Tafsir Surat Az-Zumar, ayat 53-59
{قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54) وَاتَّبِعُوا
أَحْسَنَ مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ
الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (55) أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا
حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ
السَّاخِرِينَ (56) أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ
الْمُتَّقِينَ (57) أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً
فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (58) بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ
بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (59) }
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian
kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan
ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum
datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak menyadarinya, supaya
jangan ada orang yang mengatakan, 'Amat besar penyesalanku atas kelalaianku
dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedangkan aku sesungguhnya
termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).' Atau supaya
jangan ada yang berkata, 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku,
tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa. 'Atau supaya jangan ada yang
berkata ketika ia melihat azab, 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke
dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.' (Bukan
demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu, lalu
kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk
orang-orang yang kafir.”
Ayat-ayat ini merupakan seruan kepada segenap para pendurhaka dari kalangan
orang-orang kafir dan lain-lainnya agar bertobat dan kembali kepada-Nya. Juga
sebagai pemberitahuan bahwa Allah Swt. mengampuni semua dosa bagi orang yang mau
bertobat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosanya, betapapun
banyaknya dosa yang telah dilakukannya dan sekalipun banyaknya seperti buih
laut. Tidak benar menakwilkan ayat ini untuk pengertian selain tobat, karena
dosa syirik tidak mendapatkan ampunan selama pelakunya tidak bertobat dari
kemusyrikannya.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ
يُوسُفَ؛ أَنَّ ابْنَ جُرَيْجٍ أَخْبَرَهُمْ: قَالَ يَعْلَى: إِنَّ سَعِيدَ بْنَ
جُبَيْرٍ أَخْبَرَهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا] ؛ أَنَّ
نَاسًا مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ كَانُوا قَدْ قَتَلُوا فَأَكْثَرُوا، وَزَنَوْا
فَأَكْثَرُوا. فَأَتَوْا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا:
إِنَّ الَّذِي تَقُولُ وَتَدْعُو إِلَيْهِ لَحَسَنٌ لَوْ تُخْبِرُنَا أَنَّ لِمَا
عَمِلْنَا كَفَّارَةٌ. فَنَزَلَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا
آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا
يَزْنُونَ} [الْفُرْقَانِ:68] ، وَنَزَلَ [قَوْلُهُ]: {قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ
اللَّهِ}
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa,
telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah
menceritakan kepada mereka bahwa Ya'la pernah mengatakan, "Sesungguhnya Sa'id
ibnu Jubair pernah bercerita kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., bahwa pernah ada
segolongan orang dari kalangan kaum musyrik yang banyak membunuh dan banyak
berbuat zina, lalu mereka mendatangi Nabi Saw. dan berkata, 'Sesungguhnya yang
engkau katakan (maksudnya Al-Qur'an) dan yang engkau serukan itu benar-benar
baik, sekiranya engkau menceritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami
perbuat ada kifaratnya (penghapus dosanya)." Maka turunlah firman-Nya: Dan
orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan
(alasan) yang benar, dan tidak berzina; barang siapa yang melakukan
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).
(Al-Furqan: 68) Lalu turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku
yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan Imam
Nasai melalui hadis Ibnu Juraij, dari Ya'la ibnu Muslim Al-Makki, dari Sa'id
ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a.
Makna yang dimaksud oleh ayat pertama dijelaskan oleh firman-Nya:
{إِلا
مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا}
kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh.
(Al-Furqan: 70), hingga akhir ayat.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا
أَبُو قَبِيلٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُرِّيَّ يَقُولُ:
سَمِعْتُ ثَوْبَانَ -مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ-يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "مَا أُحِبُّ أَنَّ لِيَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا بِهَذِهِ الْآيَةِ: {يَا
عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ} إِلَى آخَرِ الْآيَةِ، فَقَالَ
رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَنْ أَشْرَكَ؟ فَسَكَتَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: "أَلَا وَمَنْ أَشْرَكَ" ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Qabil
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Muzani mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Sauban maula Rasulullah Saw. mengatakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku tidak suka bila diberikan
kepadaku dunia dan seisinya sebagai ganti dari ayat ini, yaitu: "Katakanlah,
'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, 'hingga
akhir ayat.” Lalu ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu
bagaimanakah dengan orang yang musyrik?" Rasulullah Saw. diam, lalu bersabda,
"Ingatlah, dan juga terhadap orang yang musyrik," sebanyak tiga kali.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (tunggal).
