Tafsir Surat An-Nasr, ayat 1-3
إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ
اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا (3)
Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berhondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Tobat.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail,
telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Khalifah Umar memasukkan diriku ke
dalam kelompok orang-orang tua yang pernah ikut dalam Perang Badar. Maka
seseorang dari mereka merasa kurang enak dengan keberadaanku bersama dengan
mereka, akhirnya ia berkata, "Mengapa orang seusia dia dimasukkan ke dalam
golongan kita, padahal kita mempunyai anak-anak yang seusia dengannya."
Maka Umar menjawab, "Sesungguhnya dia termasuk seseorang yang telah kalian
ketahui." Pada suatu hari Umar memanggil mereka, dan ia memasukkan diriku ke
dalam golongan mereka. Dan aku mengerti bahwa tidaklah dia memanggilku dan
menggabungkan diriku bersama mereka di hari itu melainkan dengan tujuan hendak
memperlihatkan kadar ilmuku kepada mereka. Lalu Umar membuka pembicaraan,
"Bagaimanakah pendapat kalian tentang makna firman Allah Saw.: Apabila telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1)
Maka sebagian dari mereka menjawab.”Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk
memuji Allah dan memohon ampunan kepada-Nya, apabila kita peroleh kemenangan dan
pertolongan." Dan sebagian dari mereka hanya diam, tidak mengatakan sepatah kata
pun. Maka Umar berkata kepadaku, "Apakah demikian pula menurutmu, hai Ibnu
Abbas?" Aku menjawab, "Tidak." Umar berkata, "Bagaimanakah menurutmu?"
Maka aku menjawab, bahwa itu merupakan pertanda dekatnya ajal Rasulullah Saw.
Yang diberitahukan kepadanya. Allah Swt. berfirman: Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Maka itulah alamat dekatnya
ajalmu. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat. (An-Nasr: 3)
Maka Umar ibnu Khattab berkata, "Aku pun sependapat denganmu." Hadis
diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid. Imam Ibnu Jarir telah
meriwayatkan dari Muhammad ibnu Humaid, dari Mahran, dari As-Sauri, dari Asim,
dari Abu Razin, dari Ibnu Abbas, lalu ia menyebutkan kisah yang semisal dengan
kisah di atas.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيل، حَدَّثَنَا عَطَاءٍ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِذَا جَاءَ
نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ} قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "نُعِيَت إِلَيَّ نَفْسِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail,
telah menceritakan kepada kami Ata, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Rasulullah Saw. bersabda:
Ini adalah ucapan belasungkawa terhadapku.
Karena sesungguhnya beliau Saw. wafat pada tahun itu juga; Imam Ahmad
meriwayatkan secara munfarid.
Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisalnya dari Ibnu Abbas. Hal yang sama
telah dikatakan pula oleh Mujahid, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya
bahwa hal ini merupakan berita dekatnya ajal Rasulullah Saw.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ
عِيسَى الْحَنَفِيُّ عَنْ مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي الْمَدِينَةِ إِذْ قَالَ: "اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ!
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ، جَاءَ أَهْلُ الْيَمَنِ". قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَمَا أَهْلُ الْيَمَنِ؟ قَالَ: "قَوْمٌ رَقِيقَةٌ قُلُوبُهُمْ، لَيِّنَةٌ
طِبَاعُهُمْ، الْإِيمَانُ يَمَانٍ، وَالْفِقْهُ يَمَانٍ، وَالْحِكْمَةُ
يَمَانِيَةٌ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Isa Al-Hanafi, dari Ma'mar, dari
Az-Zuhri, dari Abu Hazim, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika
Rasulullah Saw. berada di Madinah, tiba-tiba beliau Saw. bersabda: Allah
Mahabesar, Allah Mahabesar, telah datang pertolongan Allaah dan kemenangan,
telah datang penduduk Yaman.” Ditanyakan, "Wahai Rasulullah, siapakah
penduduk Yaman itu?” Rasulullah Saw. menjawab, "Kaum yang lembut hatinya dan
lunak wataknya. Iman adalah Yaman dan fiqih adalah Yaman, dan hikmah adalah
Yaman.”
Kemudian Ibnu Abdul A’la meriwayatkannya dari Ibnu Saur, dari Ma'mar, dari
Ikrimah secara mursal.
