Tafsir Surat Al-An'am, ayat 71-73
قُلْ 
أَنَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ 
عَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدَ إِذْ هَدَانَا اللَّهُ كَالَّذِي اسْتَهْوَتْهُ 
الشَّيَاطِينُ فِي الْأَرْضِ حَيْرَانَ لَهُ أَصْحَابٌ يَدْعُونَهُ إِلَى الْهُدَى 
ائْتِنَا قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ 
الْعَالَمِينَ (71) وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَاتَّقُوهُ وَهُوَ الَّذِي 
إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (72) وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ 
بِالْحَقِّ وَيَوْمَ يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ 
يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ 
الْخَبِيرُ (73)
Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain 
Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak 
(pula) mendatangkan kemudaratan kepada 
kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah 
memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di 
pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung dia mempunyai kawan-kawan yang 
memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan), "Marilah ikuti 
kami!" Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) 
petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, 
dan agar mendirikan salat serta bertakwa kepada-Nya.” Dan Dialah Tuhan Yang 
kepada-Nyalah kalian akan dihimpunkan. Dan Dialah yang menciptakan langit dan 
bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan, "Jadilah, 
" lalu terjadilah, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala 
ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang tampak Dan Dialah Yang Mahabijaksana 
lagi Maha Mengetahui.
As-Saddi mengatakan bahwa orang-orang musyrik berkata kepada orang-orang 
muslim, "Ikutilah kami, dan tinggalkanlah agama Muhammad itu." Maka Allah 
menurunkan firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah, 
sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) 
mendatangkan kemudaratan kepada kita dan (apakah) kita akan 
dikembalikan ke belakang. (Al-An'am: 71) Yakni kembali kepada kekafiran. 
sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita. (Al-An'am: 71) Yang akibatnya 
perumpamaan kita sama dengan orang yang disesatkan oleh setan di tanah yang 
mengerikan. Dikatakan bahwa perumpamaan kalian —jika kalian kembali kepada 
kekafiran sesudah kalian beriman— sama halnya dengan seorang lelaki yang 
berangkat bersama suatu kaum dalam suatu perjalanan, dan ternyata ia tersesat, 
lalu setan datang menyesatkannya di tempat ia tersesat sehingga ia kebingungan, 
padahal teman-temannya berada di jalan yang sebenarnya. Lalu teman-temannya 
menyerunya agar ia bergabung dengan mereka seraya berkata, "Kemarilah, ikutilah 
kami!" Tetapi ia tidak mau bergabung dengan mereka. Demikianlah perumpamaan 
orang yang mengikuti orang-orang kafir sesudah ia mengetahui keadaan Nabi 
Muhammad Saw. Sedangkan dalam perumpamaan ini orang yang memanggilnya ke jalan 
yang benar adalah Nabi Muhammad Saw., dan Islam diserupakan sebagai jalannya. 
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang disesatkan 
oleh setan di pesawangan yang menakutkan. (Al-An'am: 71) Artinya, disesatkan 
oleh setan dari jalan yang ditempuhnya, yakni setan membujuknya dari jalan yang 
ditempuhnya. Pengertian istahwa ini sama dengan lafaz tahwi yang 
terdapat di dalam firman-Nya: cenderung kepada mereka. (Ibrahim: 37)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan 
makna firman-Nya: Katakanlah, "Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu 
yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita, tidak (pula) 
mendatangkan kemudaratan kepada kita. (Al-An'am: 71), hingga akhir ayat. 
Ungkapan ini merupakan tamsil yang dibuat oleh Allah, ditujukan kepada 
tuhan-tuhan (sesembahan-sesembahan) dan orang-orang yang menyeru kepadanya, 
serta orang-orang yang menyeru kepada petunjuk Allah Swt. Disamakan dengan 
seorang lelaki yang sesat jalan dalam keadaan kebingungan, tiba-tiba ia 
mendengar suara yang berseru, "Hai Fulan ibnu Anu, kemarilah, ikutilah jalan 
ini!" Sedangkan dia mempunyai teman-teman yang juga menyerunya dengan panggilan, 
"Hai Fulan ibnu Anu, ikutilah jalan kami ini!" Jika dia mengikuti penyeru 
pertama, maka penyeru pertama itu akan membawanya kepada kebinasaan; dan jika ia 
mengikuti penyeru yang mengajaknya ke jalan petunjuk, niscaya dia akan 
memperoleh petunjuk. Seruan seperti ini —yang sering terdengar di padang pasir— 
disebut gailan (hantu). Hal ini diungkapkan sebagai perumpamaan orang 
yang menyembah tuhan-tuhan tersebut selain Allah. Karena sesungguhnya dia 
menduga bahwa dirinya berada dalam suatu pegangan hingga masa kematiannya, maka 
saat itulah ia akan menghadapi penyesalan dan kebinasaannya. Firman Allah Swt.: 
seperti orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan. 
