Tafsir Surat Qaf, ayat 16-22
{وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ
إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ
الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ
رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18) وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ
مِنْهُ تَحِيدُ (19) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ (20)
وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ (21) لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ
مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ (22)
}
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,
(yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk
di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun
yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir. Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari darinya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya
ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia satu malaikat
penggiring dan satu malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan
lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang
menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.
Allah Swt. menceritakan tentang kekuasaan-Nya atas manusia, bahwa Dialah yang
menciptakannya, dan pengetahuan-Nya meliputi semua urusannya. Hingga Allah Swt.
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hati manusia kebaikan dan keburukannya. Di
dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ
اللَّهَ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَقُلْ أَوْ
تَعْمَلْ"
Sesungguhnya Allah Swt. memaafkan terhadap umatku apa yang dibisikkan oleh
hatinya selama dia tidak mengucapkannya atau mengerjakannya.
Firman Allah Swt.:
{وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ}
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf: 16)
Yakni malaikat-malaikat Allah Swt. lebih dekat kepada manusia daripada urat
lehernya. Dan menurut pendapat ulama yang menakwilkannya dengan pengertian ilmu
Allah, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah untuk menghapuskan pengertian dugaan
adanya bertempat atau kemanunggalan, karena kedua sifat tersebut merupakan hal
yang mustahil bagi Allah Swt. menurut kesepakatan semua ulama, Mahasuci Allah
dari keduanya. Akan tetapi bila ditinjau dari segi teks, ayat tidak menunjukkan
ke arah pengertian pengetahuan Allah, karena Allah Swt. tidak mengatakan, "Aku
lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." Dan yang Dia katakan hanyalah:
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf: 16)
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt. dalam ayat lain sehubungan
dengan orang yang sedang meregang nyawanya:
{وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ}
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat.
(Al-Waqi'ah: 85)
Yaitu malaikat-malaikat-Nya. Dan sebagaimana pengertian yang terdapat di
dalam firman-Nya:
{إِنَّا
نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ}
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr: 9)
Para malaikatlah yang turun membawa wahyu Al-Qur'an dengan seizin Allah Swt.
Demikian pula para malaikatlah yang lebih dekat kepada manusia daripada urat
lehernya berkat kekuasaan Allah Swt. yang diberikan kepada mereka untuk hal
tersebut. Maka malaikat itu mempunyai jalan masuk ke dalam manusia sebagaimana
setan pun mempunyai jalan masuk ke dalam manusia melalui aliran darahnya,
seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Saw. Karena itulah maka disebutkan oleh
firman-Nya:
{إِذْ
يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ}
(yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya (Qaf: 17)
Yakni dua malaikat yang ditugaskan oleh Allah Swt. untuk mencatat amal
perbuatan manusia.
{عَنِ
الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ}
yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
(Qaf: 17)
Artinya, keduanya selalu mengawasi.
{مَا
يَلْفِظُ مِنْ
قَوْلٍ إِلا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ}
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)
Yaitu tiada suatu kalimat pun yang dikatakannya, melainkan ada malaikat yang
selalu mengawasinya dan mencatatnya; tiada suatu kalimat pun yang tertinggal,
dan tiada suatu gerakan pun yang tidak tercatat olehnya. Semakna dengan apa yang
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَإِنَّ
عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا
تَفْعَلُونَ}
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang
mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Infithar: 10-12)
Para ulama berselisih pendapat mengenai masalah pekerjaan malaikat ini,
apakah ia mencatat semua kalimat yang diucapkan.
Al-Hasan dan Qatadah mengiakan. Atau yang dicatatnya hanyalah hal-hal yang
ada kaitannya dengan pahala dan siksaan, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas;
ada dua pendapat mengenai masalah ini. Tetapi makna lahiriah ayat berpihak
kepada pendapat yang pertama, mengingat keumuman makna yang terkandung di dalam
firman-Nya: Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
عَمْرِو بْنِ عَلْقَمَةَ اللَّيْثِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَلْقَمَةَ،
عَنْ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ الْمُزَنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ
رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ، يَكْتُبُ
اللَّهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ. وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا
بَلَغَتْ، يَكْتُبُ اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا (سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ
يَلْقَاهُ".
قَالَ:
فَكَانَ عَلْقَمَةُ يَقُولُ: كَمْ مِنْ كَلَامٍ قَدْ مَنَعَنِيهِ حَدِيثُ بِلَالِ
بْنِ الْحَارِثِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr ibnu Alqamah Al-Lais'i, dari ayahnya,
dari kakeknya Alqamah, dari Bilal ibnul Haris Al-Muzani r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya seseorang benar-benar
mengucapkan suatu kalimat yang diridai oleh Allah Swt. tanpa diduganya dapat
menghantarkan kepada kedudukan yang diraihnya hingga Allah mencatatkan baginya
keridaan dari-Nya untuk dia, berkat kalimat itu hingga hari ia menghadap
kepada-Nya. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar mengucapkan suatu kalimat
yang membuat Allah Swt. murka tanpa diduganya dapat menjerumuskan dirinya ke
dalam kemurkaan-Nya, hingga Allah Swt. mencatatkan kemurkaan-Nya terhadap dia
disebabkan kalimat itu hingga hari ia menghadap kepada-Nya.