قَالَ
الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ
الجَحْدَريّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ هِلَالُ بْنُ خَبَّاب، عَنْ
عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ وَالْفَتْحُ} حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ، قَالَ: نُعِيت لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفْسُهُ حِينَ نَزَلَتْ، قَالَ: فَأَخَذَ
بِأَشَدِّ مَا كَانَ قَطُّ اجْتِهَادًا فِي أَمْرِ الْآخِرَةِ. وَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ: "جَاءَ الفتحُ وَنَصْرُ
اللَّهِ، وَجَاءَ أَهْلُ اليَمن". فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا
أَهْلُ الْيَمَنِ؟ قَالَ: "قَوْمٌ رَقِيقَةٌ قُلُوبُهُمْ، لَيِّنَةٌ قلوبهم،
الإيمان يمان، والفقه يَمان"
Imam Tabrani mengatakan. telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya,
telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al-Juhdari, telah menceritakan kepada
kami Abu Uwwanah, dari Hilal ibnu Kliabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) hingga akhir surat, ini
merupakan berita dekatnya ajal Rasulullah Saw. saat surat ini diturunkan. Maka
kelihatan Rasulullah Saw. lebih mempergiat kesungguhannya lebih dari sebelumnya
dalam masalah akhirat. Dan Rasulullah Saw. sesudah itu bersabda: "Telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan telah datang penduduk Yaman.”
Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penduduk Yaman itu?”
Rasulullah Saw. bersabda, "Kaum yang memiliki hati yang lembut dan watak yang
lunak. Iman adalah Yaman, dan fiqih adalah Yaman.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', dari
Sufyan, dari Asim ibnu Abu Razin, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika
diturunkan firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan. (An-Nasr: 1) Nabi Saw. mengetahui bahwa sesungguhnya ini
merupakan berita dekatnya ajal dirinya Saw. Menurut satu pendapat mengatakan
bahwa ketika diturunkan surat ini (An-Nasr).
Waqi telah menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari Asim, dari Abu Razim
bahwa Umar pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. tentang makna firman-Nya:
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Maka
Ibnu Abbas menjawab, bahwa surat ini diturunkan sebagai pertanda dekatnya
kewafatan Rasulullah Saw.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ahmad
ibnu Umar Al-Waki'i, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Aun, dari Abul Umais, dari Abu Bakar ibnu Abul Jahm,
dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Utbah. dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa
surat Al-Qur'an yang paling akhir penurunannya adalah yang diawali dengan
firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.
(An-Nasr: 1)
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul
Bukhturi At-Ta-i, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa ketika
diturunkan surat ini yang diawali dengan firman-Nya: Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) Rasulullah Saw. inembacanya
hingga selesai, lalu bersabda:
«النَّاسُ
حَيِّزٌ وَأَنَا وَأَصْحَابِي حَيِّزٌّ- وَقَالَ- لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ
وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ»
Manusia itu (orang-orang mukmin) baik dan aku beserta para sahabatku baik.
Tiada hijrah sesadah kemenangan (atas kota Mekah), tetapi (yang masih ada ialah)
jihad dan niat.
Maka Marwan (yang saat itu menjadi khalifah) berkata kepada Abu Sa’id, ''Kamu
dusta," sedangkan di hadapannya terdapat Rafi' ibnu Khadij dan Zaid ibnu Sabit
sedang duduk bersamanya di atas dipan. Maka Abu Sa'id menjawab, "Seandainya dua
orang ini menghendaki, tentulah mereka berdua menceritakan hadis ini kepadamu.
Akan tetapi, yang ini merasa takut kepadamu bila kamu cabut dia dari
kepemimpinan kaumnya, dan orang ini merasa takut bila kamu tidak memberinya
sedekah (zakat).
Maka Marwan mengangkat cemetinya dengan maksud akan memukul Abu Sa'id; dan
ketika kedua teman duduknya itu melihat situasi memanas, maka keduanya berkata
mendukung Abu Sa'id, "Dia benar." Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara
munfarid. Dan hadis yang diingkari oleh Marwan ini terhadap orang yang
mengatakannya (yaitu Abu Sa'id) bukanlah hadis yang munkar. Karena sesungguhnya
telah terbuktikan melalui riwayat Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. bersabda di
hari kemenangan:
«لَا
هِجْرَةَ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَلَكِنْ إِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ
فَانْفِرُوا»
Tiada hijrah lagi (sesudah ini), tetapi jihad dan niat;dan apabila kalian
diperintahkan untuk berangkat berperang, maka berangkatlah.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahih
masing-masing.