(Al-An'am: 71) Setan-setan tersebut adalah gailan (hantu-hantu) yang 
memanggil-manggil namanya lengkap dengan nama ayah dan kakeknya, sehingga ia 
mengikuti suara itu. Karena itu, ia merasa bahwa dirinya mempunyai pegangan. 
Tetapi pada pagi harinya ternyata dia dilemparkan ke dalam kebinasaan, dan 
barangkali hantu-hantu itu memakannya atau melemparnya di tanah yang jauh, di 
mana dia akan binasa karena kehausan. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang 
yang menyembah tuhan-tuhan selain Allah Swt. 
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: 
seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan, 
dalam keadaan bingung. (Al-An'am: 71) Makna yang dimaksud ialah seorang 
lelaki dalam keadaan bingung, lalu dipanggil-panggil oleh teman-temannya untuk 
mengikuti jalan mereka. Hal ini merupakan perumpamaan bagi orang yang sesat 
sesudah mendapat petunjuk.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: 
seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan; 
dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan. (Al-An'am: 71) Bahwa dia 
adalah orang yang tidak mau memenuhi seruan yang mengajak kepada hidayah Allah, 
dia orang yang menaati setan dan gemar melakukan maksiat di muka bumi dan 
menyimpang dari perkara yang hak serta tersesat jauh darinya. Dia mempunyai 
kawan-kawan yang menyerunya ke jalan hidayah, mereka menduga bahwa apa yang 
mereka perintahkan kepadanya merupakan petunjuk yang telah dikatakan oleh Allah 
Swt. kepada kekasih-kekasih-Nya dari kalangan manusia. Allah Swt. berfirman: 
Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). (Al-An'am: 
71) Sedangkan kesesatan itu adalah yang diserukan jin (setan) kepadanya. 
Demikianlah riwayat Ibnu Jarir. 
Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini menunjukkan bahwa 
teman-temannya menyerukan kepada kesesatan, dan mereka menduga bahwa apa yang 
mereka serukan itu adalah jalan petunjuk.
Ibnu Jarir mengatakan, pengertian ini bertentangan dengan makna lahiriah 
ayat, karena sesungguhnya Allah Swt. menceritakan bahwa teman-temannya 
mengajaknya ke jalan petunjuk, maka mustahil bila hal ini dikatakan sebagai 
jalan kesesatan. Allah Swt. dengan tegas menceritakan bahwa hal itu adalah jalan 
petunjuk.
Pendapat Ibnu Jarir benar, mengingat konteks pembicaraan menunjukkan bahwa 
orang yang disesatkan oleh setan di pesawangan yang menakutkan ini berada dalam 
kebingungan. Lafaz hairana yang ada dalam ayat dinasabkan karena menjadi 
hal atau kata keterangan keadaan. Dengan kata lain, dalam keadaan kebingungan, 
kesesatan, dan ketidaktahuannya akan jalan yang harus ditempuhnya, dia mempunyai 
teman-teman yang berada di jalan yang sedang mereka tempuh. Lalu mereka 
menyerunya untuk bergabung dengan mereka dan berangkat bersama-sama mereka 
meniti jalan yang benar. Akan tetapi, dia menolak ajakan mereka dan tidak mau 
menoleh kepada mereka. Seandainya Allah menghendakinya mendapat petunjuk, 
niscaya Allah memberinya petunjuk dan mengembalikannya ke jalan yang benar. 
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{قُلْ 
إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى}
Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk. 
(Al-An'am: 71)
Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam ayat lain, yaitu:
{وَمَنْ 
يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ}
Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun 
yang dapat menyesatkannya. (Az-Zumar: 37)
{إِنْ 
تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ 
مِنْ نَاصِرِينَ}
Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka 
sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan 
sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (An-Nahl: 37)
Arti firman Allah Swt.:
{وَأُمِرْنَا 
لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam. 
