Tafsir Surat At-Takwir, ayat 15-29
فَلَا
أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ (15) الْجَوَارِ الْكُنَّسِ (16) وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ
(17) وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ (18) إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ (19) ذِي
قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ (20) مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ (21) وَمَا
صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ (22) وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ (23) وَمَا
هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ (24) وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ (25)
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ (26) إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ (27) لِمَنْ
شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ (28) وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ
اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (29)
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang.
yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan
gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, sesungguhnya
Al-Qur'an itu benar-benar firman'(Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia
(Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah
yang mempunyai Arasy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
Dan teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-sekali orang yang gila. Dan
sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. Dan dia (muhammad)
bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib. Dan Al-Qur’an itu
bukanlah perkataan setan yang terkutuk, maka ke manakah kalian akan pergi?
Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) bagi
siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kalian tidak
dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam.
Imam Muslim di dalam kitab sahihnya dan Imam Nasai dalam tafsir ayat ini
telah meriwayatkan melalui hadis Mis'ar ibnu Kidam, dari Al-Walid ibnu Sari',
dari Amr ibnu Hurayyis yang mengatakan bahwa ia pernah salat di belakang Nabi
Saw., yaitu salat Subuh. Lalu ia mendengar beliau membaca firman-Nya:
Sungguh. Aku bersumpah dengan bintang-bintang. yang beredar dan terbenam,
demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila
fajarnya mulai menyingsing. (At-Takwir: 15-18)
Imam Nasai telah meriwayatkan dari Bandar, dari Gundar, dari Syu'bah, dari
Al-Hajjaj ibnu Asim, dari Abul Aswad, dari Amr ibnu Hurayyis dengan sanad yang
sama dan lafaz yang semisal.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur As-Sauri, dari
Abi Ishaq, dari seorang lelaki, dari Murad, dari Ali sehubungan dengan makna
firman-Nya: Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan
terbenam. (At-Takwir: 15-16)
Ali mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bintang-bintang yang tenggelam
di saat siang hari dan di malam hari kelihatan. Ibnu Jarir mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad
ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak ibnu Harb yang
mendengar dari Khalid ibnu Ur'urah, bahwa ia pernah mendengar Ali ditanya
mengenai makna ayat ini, lalu Ali menjawab, "Makna yang dimaksud ialah
bintang-bintang yang tenggelam di siang hari dan kelihatan di malam hari.
Telah menceritakan pula kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada
kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Khalid, dari Ali yang mengatakan
bahwa makna yang dimaksud adalah bintang-bintang. Sanad asar ini jayyid lagi
sahih sampai kepada Khalid ibnu Ur'urah As-Sahmi Al-Kufi. Abu Hatim Ar-Razi
mengatakan bahwa dia meriwayatkan dari Ali dan Sammak serta Al-Qasim ibnu Auf
Asy-Syaibani mengambil riwayat dari Khalid ibnu Ur'urah; tetapi Abu Hatim
Ar-Razi tidak menyebutkan baik jarh-nya. maupun ta'dil-nya (yakni predikatnya
dalam periwayatan hadis); hanya Allah-lah. Yang Maha Mengetahui.
Yunus telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali, bahwa yang
dimaksud adalah bintang-bintang; demikianlah menurut yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abu Hatim. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ibnu
Abbas, Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya, bahwa yang
dimaksud adalah bintang-bintang.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar,
telah menceritakan kepada kami Hauzah ibnu Khalifah, telah menceritakan kepada
kami Auf, dari Bakr ibnu Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam.
(At-Takwir: 15-16)Bahwa makna yang dimaksud ialah bintang-bintang yang
gemerlapan yang beredar ke arah timur.
Sebagian imam mengatakan bahwa sesungguhnya bintang-bintang itu dinamakan
khunnas mengingat saat terbitnya, kemudian saat beredar di falaknya
dinamakan jawarin, sedangkan di saat tenggelamnya dinamakan
kunnas. Ini diambil dari kata-kata orang Arab.”Awazzabyuila
kinasihi" Dikatakan demikian apabila menjangan itu masuk ke dalam
sarangnya.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibrahim, bahwa Abdullah pernah mengatakan
sehubungan dengan makna firman-Nya: Sungguh, Aku bersumpah dengan
bintang-bintang. (Al-Takwir: 15) Bahwa yang dimaksud dengan kunnas
ialah sapi liar alias menjangan.