Dan pendapat yang dikemukakan oleh sebagian sahabat dari kalangan orang-orang
yang ada di dalam majelis Umar saat itu mempunyai alasan yang benar dan baik.
Mereka mengatakan bahwa Allah telah memerintahkan kepada kita bila Dia telah
memenangkan kita atas kota-kota besar dan benteng-benteng musuh, hendaknya kita
memuji kepada Allah, bersyukur, dan bertasbih kepada-Nya. Yakni mengerjakan
salat dan memohon ampun kepada-Nya.
Hal ini telah terbukti kebenarannya dengan adanya salat yang dilakukan oleh
Nabi Saw. di Mekah pada hari penaklukannya, yaitu diwaktu duha sebanyak delapan
rakaat. Maka sebagian orang mengatakan bahwa salat itu adalah salat duha. Tetapi
disanggah bahwa Rasulullah Saw. belum pernah membiasakan salat tersebut, lalu
mengapa beliau melakukan salat itu, padahal beliau dalam keadaan musafir dan
tidak berniat untuk mukim di Mekah? Karena itulah maka beliau tinggal di Mekah
hanya sampai akhir Ramadan, yang lamanya kurang lebih sembilan belas hari; dan
selama itu beliau mengqasar salatnya. Lalu beliau berbuka bersama semua tentara
kaum muslim. yang saat itu jumlahnya kurang lebih sepuluh ribu personel. Mereka
yang menyanggah pendapat pertama mengatakan bahwa salat yang dilakukan oleh
mereka tiada lain adalah salat Al-Fat-h. Mereka mengatakan bahwa untuk itu maka
dianjurkan bagi pemimpin pasukan apabila mendapat kemenangan atas suatu negeri,
hendaknya ia melakukan salat di dalam negeri itu saat pertama kali dia
memasukinya sebanyak delapan rakaat. Hal yang semisal telah dilakukan oleh Sa'd
ibnu Abu Waqqas di hari kemenangan atas kota-kota besar (negeri Persia).
Kemudian sebagian dari ulama mengatakan bahwa Nabi Saw. mengerjakan salat
yang delapan rakaat itu dengan sekali salam. Tetapi menurut pendapat yang sahih,
Nabi Saw. melakukan salam pada setiap dua rakaatnya, sebagaimana yang disebutkan
di dalam kitab Sunan Abu Daud, bahwa Rasulullah Saw. melakukan salat pada tiap
dua rakaat di hari kemenangan atas kota Mekah.
Adapun menurut penafsiran Ibnu Abbas dan Umar r.a. yang menyatakan bahwa
surat ini merupakan pemberitahuan akan dekatnya kewafatan Rasulullah Saw., maka
seperti berikut: Ketahuilah bahwa apabila Aku taklukkan Mekah untukmu karena ia
adalah kota yang telah mengusirmu, dan manusia mulai memasuki agama Allah secara
berbondong-bondong, maka sesungguhnya akan Kami selesaikan tugasmu di dunia.
Karena itu bersiap-siaplah kamu untuk datang menghadap kepada Kami, maka negeri
akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia. Dan sesungguhnya'Tuhanmu akan
memberimu pahala yang membuatmu merasa puas dengannya. Karena itulah maka
disebutkan oleh firman-Nya: maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan
mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.