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا
رَوْحُ بْنُ قَيْسٍ، عَنْ أَشْعَثَ بْنِ جَابِرٍ الْحُدَّانِيِّ، عَنْ مَكْحُولٍ،
عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسة قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، شَيْخٌ كَبِيرٌ يُدَعِّمُ عَلَى عَصًا لَهُ، فَقَالَ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي غَدَرَاتٍ وَفَجَرَاتٍ، فَهَلْ يُغْفَرُ لِي؟ فَقَالَ:
"أَلَسْتَ تَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟ " قَالَ: بَلَى، وَأَشْهَدُ
أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ. فَقَالَ: "قَدْ غُفِرَ لك غدراتك
وفجراتك".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man,
telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari Asy'as ibnu Jabir Al-Haddani,
dari Mak-hul, dari Amr ibnu Anbasah r.a. yang telah menceritakan bahwa pernah
ada seorang lelaki tua datang menghadap kepada Nabi Saw. dengan bertelekan pada
tongkatnya, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku pernah
melakukan banyak perbuatan khianat dan durhaka, maka apakah diriku ini masih
dapat diampuni?" Nabi Saw. balik bertanya, "Bukankah engkau telah bersaksi
bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah?" Lelaki itu menjawab,
"Benar, dan aku bersaksi pula bahwa engkau adalah utusan Allah." Maka Rasulullah
Saw. bersabda: Semua perbuatan khianat dan durhakamu telah diampuni.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ ، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ
يَزِيدَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقْرَأُ: {إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ} [هُودٍ:46] وَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: "
{يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا} وَلَا يُبَالِي
{إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ}
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun,
telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Syahr ibnu
Hausyab, dari Asma binti Yazid radiyallahu anha mengatakan bahwa aku
pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Sesungguhnya
(perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. (Hud: 46). Dan aku pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (Az-Zumar:
53) tanpa peduli betapa pun banyaknya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53)
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Sabit dengan
sanad yang sama.
Semua hadis di atas menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah bahwa Allah
mengampuni semua dosa tersebut bila disertai dengan tobat. Dan seorang hamba
tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya,
karena sesungguhnya pintu rahmat dan pintu tobat itu luas. Allah Swt. telah
berfirman:
{أَلَمْ
يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ
عِبَادِهِ}
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat dari
hamba-hamba-Nya. (At-Taubah: 104)
{وَمَنْ
يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ
غَفُورًا رَحِيمًا}
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (An-Nisa: 110)
Dan Allah Swt. berfirman berkenaan dengan orang-orang munafik:
{إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ
نَصِيرًا إِلا الَّذِينَ تَابُوا}
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolong pun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan
perbaikan. (An-Nisa: 145-146)
Dan firman Allah Swt.:
{لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا
إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwa Allah salah satu
dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka
katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan
yang pedih. (Al-Maidah: 73)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَفَلا
يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ}
Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun
kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah:
74)
Dan Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ
الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ
يَتُوبُوا}
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang
mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertobat. (Al-Buruj:
10)
Al-Hasan Al-Basri rahimahullah telah mengatakan bahwa perhatikanlah
kemuliaan dan kedermawanan ini, mereka telah membunuh kekasih-kekasih-Nya,
tetapi Dia menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun kepada-Nya; ayat-ayat
yang semakna cukup banyak.
Di dalam kitab Sahihain dari Abu Sa'id r.a., dari Rasulullah Saw.
disebutkan sebuah hadis yang mengisahkan tentang seseorang yang telah membunuh
sembilan puluh sembilan jiwa. Lalu ia menyesali perbuatannya dan bertanya kepada
seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil, "Apakah masih ada pintu tobat
bagiku?" Si ahli ibadah itu menjawab, "Tidak ada," maka si ahli ibadah itu
dibunuhnya hingga genaplah jumlah orang yang dibunuhnya menjadi seratus orang.