Hal yang sama dikatakan oleh As-Sauri, dari Abi Ishaq, dari Abu Maisarah dari
Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sungguh, Aku bersumpah dengan
bintang-bintang, yang beredar dan terbenam. (At-Takwir: 15-16) Abdullah
bertanya, "Apakah makna yang dimaksud. hai Umar? Menurutku makna yang dimaksud
adalah sapi.'" Umar menjawab 'Saya pun berpendapat sama.'" Hal yang sama telah
diriwayatkan oleh Yunus, dari Abu Ishaq' dari ayahnya.
Abu Daud At-Tayalisi telah meriwayatkan dari Ami; dari ayahnya, dari Sa'id
ibnu .lubair, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al jawaril
kunnasi ialah sapi yang bersembunyi di bawah naungan.
Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair. Al-Aufi telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah menjangan. Hal yang sama
dikatakan pula oleh Sa'id. Mujahid, dan Ad-Dahhak. Abusy Sya'sa alias Jabir ibnu
Zaid mengatakan menjangan dan sapi.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah
menceritakan kepada kami Hasyim. telah menceritakan kepada kami Mugirah. dari
Ibrahim dan Mujahid, bahwa keduanya saling menalarkan ayat berikut, yaitu firman
Allah Swt.: Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan
terbenam. (At-Takwir: 15-16) Ibrahim berkata kepada Mujahid, "Katakanlah
pendapatmu sesuai dengan apa yang pernah engkau dengar." Mujahid mengatakan,
"Kami pernah mendengar sesuatu tentang maknanya, tetapi orang-orang mengatakan
bahwa makna yang dimaksud adalah bintang-bintang." Ibrahim berkata menegaskan,
"Lalu bagaimanakah dengan pendapatmu? Katakanlah sesuai dengan berita yang
engkau pernah dengar." Mujahid mengatakan, "Kami mendengar bahwa makna yang
dimaksud darinya adalah sapi liar saat bersembunyi di dalam sarangnya.”Maka
Ibrahim berkata, "Kalau begitu, mereka benar-benar telah berdusta terhadapku
dalam hal ini. Mereka telah meriwayatkan dari Ali, bahwa makna yang dimaksud
ialah menyembunyikan bagian yang bawah dengan bagian'yang atas dan sebaliknya.
Ibnu Jarir bersikap diam sehubungan dengan makna yang dimaksud dari
firman-Nya: bintang-bintang yang beredar dan terbenam. (At-Takwir: 15-16)
apakah yang dimaksud adalah bintang-bintang ataukah menjangan alias sapi liar.
Dan ia hanya mengatakan bahwa bisa saja kedua-duanya merupakan makna yang
dimaksud.
*******************
Firman Allah Swt:
{وَاللَّيْلِ
إِذَا عَسْعَسَ}
demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya. (At-Takwir:
17)
Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat. Salah satunya mengatakan
bahwa makna yang dimaksud ialah saat tibanya malam hari dengan kegelapannya.
Mujahid mengatakan, apabila telah gelap.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan, apabila muncul.
Menurut Al-Hasan Al-Basri, artinya apabila malam menutupi manusia. Hal yang
sama telah dikatakan oleh Atiyyah Al-Aufi.
Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: apabila telah hampir meninggalkan gelapnya.
(At-Takwir: 17) Yakni apabila berpaling; hal yang sama dikatakan oleh Mujahid,
Qatadah, dan Ad-Dahhak.
Dan hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam dan anaknya (yaitu
Abdur Rahman), bahwa firman-Nya: apabila telah hampir meninggalkan
gelapnya. (At-Takwir: 17) Yaitu apabila berpaling dan pergi.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari
Amr ibnu Murrah, dari Abul Buhturi; ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman
As-Sulami mengatakan bahwa Ali r.a. keluar kepada kami ketika salat Subuh
diiqamahkan, lalu ia bertanya,"Kemanakah orang-orang yang bertanya tentang
witir?" 'demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi
subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. ' (At-Takwir: 17-18)?" Hal
tersebut (witir) bila dilakukan saat malam hendak meninggalkan gelapnya adalah
lebih baik.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh
firman-Nya: apabila telah hampir meninggalkan gelapnya. (At-Takwir: 1 7)
Maksudnya, apabila berpaling. Demikian itu karena pada firman selanjutnya
disebutkan: dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.