(An-Nasr: 3)
قَالَ
النَّسَائِيُّ: أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
مَحْبُوبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ هِلَالِ ابن خَبَّابٍ، عَنْ
عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ وَالْفَتْحُ} إِلَى آخِرِ السُّورَةِ، قَالَ: نُعيت لِرَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نفسُه حِينَ أُنْزِلَتْ، فَأَخَذَ فِي أَشَدِّ
مَا كَانَ اجْتِهَادًا فِي أَمْرِ الْآخِرَةِ، وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ: "جَاءَ الْفَتْحُ، وَجَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ، وَجَاءَ أَهْلُ الْيَمَنِ". فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا
أَهْلُ الْيَمَنِ؟ قَالَ: "قوم رقيقة قلوبهم، لَيِّنة قلوبهم، الإيمان يَمانٍ،
وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ، وَالْفِقْهُ يَمَانٍ"
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Mansur, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mahbub, telah menceritakan kepada kami
Abu Uwwanah, dari Hilal ibnu Khabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa ketika turun firman Allah Swt.: Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1) sampai akhir surat. Menurut
Ibnu Abbas, ini merupakan berita tentang dekatnya masa kewafatan Rasulullah Saw.
Sesudah itu beliau Saw. kelihatan lebih meningkatkan kesungguhannya dalam urusan
akhirat. Dan sesudah itu Rasulullah Saw. bersabda: "Telah datang kemenangan
dan telah datang pertolongan Allah, dan telah datang penduduk Yaman.” Maka
seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penduduk Yaman itu?”
Rasulullah Saw. menjawab, "Mereka adalah kaum yang berhati lunak dan berwatak
lemah lembut. Iman adalah Yaman, hikmah adalah Yaman, dan fiqih adalah
Yaman.”
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرير، عَنْ
مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي الضحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي
رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ: "سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِي" يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abu
Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Abud Duha, dari
Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dalam rukuk dan
sujudnya memperbanyak bacaan: Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan Kami; dan
dengan memuji kepada Engkau, ya Allah, ampunilah aku.
Nabi Saw. melakukan demikian sebagai pengamalannya terhadap makna surat ini.
Dan Jamaah lainnya telah mengetengahkannya selain Imam Turmuzi melalui hadis
Mansur dengan sanad yang sama.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ دَاوُدَ، عَنِ
الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ فِي آخِرِ أَمْرِهِ مِنْ قَوْلِ:
"سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ".
وَقَالَ: "إِنَّ رَبِّي كَانَ أَخْبَرَنِي أَنِّي سَأَرَى عَلَامَةً فِي أُمَّتِي،
وَأَمَرَنِي إِذَا رَأَيْتُهَا أَنْ أُسَبِّحَ بِحَمْدِهِ وَأَسْتَغْفِرَهُ،
إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا، فَقَدْ رَأَيْتُهَا: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ
وَالْفَتْحُ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Adiy,
dari Daud, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq yang mengatakan bahwa Aisyah telah
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. di akhir usianya memperbanyak bacaan:
Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya, aku memohon ampun kepada Allah
dan bertobat kepada-Nya. Dan beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Tuhanku
telah memberitahuku bahwa aku akan melihat suatu tanda (dekatnya ajalku) di
kalangan umatku, dan Dia memerintahkan kepadaku apabila telah melihatnya untuk
(memperbanyak) bacaan tasbih, tahmid, dan istigfar kepada-Nya, sesungguhnya Dia
Maha Penerima tobat. Dan sesungguhnya aku telah melihatnya, yaitu melalu
ifirman-Nya, "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu
lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penerima tobat. (An-Nasr: 1-3)
Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur Daud ibnu Abu Hindun dengan sanad yang
sama.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو السَّائِبِ، حَدَّثَنَا حَفْصٌ، حَدَّثَنَا
عَاصِمٌ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي آخِرِ أَمْرِهِ لَا يَقُومُ وَلَا يَقْعُدُ،
وَلَا يَذْهَبُ وَلَا يَجِيءُ، إِلَّا قَالَ: "سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ".
فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ تُكْثِرُ مِنْ سُبْحَانِ اللَّهِ
وَبِحَمْدِهِ، لَا تَذْهَبُ وَلَا تَجِيءُ، وَلَا تَقُومُ وَلَا تَقْعُدُ إِلَّا
قُلْتَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وبحمده؟ قال: "إني أمرت بها"، فقال: {إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ} إِلَى آخِرِ السُّورَةِ
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Sa'ib, telah
menceritakan kepada kami Hafs, telah menceritakan kepada kami Asim, dari
Asy-Sya'bi, dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. di
penghujung usianya, tidak sekali-kali beliau berdiri, duduk, pergi, dan datang
melainkan membaca: Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya. Maka aku
bertanya, "Wahai Rasulullah, aku telah melihatmu memperbanyak bacaan tasbih dan
tahmid kepada Allah, tidak sekali-kali engkau pergi, datang, berdiri, atau duduk
melainkan engkau membaca, "Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya." Maka
beliau Saw. menjawab, bahwa sesungguhnya beliau diperintahkan untuk
melakukannya, lalu beliau membaca firman-Nya: Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1), hingga akhir surat.