Tersebutlah pula bahwa Alqamah pernah mengatakan berapa banyak kata-kata yang
hendak diungkapkannya, tetapi ia tahan karena adanya hadis Bilal ibnul Haris
tersebut.
Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini melalui
Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis
ini hasan sahih, dan mempunyai syahid dalam kitab sahih.
Al-Ahnaf ibnu Qais mengatakan bahwa malaikat sebelah kanan tugasnya mencatat
kebaikan, dan dia adalah kepercayaan malaikat yang sebelah kiri. Apabila hamba
yang bersangkutan melakukan suatu dosa, malaikat yang di sebelah kanan berkata,
"Tahan dulu," jika dia memohon ampun kepada Allah, maka malaikat sebelah kanan
melarangnya mencatat. Tetapi jika hamba yang bersangkutan tidak memohon ampun,
maka malaikat sebelah kiri mencatatnya. Demikianlah menurut apa yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: yang satu
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (Qaf: 17) Lalu
ia mengatakan, "Hai anak Adam, lembaran catatan telah dibuka untukmu dan telah
ditugaskan kepadamu dua malaikat yang mulia; salah satunya berada di sebelah
kananmu dan yang lain berada di sebelah kirimu. Malaikat yang ada di sebelah
kananmu bertugas mencatat semua amal baikmu, dan yang di sebelah kirimu bertugas
mencatat dosa-dosamu. Maka beramallah menurut kehendakmu, sedikit atau banyak;
apabila kamu telah mati, lembaran itu ditutup, lalu dibebankan di lehermu
bersama sama denganmu di dalam kubur, hingga kamu keluar dari kubur dengan
membawanya di hari kiamat nanti." Hal inilah yang dimaksud oleh firman-Nya:
{وَكُلَّ
إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ
الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا}
Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya
(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya
pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka, "Bacalah kitabmu,
cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.”
(Al-Isra: 13-14)
Kemudian Al-Hasan mengatakan, "Demi Allah, benar-benar adil, orang yang
menyerahkan perhitungan kepada diri yang bersangkutan."
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan
firman Allah Swt.: Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18) Bahwa semua yang
diucapkan oleh hamba Allah berupa kebaikan atau keburukan dicatat, hingga
benar-benar dicatat ucapannya yang mengatakan, "Aku telah makan dan minum, aku
telah pergi dan aku baru datang, dan aku telah melihat anu," dan lain
sebagainya. Apabila hari Kamis, maka ucapan dan amal perbuatannya itu
ditampilkan di hadapannya, lalu ia mengakuinya, apakah itu yang baik ataupun
yang buruk, sedangkan selain dari itu tidak dianggap. Yang demikian itulah yang
dimaksud oleh firman-Nya:
{يَمْحُو
اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ}
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauh Manfuz).
(Ar-Ra'd: 39)
Telah diriwayatkan dari Imam Ahmad, bahwa ia merintih di saat sakitnya, lalu
disampaikan kepadanya berita dari Tawus yang mengatakan bahwa malaikat pencatat
amal perbuatan menulis segala sesuatu hingga rintihan. Maka sejak saat itu Imam
Ahmad tidak merintih lagi sampai ia meninggal dunia, rahimahullah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَجَاءَتْ
سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ}
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari darinya. (Qaf: 19)
Allah Swt. berfirman, "Hai manusia, datanglah sakaratul maut dengan
sebenarnya." Yakni Aku tampakkan kepadamu dengan meyakinkan apa yang selama ini
kamu meragukannya.
{ذَلِكَ
مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ}
Itulah yang kamu selalu lari darinya. (Qaf: 19)
Maksudnya, inilah kematian yang selama ini kamu lari darinya. Ia datang
menjemputmu, maka tiada jalan lari dan tiada jalan selamat bagimu untuk
menghindarinya. Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai lawan bicara yang
dimaksud oleh ayat ini, yaitu firman-Nya:
{وَجَاءَتْ
سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ}
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari darinya. (Qaf: 19)
Menurut pendapat yang sahih, orang yang diajak bicara oleh ayat ini adalah
manusia itu sendiri. Menurut pendapat yang lain, dia adalah orang kafir, dan
pendapat yang lainnya mengatakan selain itu.
Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim
ibnu Ziad Sablan, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad, dari Muhammad
ibnu Amr ibnu Alqamah, dari ayahnya, dari kakeknya Alqamah ibnu Waqqas yang
menceritakan bahwa Aisyah r.a. pernah mengatakan bahwa ia menjenguk ayahnya yang
sedang menghadapi kematiannya, saat itu ia duduk di dekat kepala ayahnya. Dan
suatu ketika Abu Bakar pingsan, maka Aisyah r.a. mengucapkan suatu bait syair:
Hai orang yang air matanya selalu ditahan-tahan, sesungguhnya sesekali pasti
ia akan tercurahkan (tanpa bisa ditahan). Maka Abu Bakar r.a. sadar dari
pingsannya dan mengangkat kepalanya seraya mengatakan, "Hai putriku, bukan
demikian, melainkan ucapkanlah firman Allah Swt.: Dan datanglah sakaratul
maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.' (Qaf:
19).”
Telah menceritakan pula kepada kami Khalaf ibnu Hisyam, telah menceritakan
kepada kami Abu Syihab Al-Khayyat, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Al-Bahi
yang mengatakan bahwa ketika Abu Bakar r.a. sakit keras, Aisyah r.a. datang
menjenguknya, lalu mengutip bait syair berikut: Demi usiamu, tiadalah
kekayaan dapat memberi manfaat kepada seseorang bila di suatu hari sakaratul
maut datang menjemputnya dan membuat dadanya sesak. Maka Abu Bakar r.a.
membuka penutup wajahnya dan mengatakan, "Bukan demikian, tetapi ucapkanlah
firman Allah Swt.: Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.
Itulah yang kamu selalu lari darinya.' (Qaf: 19).”
Asar ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak dalam
sirah Abu Bakar As-Siddiq r.a. pada kisah menjelang kewafatannya.
Di dalam hadis sahih dari Nabi Saw. disebutkan bahwa ketika beliau Saw.
mengalami sakaratul maut, maka beliau mengusap keringat dari wajahnya, kemudian
bersabda:
"سُبْحَانَ
اللَّهِ! إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَاتٍ".
Mahasuci Allah, sesungguhnya kematian itu benar-benar mempunyai
sakarat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{ذَلِكَ
مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ}
Itulah yang kamu selalu lari darinya. (Qaf: 19)
Ada dua pendapat mengenai takwilnya. Pertama mengatakan bahwa huruf ma
dalam ayat ini adalah mausulah, yang artinya ialah yang kamu selalu lari
darinya dan menjauh darinya, kini telah datang menjemput dirimu. Pendapat yang
kedua mengatakan bahwa huruf ma di sini adalah nafiyah, yakni
inilah hal yang kamu tidak dapat melarikan diri darinya dan tidak dapat pula
mengelak darinya.
Imam Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu’jamui Kabir-nya,
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيٍّ الصَّائِغُ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ
الْحُدَيُّ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُحَمَّدٍ الهُذَلي، عَنْ يُونُسَ بْنِ
عُبَيْدٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنِ سَمُرة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلُ الَّذِي يَفِرُّ مِنَ الْمَوْتِ مَثَلُ
الثَّعْلَبِ، تَطْلُبُهُ الْأَرْضُ بدَيْن، فَجَاءَ يَسْعَى حَتَّى إِذَا أَعْيَى
وَأَسْهَرَ دَخَلَ جُحْرَهُ، فَقَالَتْ لَهُ الْأَرْضُ: يَا ثَعْلَبُ، دَيْنِي.
فَخَرَجَ وَلَهُ حِصَاصٌ، فَلَمْ يَزَلْ كَذَلِكَ حَتَّى تَقَطَّعَتْ عُنُقُهُ
وَمَاتَ"
telah menceritakan kepada kami Mu'ammal ibnu Ali As-Sa'ig Al-Makki, telah
menceritakan kepada kami Hafs, dari Ibnu Umar Al-Haddi, telah menceritakan
kepada kami Mu'az ibnu Muhammad Al-Huzali, dari Yunus ibnu Ubaid, dari Al-Hasan,
dari Samurah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Perumpamaan orang yang lari dari kematian sama dengan musang yang dituntut
oleh bumi untuk membayar utang, maka musang itu keluar berusaha; dan manakala
telah lelah dan kecapaian, ia masuk ke dalam liangnya. Lalu bumi berkata
kepadanya, "hai musang, bayarlah piutangku!" Maka musang keluar dengan nafas
yang terengah-engah, ia terus berusaha dalam keadaan demikian hingga urat
lehernya terputus dan matilah ia.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{وَنُفِخَ
فِي الصُّورِ ذَلِكَ يَوْمُ الْوَعِيدِ}
Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. (Qaf:
20)
Dalam pembahasan yang lalu telah diterangkan hadis mengenai tiupan
sangkakala, kegemparan, kematian, dan berbangkit, yang semuanya itu terjadi pada
hari kiamat. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:
"كَيْفَ
أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ،
وَانْتَظَرَ أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ نَقُولُ؟
قَالَ: "قُولُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ". فَقَالَ الْقَوْمُ:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الوكيل.