(At-Takwir: 18) Yakni mulai terang suasananya. Lalu Ibnu Jarir berpegangan
kepada perkataan seorang penyair dalam salah satu bait syairnya yang
mengatakan:
حَتَّى
إِذَا الصُّبْحُ لَهُ تَنَفَّسَا ... وَانَجَابَ
عَنْهَا لَيْلُهَا وَعَسْعَسَا
Hingga apabila subuh mulai
menyingsingkan cahayanya yang mengusir kegelapan malam secara
berangsur-angsur.
Yaitu bila malam pergi.
Menurut hemat saya. makna yang dimaksud oleh firman-Nya: apabila telah
hampir meninggalkan gelapnya. (At-Takwir: 17) Adalah kebalikannya, yaitu
apabila malam tiba; sekalipun kata ini dapat pula dipakai untuk menunjukkan
pengertian pergi, tetapi makna datang dalam ayat ini lebih sesuai. Seakan-akan
Allah bersumpah dengan malam hari dan kegelapannya bila tiba. dan dengan fajar
dan sinarnya bila mulai menyingsing. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman Allah Swt.:
وَاللَّيْلِ
إِذا يَغْشى وَالنَّهارِ إِذا تَجَلَّى
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang) dan siang apabila terang
benderang. (Al-Lail: 1-2)
وَالضُّحى
وَاللَّيْلِ إِذا سَجى
Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah
sunyi. (Adh-Dhuha: 1-2)
Dan firman Allah Swt:
فالِقُ
الْإِصْباحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَناً
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat.
(Al-An'am: 96)
Dan masih banyak ayat lainnya yang semakna.
Kebanyakan ulama Usul mengatakan bahwa lafaz 'as'asa dipakai untuk
menunjukkan makna datang atau pergi dan menganggapnya sebagai lafaz yang
musytarak (satu lafaz yang mempunyai dua arti yang berlawanan).'Karena
itulah maka dapat dibenarkan bila masing-masing dari keduanya dianggap sebagai
makna yang dimaksud. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian ulama yang ahli dalam bahasa Arab
menduga bahwa lafaz 'as 'asa artinya mendekati permulaannya dan mulai
gelap. Al-Farra mengatakan bahwa Abul Bilad seorang ahli Nahwu mengutip sebuah
bait syair yang mengatakan:
عسعس
حتى لو يشا ادَّنَا ... كَانَ لَهُ مِنِ ضَوْئِهِ
مَقْبِسُ
Malam telah tiba, hingga manakala dia
menghendaki saat mendekat, maka akan terbersit sinar dari
cahayanya.
Al-Farra mengatakan bahwa mereka mengira bait syair ini adalah buatan
semata.
*******************
Firman Allah Swt:
{وَالصُّبْحِ
إِذَا تَنَفَّسَ}
dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. (At-Takwir: 18)
Ad-Dahhak mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah apabila terbit. Qatadah
mengatakan, apabila mulai bersinar dan tiba. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa
makna yang dimaksud ialah apabila mulai muncul; pendapat ini diriwayatkan dari
Ali r.a. Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sinar mentari
apabila mulai kelihatan.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ
لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ}
sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh)
utusan yang mulia (Jibril). (At-Takwir: 19)
Yakni sesungguhnya Al-Qur'an yang mulia ini benar-benar disampaikan oleh
malaikat yang mulia, terhormat, berakhlak baik, lagi indah penampilannya; dialah
Jibril a.s.
Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Maimun ibnu Mahran, Al-Hasan, Qatadah, Ar-Rabi' ibnu
Anas, Ad-Dahhak, serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: yang mempunyai kekuatan. (At-Takwir: 20) Semakna dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
عَلَّمَهُ
شَدِيدُ الْقُوى ذُو مِرَّةٍ
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang mempunyai
akal yang cerdas. (An-Najm: 5-6)
Yaitu kuat penampilannya lagi kuat pukulan dan perbuatannya.
{عِنْدَ
ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ}
yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arasy.
(At-Takwir: 20)
Dia mempunyai kedudukan dan pangkat yang tinggi di sisi Allah Swt.
Abu Saleh telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang
mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arasy. (At-Takwir:
20) Jibril dapat memasuki tujuh puluh lapis tirai cahaya tanpa izin.
{مُطَاعٍ
ثَمَّ}
yang ditaati di sana. (At-Takwir: 21)
Yakni dia dipengaruhi, didengar kata-katanya, lagi ditaati di alam malaikat.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang ditaati di
sana. (At-Takwir: 21) Yaitu di alam langit.