Kemudian orang tersebut bertanya kepada seorang ulama di antara ulama mereka
yang terkenal, bahwa apakah masih ada tobat baginya. Ulama itu balik bertanya,
"Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dan tobat?"
Kemudian ulama itu memerintahkannya untuk pergi ke kota lain untuk beribadah
kepada Allah di dalamnya, lalu lelaki itu pergi menuju ke kota yang dimaksud,
tetapi di tengah jalan maut merenggut nyawanya. Maka bertengkarlah malaikat
rahmat dan malaikat azab tentang lelaki itu (siapakah di antara keduanya yang
berhak mengambilnya).
Maka Allah memerintahkan kepada mereka agar mengukur jarak di antara kedua
kota tersebut (kota tempat si lelaki dan kota yang ditujunya). Mana yang lebih
dekat kepada jenazah si lelaki itu, maka dialah yang lebih berhak untuk
mengambilnya. Setelah diukur, ternyata mereka menjumpainya lebih dekat ke kota
yang ditujunya, tempat ia akan berhijrah, bedanya hanya satu jengkal. Lalu roh
lelaki itu diambil oleh malaikat rahmat.
Disebutkan bahwa lelaki itu pada saat matinya menggulirkan tubuhnya menjauh
(dari negeri yang baik), maka Allah memerintahkan kepada negeri yang baik agar
mendekat dan memerintahkan kepada negeri yang jahat (tempat asal lelaki itu)
agar menjauh. Demikianlah kesimpulan dari makna hadis, dan kami telah menulisnya
di tempat lain dengan lengkap.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan
makna firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (Az-Zumar: 53), hingga
akhir ayat. Sesungguhnya Allah Swt. telah menyerukan untuk memohon ampunan
dari-Nya terhadap mereka yang mengira bahwa Al-Masih adalah tuhan, juga orang
yang menduga bahwa Al-Masih adalah anak Allah, orang yang mengira bahwa Uzair
anak Allah, orang yang mengira bahwa Allah fakir, orang yang mengira bahwa
tangan Allah terbelenggu (kikir), dan orang yang mengira bahwa Allah adalah
salah satu dari yang tiga. Terhadap mereka Allah Swt. berfirman:
{أَفَلا
يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ
رَحِيمٌ}
Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun
kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Maidah:
74)
Kemudian Allah menyerukan untuk bertobat terhadap orang yang ucapannya jauh
lebih berat dosanya ketimbang mereka, yaitu orang yang mengatakan, "Aku adalah
Tuhan kalian yang tertinggi," yaitu ucapan yang disitir oleh firman-Nya:
{مَا
عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}
aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. (Al-Qasas: 38)
Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa barang siapa di antara hamba Allah
yang berputus asa dari tobat sesudah kesemuanya itu, berarti dia telah
mengingkari Kitabullah. Tetapi seseorang hamba tidaklah mampu bertobat
sebelum Allah menerima tobatnya.
Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui jalur Asy-Sya'bi, dari Sunaid ibnu
Syakl; ia pernah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Mas'ud mengatakan
bahwa sesungguhnya ayat dari Kitabullah yang paling agung ialah
firman-Nya:
{اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang
Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255)
Sesungguhnya ayat yang paling banyak memuat kebaikan dan keburukan di dalam
Al-Qur'an adalah firman-Nya:
{إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ}
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan. (An-Nahl: 90)
Sesungguhnya ayat Al-Qur'an yang paling menggembirakan adalah firman Allah
Swt. di dalam surat Az-Zumar, yaitu:
{قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ}
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53)
Dan sesungguhnya ayat yang paling menonjolkan masalah berserah diri adalah
firman-Nya:
{وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ}
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. (At-Talaq: 2-3)
Maka Masruq berkata kepadanya, "Engkau benar."
