sesungguhnya harta dan anak-anak kalian
hanyalah cobaan. Aku memandang kedua anak ini yang berjalan dengan langkah yang
tertatih-tatih, maka aku tidak sabar lagi hingga terpaksa aku putuskan
pembicaraanku dan, menggendong keduanya'.
Ahlus Sunan telah meriwayatkan hadis ini melalui Husain ibnu Waqid dengan
sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib,
sesungguhnya kami mengetahui hadis ini hanya melalui hadisnya (Husain ibnu
Waqid).'
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيج بْنُ النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا هُشَيْم،
أَخْبَرَنَا مَجَالِدٌ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، حَدَّثَنَا الْأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ
قَالَ: قَدِمْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
وَفْدِ كِنْدَةَ، فَقَالَ لِي: "هَلْ لَكَ مِنْ وَلَدٍ؟ " قُلْتُ: غُلَامٌ وُلِدَ
لِي فِي مَخرجَي إِلَيْكَ مِنِ ابْنَةِ جَمْدٍ، وَلَوَددْتُ أَنَّ بِمَكَانِهِ:
شبَعَ الْقَوْمِ. قَالَ: "لَا تَقُولَنَّ ذَلِكَ، فَإِنَّ فِيهِمْ قُرَّةَ عَيْنٍ،
وَأَجْرًا إِذَا قُبِضُوا"، ثُمَّ قَالَ: "وَلَئِنْ قُلْتَ ذَاكَ: إِنَّهُمْ
لَمَجْبَنَةٌ مَحْزنة"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man,
telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Mujalid,
dari Asy-Sya'bi, telah menceritakan kepada kami Al-Asy'as ibnu Qais yang
mengatakan bahwa aku datang menghadap kepada Rasulullah Saw. dalam delegasi
Kindah, lalu beliau Saw. bertanya kepadaku, "Apakah engkau punya anak?"
Aku menjawab, "Ya, seorang putra yang baru dilahirkan untukku dari anak
perempuan Hamd sebelum keberangkatanku kepada engkau. Dan sesungguhnya aku
berharap sekiranya kedudukannya diganti dengan kaum yang pemberani." Maka Nabi
Saw. bersabda: Jangan sekali-kali kamu katakan demikian, karena sesungguhnya
di antara mereka terdapat penyejuk hati dan pahala yang banyak bila mereka
dicabut (nyawanya semasa kecil). Kemudian Nabi Saw. bersabda: Dan
sesungguhnya jika kukatakan memang demikian, sesungguhnya mereka (anak-anak)
itu benar-benar merupakan penyebab hati menjadi pengecut dan duka
cita.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ بَكْرٍ،
حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عِيسَى [بْنِ أَبِي وَائِلٍ] عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى،
عَنْ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْوَلَدُ ثَمَرَةُ الْقُلُوبِ، وَإِنَّهُمْ مَجبنة مَبخلة
مَحْزَنَةٌ"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Mahmud ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Isa, dari Ibnu
Abu Laila, dari Atiyyah, dari Abu Sa'id yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda: Anak itu adalah buah hati, dan sesungguhnya mereka itu
penyebab hati menjadi pengecut, sifat menjadi kikir, dan sumber
kesedihan.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengenal hadis ini kecuali
melalui sanad ini.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ مَرْثَدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَمُ بنُ زُرْعَةَ،
عَنْ شُرَيْحِ بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَيْسَ عَدُوُّكَ الَّذِي إِنْ
قَتَلْتَهُ كَانَ فَوْزًا لَكَ، وَإِنْ قَتَلَكَ دَخَلْتَ الْجَنَّةَ، وَلَكِنَّ
الَّذِي لَعَلَّهُ عَدُوٌّ لَكَ وَلَدُكَ الَّذِي خَرَجَ مِنْ صُلْبِكَ، ثُمَّ
أَعْدَى عَدُوٍّ لَكَ مالُك الَّذِي مَلَكَتْ يَمِينُكَ"
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasim ibnu Marsad,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah
menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadakuDamdam ibnu Zur'ah,
dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Musuhmu itu bukanlah orang yang jika kamu bunuh, maka kemenangan
bagimu; dan jika dia membunuhmu, maka kamu masuk surga. Tetapi barangkali yang
menjadi musuhmu itu adalah anakmu yang keluar dari sulbimu sendiri. Kemudian
musuh bebuyutanmu adalah harta yang kamu miliki.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَاتَّقُوا
اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ}
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.