(Al-An'am: 71)
ialah ikhlaslah dalam beribadah kepada-Nya, hanya untuk Dia semata, tiada 
sekutu bagi-Nya.
*****
{وَأَنْ 
أَقِيمُوا الصَّلاةَ وَاتَّقُوهُ}
dan agar mendirikan salat serta bertakwa kepada-Nya. (Al-An'am: 
72)
Yakni dan kami diperintahkan untuk mendirikan salat serta bertakwa kepada 
Allah dalam semua keadaan.
{وَهُوَ 
الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ}
Dan Dialah Tuhan yang kepada-Nya lah kalian akan dihimpunkan. 
(Al-An'am: 72)
Maksudnya, pada hari kiamat nanti.
****
{وَهُوَ 
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ}
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. (Al-An'am: 
73)
Yakni dengan adil. Dialah yang menciptakan keduanya, yang memiliki keduanya, 
dan yang mengatur keduanya serta semua makhluk yang ada pada keduanya.
Firman Allah Swt.:
{وَيَوْمَ 
يَقُولُ كُنْ فَيَكُونُ}
di waktu Dia mengatakan.”Jadilah" lalu terjadilah (Al-An'am: 73)
Yaitu hari kiamat yang dikatakan oleh Allah, "Jadilah kamu." Maka jadilah 
hari kiamat atas perintah-Nya dalam sekejap mata atau lebih cepat daripada itu. 
Lafaz yauma dinasabkan karena di'atafkan kepada lafaz wattaquhu 
yang arti lengkapnya ialah takutlah kalian akan hari di mana Allah 
berfirman, "Jadilah kamu hari kiamat," maka jadilah hari kiamat. Atau dapat pula 
dikatakan bahwa ia di'atafkan kepada firman-Nya:
{خَلَقَ 
السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ}
menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 73)
Artinya, dan Dialah yang menciptakan hari di mana Dia berfirman, "Jadilah 
kamu," maka jadilah ia. 
Pada permulaan ayat disebutkan permulaan penciptaan dan pengembaliannya, hal 
ini sesuai. Atau dapat pula dikatakan ada fi'il (kata kerja) yang tidak 
disebutkan; bentuk lengkapnya, "Ingatlah, di hari Dia mengatakan, Jadilah,' lalu 
terjadilah." 
Firman Allah Swt.:
{قَوْلُهُ 
الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ}
Benarlah perkataan-Nya, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan. 
(Al-An'am: 73)
Kedudukan I’rab mahalli dari kedua kalimat ini adalah jar 
karena keduanya berkedudukan sebagai sifat dari Tuhan semesta alam. 
Firman Allah Swt.:
{يَوْمَ 
يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
Dapat ditakwilkan sebagai badai dari lafaz wayauma yaqulu kun 
fayakun. Dapat pula diinterpretasikan sebagai zaraf dan 
firman-Nya:
{وَلَهُ 
الْمُلْكُ يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ}
dan di tangan-Nyalah kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. (Al-An'am: 
73)
sama halnya dengan makna firman-Nya:
{لِمَنِ 
الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? Hanya kepunyaan Allah Yang Maha 
Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 16)
{الْمُلْكُ 
يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ 
عَسِيرًا}
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. 
Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang 
kafir. (Al-Furqan: 26)
Banyak pula ayat lainnya yang bermakna serupa. 
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: di waktu 
sangkakala ditiup. (Al-An'am: 73)
Sebagian ulama tafsir mengatakan, yang dimaksud dengan sur dalam ayat 
ini ialah bentuk jamak dari surah (bentuk), yakni pada hari ditiupkan roh 
padanya, lalu ia menjadi hidup. Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini 
berpandangan menyamakannya dengan contoh lain, yaitu sur yang artinya 
tembok-tembok yang mengelilingi sebuah kota; ia merupakan bentuk jamak dari 
lafaz surah.
Tetapi pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa makna sur dalam 
ayat ini ialah sangkakala yang ditiup oleh Malaikat Israfil a.s.
Selanjutnya Ibnu Jarir menegaskan, "Pendapat yang benar menurut kami ialah 
yang berlandaskan kepada sebuah hadis yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah 
Saw." Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ 
إِسْرَافِيلَ قَدِ الْتَقَمَ الصُّورَ وَحَنَى جَبْهَتَهُ، يَنْتَظِرُ مَتَى يُؤمَر 
فَيَنْفُخُ".