Dengan kata lain, Jibril bukanlah malaikat biasa, melainkan termasuk pemimpin
yang dimuliakan di kalangan para malaikat, yang mempunyai peran besar dan
dipilih untuk mengemban tugas yang agung ini, yaitu menjadi duta antara Allah
dan Rasul-Nya.
Firman Allah Swt:
{أَمِينٍ}
lagi dipercaya. (At-Takwir: 21)
Malaikat Jibril mendapat predikat sebagai kepercayaan Allah dari kalangan
para malaikat. Ini merupakan suatu penghargaan yang sangat besar, sekaligus
menunjukkan bahwa Allah Swt. menyucikan hamba dan rasul-Nya dari kalangan
malaikat —yaitu Jibril a.s.— sebagaimana Dia menyucikan hamba dan Rasul-Nya dari
kalangan manusia, yaitu Nabi Muhammad Saw. Seperti yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
{وَمَا
صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ}
Dan teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila.
(At-Takwir: 22)
Asy-Sya'bi, Maimun ibnu Mahran, dan Abu Saleh, serta orang-orang yangtelah
disebutkan di atastelah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-sekali orang yang gila.
(At-Takwir: 22) Bahwa yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw.
Firman Allah Swt.:
{وَلَقَدْ
رَآهُ بِالأفُقِ الْمُبِينِ}
Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.
(At-Takwir: 23)
Yakni sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. benar-benar telah melihat Jibril yang
datang kepadanya membawa wahyu dari Allah Swt. dalam rupa aslinya lengkap dengan
enam ratus sayapnya.
{بِالأفُقِ
الْمُبِينِ}
di ufuk yang terang. (At-Takwir: 23)
Yaitu dengan jelas dan terang. Ini merupakan penglihatan Nabi Saw. kepadanya
yang pertama, yaitu saat beliau berada di Lembah Batha. yang hal ini disebutkan
oleh firman-Nya:
وَلَقَدْ
رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ يَعْنِي وَلَقَدْ رَأَى مُحَمَّدُ جِبْرِيلَ الَّذِي
يَأْتِيهِ بِالرِّسَالَةِ عَنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى الصُّورَةِ الَّتِي
خَلَقَهُ اللَّهُ عَلَيْهَا لَهُ سِتُّمِائَةُ جَنَاحٍ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ أَيِ
الْبَيِّنُ وَهِيَ الرُّؤْيَةُ الْأَوْلَى الَّتِي كَانَتْ بِالْبَطْحَاءِ وَهِيَ
الْمَذْكُورَةُ فِي قَوْلِهِ: عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوى ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوى
وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلى ثُمَّ دَنا فَتَدَلَّى فَكانَ قابَ قَوْسَيْنِ أَوْ
أَدْنى فَأَوْحى إِلى عَبْدِهِ مَا أَوْحى
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai
akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli,
sedangkan dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah
dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah
atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa
yang telah Allah wahyukan. (An-Najm: 5-10)
Sebagaimana yang telah disebutkan keterangannya dalam tafsir surat An-Najm
berikut dalil yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan dia adalah Malaikat
Jibril.
Menurut makna lahiriah ayat, surat ini diturunkan sebelum malam Isra, karena
di dalamnya tidak disebutkan kecuali hanya penglihatan ini, yaitu penglihatannya
yang pertama. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Adapun penglihatan beliau
kepada Jibril a.s. pada yang kedua kalinya adalah yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
وَلَقَدْ
رَآهُ نَزْلَةً أُخْرى عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهى عِنْدَها جَنَّةُ الْمَأْوى
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشى
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lalu, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga
tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. (An-Najm: 13-16)
Maka hal ini hanya disebutkan di dalam surat An-Najm, dan surat An-Najm telah
diturunkan sesudah surat Al-Isra.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ}
Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang
gaib. (At-Takwir: 24)
Artinya, Muhammad bukanlah orang yang disangsikan terhadap apa yang
diturunkan Allah kepadanya. Di antara ulama ada yang membacanya dengan memakai
dad bukan za sehingga artinya menjadi bukanlah orang yang bakhil
untuk menerangkan apa yang diturunkan Allah kepadanya, bahkan dia
menyampaikannya kepada setiap orang.
Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa za-nin dan da-nin
mempunyai makna yang sama, yakni dia bukanlah orang yang pendusta dan bukan pula
orang yang pendurhaka; za-nin orang yang diragukan, dan da-nin orang yang kikir.