(At-Taghabun: 16)
Yakni menurut batas maksimal kemampuanmu, sebagaimana yang disebutkan di
dalam kitab Sahihain melalui Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:
"إذا
أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَائْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَمَا نَهَيْتُكُمْ
عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ"
Apabila kuperintahkan kepada kalian suatu perkara, maka kerjakanlah hal
itu olehmu menurut kesanggupanmu; dan apa saja yang aku larang kalian
mengerjakannya, tinggalkanlah.
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa sebagaimana yang telah diriwayatkan
oleh Malik dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa ayat ini merevisi ayat
yang ada di dalam surat Ali Imran, yaitu firman-Nya:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam. (Ali Imran: 102)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah
menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abdullah ibnu Bukair, telah menceritakan
kepadaku Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku Ata alias Ibnu Dinar, dari
Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102) Bahwa ketika ayat
ini diturunkan, kaum muslim beramal dengan sekuat-kuatnya. Mereka terus-menerus
mengerjakan qiyam (salat sunat) hingga tumit kaki mereka bengkak dan
kening mereka bernanah. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk meringankan mereka
(kaum muslim), yaitu firman-Nya: Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu, (At-Taghabun: 16) Maka ayat ini merevisi pengertian yang
terdapat pada ayat yang di atas tadi.
Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abul Aliyah, Zaid ibnu Aslam,
Qatadah, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَاسْمَعُوا
وَأَطِيعُوا}
dan dengar serta taatlah. (At-Taghabun: 16)
Yaitu jadilah kamu orang-orang yang tunduk patuh kepada apa yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, dan janganlah kamu menyimpang
darinya baik ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasul-Nya, janganlah pula kamu ketinggalan dari apa yang diperintahkan
oleh-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu mengerjakan apa yang dilarang oleh-Nya
kamu mengerjakannya.
Firman Allah Swt.:
{وَأَنْفِقُوا
خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ}
dan nafkahkanlah nafkah yang baik untukmu. (At-Taghabun: 16)
Yakni berinfaklah (belanjakanlah) dari sebagian harta yang Allah rezekikan
kepadamu kepada kaum kerabat, orang-orang fakir, orang-orang miskin, dan
orang-orang yang memerlukan bantuan. Dan berbuat baiklah kamu kepada sesama
makhluk Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, niscaya hal ini lebih
baik bagi kalian buat kehidupan dunia dan kehidupan akhiratmu. Jika kamu tidak
melakukannya, maka menjadi keburukanlah bagimu dalam kehidupan dunia dan
akhiratmu.
Firman Allah Swt.:
{وَمَنْ
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}
Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (At-Taghabun: 16)
Tafsir ayat ini telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Hasyr, dan telah
disebutkan pula hadis-hadis yang berkaitan dengan makna ayat ini, sehingga tidak
perlu diulangi lagi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنْ
تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ}
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah
melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu.
(At-Taghabun: 17)
Yakni apa pun yang telah kamu infakkan, maka Dia akan menggantikannya; dan
apa pun yang kamu sedekahkan, maka Dialah yang akan membalas pahalanya.
Hal ini diungkapkan dengan pengertian pinjaman, sama dengan ungkapan yang
terdapat di dalam sebuah hadis di dalam kitab Sahihain, bahwa Allah Swt.
berfirman dalam hadis Qudsi-Nya; "Barang siapa yang memberi pinjaman dengan
tidak berbuat aniaya dan tidak pula meludeskan harta sendiri," hingga akhir
hadis. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya, bahwa Dia akan
melipatgandakan pahalanya bagimu. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat
Al-Baqarah melalui firman-Nya:
{فَيُضَاعِفَهُ
لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً}
maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. (Al-Baqarah: 245)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَيَغْفِرْ
لَكُمْ}
dan mengampuni kamu. (At-Taghabun: 17)
Maksudnya, menghapuskan kesalahan-kesalahanmu. Dalam firman berikutnya
disebutkan:
{وَاللَّهُ
شَكُورٌ}
Dan Allah Maha Pembalas Jasa. (At-Taghabun: 17)
Yakni membalas amal yang sedikit dengan pahala yang banyak.
{حَلِيمٌ}
lagi Maha Penyantun. (At-Taghabun: 17)
Yaitu Dia memaaf, mengampuni, menutupi dan menghapuskan dosa-dosa,
kesalahan-kesalahan, keburukan-keburukan, dan kealpaan-kealpaan.
{عَالِمُ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (At-Taghabun: 18)
Tafsir ayat ini telah disebutkan sebelumnya berkali-kali. Demikianlah akhir
tafsir surat At-Taghabun, hanya milik Allah-lah semua puji-pujian dan semua
anugerah.