Bagaimana aku merasa senang, sedangkan pemegang sangkakala telah
menempelkan sangkakalanya di mulutnya. Keningnya berkerut menunggu diperintahkan
untuk meniupnya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus
kami ucapkan?" Rasulullah Saw. menjawab: Ucapkanlah oleh kalian,
"Hasbunallahu wani'mal wakil" (Cukuplah Allah Penolong kami, Dia adalah
sebaik-baik pelindung). Maka para sahabat pun mengucapkan, "Hasbunallahu
wani'mal wakil.”
*******************
{وَجَاءَتْ
كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ}
Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat,
penggiring dan seorang malaikat penyaksi. (Qaf: 21)
Yakni malaikat yang menggiringnya ke padang mahsyar dan malaikat yang menjadi
saksi terhadap semua amal perbuatan yang telah dilakukannya. Demikianlah makna
lahiriah ayat dan dipilih oleh Ibnu Jarir.
Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Ismail ibnu Abu Khalid, dari Yahya
ibnu Rafi' maula Saqif yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan r.a. berkhotbah,
lalu membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan datanglah tiap-tiap diri,
bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi.
(Qaf: 21) Lalu Usman r.a. mengatakan bahwa malaikat penggiring yang
menggiringnya menghadap kepada Allah dan malaikat penyaksi yang menyaksikan
semua amal perbuatannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Qatadah,
dan Ibnu Zaid.
Mutarrif telah meriwayatkan dari Abu Ja'far maula Asyja',dari Abu Hurairah
r.a. yang mengatakan bahwa yang menggiringnya adalah malaikat, sedangkan yang
menjadi saksinya adalah amal perbuatannya. Hal yang semisal telah dikatakan oleh
Ad-Dahhak dan As-Saddi.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang menggiring adalah
malaikat, sedangkan yang menjadi saksi adalah dirinya sendiri; ia bersaksi
terhadap dirinya sendiri. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu
Muzahim.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan tiga pendapat sehubungan dengan makna yang
dimaksud oleh firman Allah Swt.:
{لَقَدْ
كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ
حَدِيدٌ}
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka
Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu
pada hari itu amat tajam. (Qaf: 22)
Siapakah lawan bicara yang dimaksud dalam ayat ini. Salah satunya mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah orang kafir, ini menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah
dari Ibnu Abbas r.a. Hal yang sama dikatakan oleh Ad- Dahhak ibnu Muzahim dan
Saleh ibnu Kaisan.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa lawan bicara yang dimaksud adalah semua
orang, baik yang bertakwa maupun yang durhaka; karena sesungguhnya negeri
akhirat itu bila dibandingkan dengan dunia sama dengan melek (bangun), sedangkan
negeri dunia sama dengan tidur. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir,
dia menukilnya dari Husain ibnu Abdullah ibnu Ubaidillah, dari Abdullah ibnu
Abbas r.a.
Pendapat yang ketiga menyebutkan bahwa lawan bicaranya adalah Nabi Saw.
Pendapat ini dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam dan anaknya. Makna ayat menurut
pendapat keduanya adalah seperti berikut: Sesungguhnya sebelumnya kami dalam
keadaan lalai dari Al-Qur'an ini, yaitu sebelum ia diturunkan kepadamu, lalu
Kami bukakan darimu penutup yang menutupi dirimu dengan menurunkan Al-Qur'an
kepadamu, maka sekarang penglihatanmu menjadi sangat tajam.
Akan tetapi, makna lahiriah ayat yang tersimpulkan dari konteksnya berbeda
dengan pengertian tersebut, bahkan lawan bicara yang dimaksud adalah manusia itu
sendiri. Makna yang dimaksud oleh firman-Nya:
{لَقَدْ
كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا}
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini.
(Qaf: 22)
Yakni dari hari ini alias hari kiamat.
{فَكَشَفْنَا
عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ}
maka Kami singkapkan terhadapmu tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatanmu pada hari ini amat tajam. (Qaf: 22)
Yaitu amat kuat karena tiap-tiap orang di hari kiamat mempunyai penglihatan
yangtajam; sehingga orang-orang kafir ketika di dunia, maka di hari kiamat
mereka berada pada jalan yang lurus, tetapi hal itu tidak dapat memberi manfaat
sedikit pun bagi diri mereka (karena alam akhirat adalah bukan alam ujian,
melainkan alam pembalasan). Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
{أَسْمِعْ
بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا}
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan
mereka pada hari mereka datang kepada Kami. (Maryam: 38)
Dan firman Allah Swt.:
{وَلَوْ
تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا
أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا
مُوقِنُونَ}
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika
orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya,
(mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (As-Sajdah: 12)