Qatadah mengatakan bahwa pada mulanya Al-Qur'an merupakan hal yang gaib, lalu
Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad. Maka beliau Saw. tidak kikir terhadap
manusia, bahkan beliau menyebarkannya, menyampaikannya, dan memberikannya kepada
setiap orang yang menghendakinya. Hal yang sama dikatakan oleh ikrimah dan Ibnu
Zaid serta selain keduanya yang bukan hanya seorang; Ibnu Jarir memilih pendapat
yang membacanya dengan qiraat dad yakni danin.
Menurut hemat penulis, kedua pendapat (qiraat) sama-sama mutawatir dalilnya,
dan maknanya sahih sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ}
Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk. (At-Takwir:
25)
Yaitu Al-Qur'an ini bukanlah dari perkataan setan yang terkutuk. Dengan kata
lain, setan tidak akan mampu membawanya, dan tidak menghendakinya serta tidak
layak Al-Qur'an baginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَما
هُوَ بِقَوْلِ شَيْطانٍ رَجِيمٍ أَيْ وَمَا هَذَا الْقُرْآنُ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ
رَجِيمٍ أَيْ لَا يَقْدِرُ عَلَى حَمْلِهِ وَلَا يُرِيدُهُ وَلَا يَنْبَغِي له كما
قال تعالى: وَما تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّياطِينُ وَما يَنْبَغِي لَهُمْ وَما
يَسْتَطِيعُونَ إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ
Dan Al-Qur'an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah
patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa.
Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur'an itu.
(Asy-Syu'ara: 210-212)
Adapun firman Allah Swt.:
{فَأَيْنَ
تَذْهَبُونَ}
maka ke manakah kalian akan pergi? (At-Takwir: 26)
Yakni dipergunakan untuk apa akal kamu bila kamu mendustakan Al-Qur'an ini,
padahal Al-Qur'an begitu jelas, terang, dan gamblang bahwa ia benar dari sisi
Allah Swt. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakar As-Siddiq r.a. kepada
delegasi Bani Hanifah, ketika mereka datang dalam keadaan telah masuk Islam.
Lalu Abu Bakar r.a. memerintahkan kepada mereka untuk membacakan sesuatu dari
bacaan Musailamah Al-Kazzab yang sangat kacau lagi melindur itu. Setelah hal itu
dibacakan kepada Abu Bakar r.a., maka Abu Bakar r.a. berkata, "Celakalah kalian,
ditaruh dimanakah akal sehat kalian? Demi Allah, sesungguhnya ucapan itu
bukanlah datang dari Tuhan."
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka ke manakah
kalian akan pergi. (At-Takwir: 26) setelah meninggalkan Kitabullah dan
ketaatannya kepada-Nya?
Firman Allah Swt.:
{إِنْ
هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ}
Al-Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam
(At-Takwir: 27)
Artinya, Al-Qur'an ini merupakan peringatan bagi semua manusia agar mereka
menjadi ingat karenanya dan mengambil pelajaran darinya.
{لِمَنْ
شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ}
(yaitu) bagi siapa di antara kalian yang man menempuh jalan yang
lurus. (At-Takwir: 28)
Yaitu bagi siapa yang menginginkan petunjuk. hendaklah ia berpegang kepada
Al-Qur'an ini, karena sesungguhnya Al-Qur'an merupakan juru selamat dan pemberi
petunjuk baginya tiada petunjuk selain dari Al-Qur'an.
{وَمَا
تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}
Dan kalian tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (At-Takwlr: 29)
Yakni kehendak untuk itu bukan berada di tangan kalian, melainkan ada di
tangan kekuasaan-Nya. Maka barang siapa yang Dia kehendaki mendapat petunjuk,
niscaya ia mendapatkannya: dan barang siapa yang Dia kehendaki sesat, niscaya
dia tersesat darinya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Abdul Azizdari Sulaiman
ibnu Musa yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan. yaitu firman Allah
Swt.: bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus.
(At-Takwir: 28) Maka Abu Jahal berkata, "Segala sesuatunya terserah kita.
Jika kita mau menempuh jalan yang lurus, tentulah kita akan lurus: dan jika kita
menghendaki bukan jalan yang lurus, maka tentulah kita tidak akan lurus.'" Lalu
Allah Swt. menurunkan firman selanjutnya, yaitu: Dan kamu tidak dapat
menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam. (At-Takwir: 29)
آخِرُ
تَفْسِيرِ سورة "التكوير" ولله الحمد [والمنة]
Demikianlah akhir tafsir surat
At-Takwir, dengan mengucapkan hamdalah atas semua nikmat dan karunia-Nya.