Tafsir Surat An-Najm, ayat 1-4
{وَالنَّجْمِ
إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ
الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (4) }
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak pula
keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).
Asy-Sya'bi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Pencipta boleh saja bersumpah
dengan menyebut nama makhluk-Nya yang dikehendaki-Nya, tetapi bagi makhluk tidak
boleh bersumpah dengan menyebut nama selain Tuhan Yang Maha Pencipta (Allah
Swt.), menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya:
{وَالنَّجْمِ
إِذَا هَوَى}
Demi bintang ketika terbenam. (An-Najm: 1)
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa yang dimaksud dengan
bintang di sini adalah bintang surayya, yakni apabila terbenam bersamaan dengan
munculnya fajar. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Sufyan
As-Sauri, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.
As-Saddi mengatakan bahwa bintang yang dimaksud adalah bintang zahrah
(venus).
Lain pula dengan Ad-Dahhak, ia mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
Demi bintang ketika terbenam. (An-Najm: 1) Yakni apabila dilemparkan ke
arah setan-setan; pendapat ini mempunyai alasannya yang tersendiri.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya:
Demi bintang ketika terbenam. (An-Najm: 1) Yaitu Al-Qur'an pada saat
diturunkan. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{فَلا
أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ. وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ.
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ. فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ. لَا يَمَسُّهُ إِلا
الْمُطَهَّرُونَ. تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya
sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, sesungguhnya
Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara
(Lauh Mahfuz), tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Waqi'ah: 75-80)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{مَا
ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى}
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. (An-Najm:
2)
Inilah jawab dari sumpah di atas, yaitu kesaksian terhadap Rasul Saw.
bahwa beliau adalah orang yang berada pada jalan yang lurus, mengikuti kebenaran
dan bukanlah orang yang sesat. Yang dimaksud dengan orang yang sesat ialah orang
yang menempuh jalan menyimpang tanpa pengetahuan. Dan orang yang keliru ialah
orang yang mengetahui kebenaran, tetapi dengan sengaja menyimpang darinya.
Maka Allah Swt. membersihkan Rasul-Nya dan syariat-Nya dari kemiripan yang
biasa dilakukan oleh ahli kesesatan seperti kaum Nasrani dan golongan-golongan
orang-orang Yahudi, yang mengetahui sesuatu, tetapi menyembunyikannya dan
mengerjakan hal yang bertentangan dengannya. Bahkan salawat dan salam Allah
terlimpahkan kepadanya, dan apa yang diamanatkan oleh Allah Swt. kepadanya
berupa syariat yang agung merupakan syariat yang benar-benar lurus, pertengahan,
dan tepat. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
{وَمَا
يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى}
dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya. (An-Najm: 3)
Yakni apa yang diucapkannya itu bukanlah keluar dari hawa nafsunya dan bukan
pula karena dilatarbelakangi tujuan.
{إِنْ
هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى}
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
(An-Najm: 4)
Yaitu sesungguhnya yang diucapkannya itu hanyalah semata-mata berdasarkan
wahyu yang diperintahkan kepadanya untuk ia sampaikan kepada manusia dengan
sempurna dan apa adanya tanpa penambahan atau pengurangan.
Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا
يَزِيدُ، حَدَّثَنَا حَرِيز بْنُ عُثْمَانَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
مَيْسَرَة، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ بِشَفَاعَةِ رَجُلٍ لَيْسَ
بِنَبِيٍّ مثلُ الْحَيَّيْنِ -أَوْ: مِثْلُ أَحَدِ الْحَيَّيْنِ-: رَبِيعة ومُضَر".
فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رسول الله، أو ما رَبِيعَةُ مِنْ مُضَرَ؟ قَالَ: "إِنَّمَا
أَقُولُ مَا أَقُولُ"
telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Jarir
ibnu Us'man ibnu Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Abu Umamah, bahwa dia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya dimasukkan ke dalam surga
berkat syafaat seorang lelaki yang bukan nabi sebanyak orang yang semisal dengan
dua kabilah —atau salah satu dari dua kabilah— yaitu Rabi'ah dan Mudar.”
Maka ada seorang lelaki yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah Rabi'ah
itu berasal dari Mudar?” Rasulullah Saw. menjawab, "Aku hanya mengatakan apa
yang harus kukatakan.”
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عُبَيد اللَّهِ بْنِ
الْأَخْنَسِ، أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ
مَاهَك، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ
أَسْمَعْهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيدُ
حِفْظَهُ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ فَقَالُوا: إِنَّكَ تَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ
تَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ، وَرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بَشَرٌ، يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ. فأمسكتُ عَنِ الْكِتَابِ، فَذَكَرَتْ
ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: "اكْتُبْ،
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا خَرَجَ مِنِّي إِلَّا حَقٌّ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari
Ubaidillah ibnul Akhnas, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdullah,
dari Yusuf ibnu Mahik, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia mencatat
semua yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. dengan maksud untuk
menghafalkannya. Kemudian orang-orang Quraisy melarangku berbuat demikian.
Mereka mengatakan, "Sesungguhnya kamu mencatat semua yang kamu dengar dari
Rasulullah Saw., padahal Rasulullah Saw. adalah seorang manusia yang juga
berbicara di saat emosinya." Maka aku menahan diri dari menulis, kemudian aku
ceritakan hal itu kepada Rasulullah Saw. Beliau Saw. bersabda: Teruskanlah
tulisanmu, maka demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, tiadalah
yang keluar dari lisanku melainkan hanya hak (benar) belaka.
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui Musaddad dan Abu Bakar ibnu Abu
Syaibah, keduanya dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan dengan sanad yang sama.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ
عَجْلان، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّهُ
الَّذِي مِنْ عِنْدِ اللَّهِ، فَهُوَ الَّذِي لَا شَكّ فِيهِ".
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad
ibnu Mansur. telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah
menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ibnu Ajian, dari Zaid ibnu Aslum, dari
Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apa yang
kusampaikan kepada kalian dari sisi Allah itulah hal yang tiada keraguan
padanya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan
kecuali hanya melalui sanad ini."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ
سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنه قَالَ: "لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا". قَالَ بَعْضُ
أَصْحَابِهِ: فَإِنَّكَ تُدَاعِبُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "إني لا أقول إلا
حقا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepada kami Lais, dari Muhammad ibnu Sa'id ibnu Abu Sa'id, dari Abu
Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: "Tiadalah yang kuucapkan
melainkan benar belaka.” Sebagian sahabat bertanya.”Sesungguhnya engkau
adakalanya berseloroh dengan kami, wahai Rasulullah.” Rasulullah Saw.
bersabda, "Sesungguhnya aku tidak pernah mengucapkan kecuali kebenaran
belaka.”