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abu Sa'id, dari Abul Kanud yang mengatakan
bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. berjalan melewati seorang tukang dongeng yang
sedang bercerita kepada orang-orang. Maka Ibnu Mas'ud berkata kepadanya, "Hai
tukang cerita, mengapa engkau membuat manusia berputus asa dari rahmat Allah?"
kemudian Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Berikut ini hadis-hadis yang menyebutkan
tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُو
عُبَيْدَةَ عَبْدُ الْمُؤْمِنِ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ ، حَدَّثَنِي أَخْشَنُ
السَّدُوسِيُّ قَالَ: دَخَلْتُ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ
أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَمْلَأَ خَطَايَاكُمْ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ،
ثُمَّ اسْتَغْفَرْتُمُ اللَّهَ لَغَفَرَ لَكُمْ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ، لَوْ لَمْ تُخْطِئُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُخْطِئُونَ، ثُمَّ
يَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnun Nu'man,
telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Abdul Mu'min ibnu Ubaidillah
As-Saddi, telah menceritakan kepadaku Hasan As-Sadusi yang mengatakan bahwa ia
masuk mengunjungi Anas ibnu Malik r.a., lalu Anas berkata bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Demi Dzat yang jiwaku berada di
dalam genggaman kekuasaannya, sekiranya kalian berbuat kesalahan sehingga
kesalahan kalian memenuhi antara langit dan bumi, kemudian kalian mohon ampun
kepada Allah Swt., niscaya Dia memberi ampun bagi kalian. Dan demi Tuhan yang
jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sekiranya kalian tidak
berbuat kesalahan (dosa), tentulah Allah akan mendatangkan suatu kaum
yang berbuat kesalahan, kemudian mereka mohon ampun kepada Allah, maka Allah
memberi ampun bagi mereka.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنِي لَيْثٌ
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ قَيْسٍ -قَاصُّ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ-عَنْ
أَبِي صِرْمة، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
أَنَّهُ قَالَ حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ: قَدْ كُنْتُ كَتَمْتُ مِنْكُمْ شَيْئًا
سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول: "لولا أنكم
تذنبون، لخلق الله قَوْمًا
يُذْنِبُونَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah
menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Qais
tukang dongengnya Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, dari Abu Sirmah, dari Abu Ayyub
Al-Ansari r.a. yang mengatakan ketika sakit yang membawa kepada kematiannya,
bahwa ia telah menyembunyikan sesuatu yang pernah ia dengar dari Rasulullah
Saw., yaitu Rasulullah Saw. telah bersabda: Seandainya kalian tidak berdosa,
tentulah Allah Swt. akan menciptakan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia
memberi ampun bagi mereka.
Demikianlah menurut Imam Ahmad; Imam Muslim di dalam kitab sahihnya telah
meriwayatkan hal yang sama, dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula;
semuanya meriwayatkannya melalui Qutaibah dari Al-Lais ibnu Sa'd dengan sanad
yang sama. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan
lafaz yang sama dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Sirmah Al-Ansari
r.a., dari Abu Ayyub r.a.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحَرَّانِيُّ،
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ النُّكري قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي
يُحَدِّثُ عَنِ أَبِي الْجَوْزَاءِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كَفَّارَةُ الذَّنْبِ النَّدَامَةُ"،
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا
لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik
Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Amr ibnu Malik Al-Bakri
yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut
dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda: Kifarat (penghapus) dosa ialah penyesalan.
Rasulullah Saw. telah bersabda pula: Seandainya kalian tidak berbuat
dosa, niscaya Allah akan mendatangkan suatu kaum yang berbuat dosa, lalu Dia
memberi ampun bagi mereka.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal.
قَالَ
عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ
حَمَّادٍ النَّرسِي، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو
عَبْدِ اللَّهِ مَسْلَمَةُ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو الْبَجَلِيِّ، عَنْ
عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ
عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيِّ بْنِ أَبِي
طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُفَتَّنَ
التَّوَّابَ".
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A'la
ibnu Hammad Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman,
telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah
Ar-Razi, dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari
Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya
(yaitu Ali ibnu AbuTalib r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang teperdaya oleh dosa lagi
suka bertobat.