Hadis ini berpredikat garib. Kami telah menulis hadis tentang kifarat
majelis dengan berbagai macam jalur periwayatan dan lafaznya dalam suatu
pembahasan yang terpisah, maka tidak perlu dikemukakan di sini.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكيع، عَنْ إِسْرَائِيلَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ،
عَنْ أَبِي عُبَيدة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ عَلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ}
كَانَ يُكْثِرُ إِذَا قَرَأَهَا -ورَكَعَ-أَنْ يَقُولَ: "سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ" ثَلَاثًا
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil,
dari Abu Ishaq, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ketika
diturunkan kepada Rasulullah Saw. firman Allah Swt. yang mengatakan: Apabila
telah datang per tolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr: 1), hingga akhir
surat. Maka beliau memperbanyak bacaan berikut bila sedang rukuk, yaitu:
Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan kami;dan dengan memuji kepada Engkau, ya
Tuhan kami, ampunilah daku; sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penerima
tobat lagi Maha Penyayang. Sebanyak tiga kali.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis mi secara munfarid. Ibnu Abu Hatim
meriwayatkannya dari ayahnya, dari Amr ibnu Murrah, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq
dengan sanad yang sama.
Yang dimaksud dengan al-fath di sini ialah kemenangan atas kota Mekah,
menurut kesepakatan semuanya. Karena sesungguhnya kabilah-kabilah Arab pada
mulanya menggantungkan keislaman mereka dengan kemenangan atas kota Mekah.
Mereka mengatakan, "Jika dia (Nabi Saw.) beroleh kemenangan atas kaumnya,
berarti dia benar seorang nabi." Dan ketika Allah Swt. memenangkannya atas kota
Mekah, maka masuklah mereka ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong.
Belum lagi berlalu masa dua tahun, seluruh penduduk Jazirah Arabia telah
beriman, dan tiada suatu kabilah Arabpun melainkan mereka menampakkan
keislamannya. Segala puji dan harapan hanyalah dipanjatkan bagi Allah Swt.
Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya telah meriwayatkan dari Amr ibnu
Salamah, bahwa ketika kemenangan atas kota Mekah diraih oleh kaum muslim, maka
semua kaum berlomba-lomba menyatakan keislamannya kepada Rasulullah Saw. Dan
sebelumnya semua kaum menggantungkan keislaman mereka dengan kemenangan atas
kota Mekah. Mereka mengatakan, "Biarkanlah dia dan kaumnya; jika dia dapat
menang atas mereka, berarti dia adalah seorang nabi yang baru."
Kami telah menulis kisah tentang perang kemenangan atas kota Mekah di dalam
kitab kami yang berjudul As-Sirah. Untuk itu bagi siapa yang ingin
memperoleh keterangan yang lebih detail, hendaklah ia merujuk kepada kitab
tersebut; segala puji bagi Allah atas karunia-Nya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr,
telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Al-Auza'i, telah menceritakan
kepadaku Abu Ammar, telah menceritakan kepadaku seorang tetangga, dari Jabir
ibnu Abdullah. Dia menceritakan bahwa ketika ia baru datang dari suatu
perjalanan, tiba-tiba Jabir ibnu Abdullah datang berkunjung ke rumahnya. Jabir
mengucapkan salam kepadanya, kemudian aku ceritakan kepadanya tentang terpecah
belahnya manusia dan hal ikhwal kebid'ahan yang mereka buat-buat. Maka Jabir
saat itu juga menangis. Kemudian Jabir r.a. berkata bahwa dirinya pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
«إِنَّ
النَّاسَ دَخَلُوا فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا وَسَيَخْرُجُونَ مِنْهُ
أَفْوَاجًا»
Sesungguhnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong,
dan kelak mereka akan keluar darinya secara berbondong-bondong (pula).
Demikianlah akhir tafsir surat
An-Nasr, segala puji bagi Allah Swt. atas semua karunia-Nya.