Mereka tidak ada yang mengetengahkannya dari jalur ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami
Hammad, telah menceritakan kepada kami Sabit dan Humaid, dari Abdullah ibnu
Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa iblis la'natullah berkata, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengusirku dari surga karena Adam, dan sesungguhnya
aku tidak dapat mengalahkannya kecuali dengan kekuasaan dari-Mu." Allah Swt.
berfirman, "Kalau begitu, engkau mendapat kekuasaan itu." Iblis berkata, "Ya
Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Tidak sekali-kali dilahirkan
bagi Adam seorang anak, melainkan dilahirkan pula seorang anak bagimu." Iblis
berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman, "Aku jadikan dada
mereka sebagai sarang kamu, dan kamu dapat merasuki mereka melalui aliran
darahnya." Iblis berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah berfirman,
"Aku datangkan terhadap mereka dengan pasukan kuda dan pasukan jalan kakimu, dan
bersekutulah dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak, dan umbarkanlah
janjimu kepada mereka. Dan tiadalah yang dijanjikan oleh setan kepada mereka,
melainkan hanya tipuan belaka." Maka Adam a.s. berkata, "Ya Tuhanku, Engkau
telah memberi kekuasaan kepada Iblis untuk dapat menggodaku, dan sesungguhnya
aku tidak mampu menahannya kecuali dengan pertolongan-Mu." Allah Swt. berfirman,
"Tidak sekali-kali dilahirkan seorang anak bagimu, melainkan Aku perintahkan
kepada malaikat untuk menjaganya dari qarin-nya (teman setannya) yang
jahat." Adam a.s. berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah Swt.
berfirman, "Satu kebaikan menjadi sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan lagi
kelipatannya, dan satu keburukan ditulis satu atau Aku hapuskan." Adam berkata,
"Ya Tuhanku, berilah aku tambahan." Allah Swt. berfirman, "Pintu tobat tetap
terbuka selama roh berada di dalam tubuh." Adam berkata, "Ya Tuhanku, berilah
aku tambahan." Maka Allah Swt. berfirman: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Nafi' telah meriwayatkan dari Abdullah
ibnu Umar, dari Umar r.a. tentang pendapatnya yang mengatakan, "Dahulu kami
mengatakan bahwa tidak sekali-kali Allah menerima amal sunnah, amal wajib, dan
tobat seseorang yang teperdaya melakukan dosa. Mereka telah mengenal Allah,
tetapi berbalik ingkar kepada (nikmat)-Nya, sungguh itu merupakan petaka yang
menimpa mereka." Dan pada mulanya para sahabat pun mempunyai pendapat yang sama.
Ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, maka Allah menurunkan firman-Nya sebagai
jawaban terhadap pendapatku dan juga pendapat mereka yang demikian itu, yaitu
firman-Nya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak
menyadarinya. (Az-Zumar: 53-55)
Umar r.a. mengatakan bahwa lalu ia menulisnya pada suatu lembaran dan ia
kirimkan kepada Hisyam ibnul As r.a. Maka ketika Hisyam menerima surat itu, ia
membacanya di Zi Tuwa dengan terlebih dahulu mendaki ke puncaknya, lalu
membacanya dengan bersuara, tetapi masih belum mengerti. Akhirnya ia berkata,
"Ya Allah, berilah aku pemahaman terhadap ayat-ayat ini." Maka Allah Swt.
memberikan pemahaman ke dalam hatiku, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan
berkenaan dengan kami dan pendapat kami terhadap diri kami, dan dikatakan
berkenaan dengan sikap kami. Maka aku turun menuju ke untaku, lalu kukendarai
dan langsung bergabung dengan Rasulullah Saw. di Madinah.
**************
Kemudian Allah Swt. menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk segera bergegas
bertobat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{وَأَنِيبُوا
إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ}
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya.
(Az-Zumar: 54), hingga akhir ayat.
Maksudnya, kembalilah kamu ke jalan Allah dan berserah dirilah sepenuhnya
kepada-Nya.
{مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ}
sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi.
(Az-Zumar: 54)
Yakni segeralah bertobat dan mengerjakan amal saleh, sebelum azab
menimpamu.
{وَاتَّبِعُوا
أَحْسَنَ مَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ}
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(Az-Zumar: 55)
Yaitu Al-Qur'an, yang merupakan Kitabullah yang terbaik dari
kitab-kitab Allah lainnya yang pernah Dia turunkan kepada manusia.
{مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا
تَشْعُرُونَ}
sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedangkan kamu tidak
menyadarinya. (Az-Zumar: 55)
Yakni dari arah yang tidak kamu ketahui dan tidak kamu sadari kedatangannya.
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
{أَنْ
تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ
اللَّهِ}
supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas
kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah.” (Az-Zumar:
56)
Artinya, kelak di hari kiamat orang yang berdosa merasa menyesal karena
kelalaiannya hingga belum sempat bertobat dan kembali ke jalan Allah, sehingga
saat itu ia menginginkan seandainya saja dirinya termasuk orang-orang yang
berbuat baik, ikhlas, lagi taat kepada Allah Swt.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ
كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ}
sedangkan aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan
(agama Allah). (Az-Zumar: 56)
Yakni sesungguhnya yang kulakukan selama di dunia hanyalah perbuatan
memperolok-olok dan menghina agama Allah, bukan meyakininya dan bukan pula
membenarkannya.
{أَوْ
تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ مِنَ الْمُتَّقِينَ أَوْ تَقُولَ
حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ
الْمُحْسِنِينَ}
Atau supaya jangan ada yang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi
petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” Atau supaya
jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat
kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat
baik.” (Az-Zumar: 57-58)
Dia menginginkan seandainya dikembalikan hidup di dunia, tentulah dia akan
berbuat kebaikan.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Allah
memberitakan tentang apa yang bakal dilakukan oleh hamba-hamba-Nya sebelum
mereka melakukannya, dan memberitakan tentang apa yang akan mereka katakan
sebelum mereka mengatakannya. Allah Swt. telah berfirman:
{وَلا
يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ}
dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang
diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Fatir: 14)
Dan firman Allah Swt.:
{أَنْ
تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ
كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنْتُ
مِنَ الْمُتَّقِينَ أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي كَرَّةً
فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ}
supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas
kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedangkan aku
sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah),
atau supaya jangan ada yang berkata, "Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk
kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.” Atau supaya jangan
ada yang berkata ketika ia melihat azab, "Kalau sekiranya aku dapat kembali
(ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.”
(Az-Zumar: 56-58)
Maka Allah Swt. memberitahukan bahwa sekiranya mereka dikembalikan lagi ke
dunia, niscaya mereka tidak akan mampu mendapat hidayah. Untuk itu Allah Swt.
berfirman:
{وَلَوْ
رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ}
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa
yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah
pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَسْوَدُ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، عَنِ
الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّ أَهْلِ
النَّارِ يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: لَوْ أَنَّ اللَّهَ
هَدَانِي؟! فَتَكُونُ عَلَيْهِ حَسْرَةٌ". قَالَ: "وَكُلُّ أَهْلِ الْجَنَّةِ يَرَى
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ فَيَقُولُ: لَوْلَا أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي! " قَالَ:
"فَيَكُونُ لَهُ الشُّكْرُ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Semua
penghuni neraka dapat melihat kedudukannya di surga (sekiranya dia beriman);
dia mengatakan, "Sekiranya saja Allah memberiku petunjuk, " maka hal itu
menjadi penyesalan yang berat baginya. Dan semua penduduk surga dapat melihat
tampatnya di neraka (sekiranya dia kafir); ia mengatakan, "Seandainya
Allah tidak memberiku petunjuk, " maka hal itu menjadi rasa syukur
baginya.
Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Bakar ibnu Iyasy dengan sanad
yang sama.
Setelah orang-orang yang berdosa menginginkan agar dapat dikembalikan ke
dunia dan mereka menyesal karena tidak membenarkan ayat-ayat Allah dan tidak
mengikuti rasul-rasul-Nya, maka Allah Swt. berfirman:
{بَلَى
قَدْ جَاءَتْكَ آيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ
الْكَافِرِينَ}
(Bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku
kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu
termasuk orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 59)
Yakni telah datang kepadamu —hai hamba yang menyesali apa yang telah
dilakukannya— ayat-ayat-Ku ketika kamu di dunia, dan semua alasan-Ku telah
ditegakkan terhadap dirimu, tetapi kamu mendustakannya dan bersikap sombong
tidak mau mengikutinya, bahkan kamu menjadi seorang yang kafir dan ingkar
kepadanya.