Sesungguhnya Malaikat Israfil telah mengulum sangkakala dan mengernyitkan 
dahinya siap menunggu perintah untuk meniupnya.
Hadis riwayat Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya.
وَقَالَ 
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ 
التَّيْمِيُّ، عَنْ أَسْلَمَ العِجْلي، عَنْ بِشْر بْنِ شَغَاف، عَنْ عَبْدِ 
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ أَعْرَابِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا 
الصُّورُ؟ قَالَ: "قَرْنٌ ينفخ فِيهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah 
menceritakan kepada kami Sulaiman At-Taimi, dari Aslam Al-Ajali, dari Bisyr ibnu 
Syagaf, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ada seorang Arab Badui 
bertanya kepada Rasulullah Saw., "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" 
Rasulullah Saw. menjawab: Sangkakala yang siap untuk ditiup.
Kami telah meriwayatkan hadis mengenai sur ini dengan panjang lebar 
melalui jalur Al-Hafiz Abul Qasim At Tabrani di dalam kitabnya yang berjudul 
Al-Mutawwalat. 
حَدَّثَنَا 
أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِصْرِيُّ الأيْلي، حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ 
النَّبِيلُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ رَافِعٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ، 
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ القُرَظي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ 
عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، 
وَهُوَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَمَّا فَرَغَ 
مِنْ خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، خَلَقَ الصُّورَ فَأَعْطَاهُ إِسْرَافِيلَ، 
فَهُوَ وَاضِعُهُ عَلَى فِيهِ، شَاخِصًا بصرَه إِلَى الْعَرْشِ، يَنْتَظِرُ مَتَى 
يُؤْمَرُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الصُّورُ؟ قَالَ "القَرْن". قُلْتُ: 
كَيْفَ هُوَ؟ قَالَ: "عَظِيمٌ، وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، إِنَّ عَظْمَ 
دَارَةَ فِيهِ كَعَرْضِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ. يُنْفَخُ فِيهِ ثَلَاثُ 
نَفَخَاتٍ: النَّفْخَةُ الْأُولَى نَفْخَةُ الْفَزَعِ، وَالثَّانِيَةُ نَفْخَةُ 
الصَّعْقِ، وَالثَّالِثَةُ نَفْخَةُ الْقِيَامِ لِرَبِّ 
الْعَالَمِينَ.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Hasan 
Al-Muqri Al-Abli, telah menceritakan kepada kami Abu Asim An-Nabil, telah 
menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Rafi', dari Muhammad ibnu Ziyad, dari 
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa 
Rasulullah Saw. pernah bercerita kepada kami ketika beliau berada di 
tengah-tengah sejumlah sahabatnya. Beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah 
itu setelah selesai dari menciptakan langit dan bumi, maka Dia menciptakan sur, 
lalu diberikan-Nya kepada Malaikat Israfil. Maka Malaikat Israfil meletakkan sur 
itu di mulutnya, sedangkan matanya ia tujukan ke arah 'Arasy menunggu perintah 
(peniupannya). Abu Hurairah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah sur 
itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sangkakala." Abu Hurairah bertanya, 
"Bagaimanakah bentuknya?" Nabi Saw. bersabda bahwa sangkakala itu besar 
sekali bentuknya. Rasulullah Saw. bersabda, "Demi Tuhan yang telah 
mengutusku dengan benar, sesungguhnya besar lingkaran moncong sangkakala itu 
sama besarnya dengan luas langit dan bumi. Malaikat Israfil akan meniup sebanyak 
tiga kali. Tiupan pertama mengakibatkan huru-hara yang dahsyat, tiupan kedua 
menyebabkan semua makhluk binasa, dan tiupan yang ketiga adalah tiupan 
dihidupkan-Nya kembali makhluk untuk menghadap kepada Tuhan semesta 
alam."
Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan pertama. 
Untuk itu Allah berfirman, "Tiuplah!" Maka ditiuplah tiupan yang menimbulkan 
huru-hara yang dahsyat, semua penduduk langit dan bumi mengalami huru-hara yang 
dahsyat, kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh kehendak Allah. Allah Swt. 
memerintahkan untuk meniup sangkakala, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan 
yang panjang, lama, dan tidak pernah berhenti. Hal inilah yang diungkapkan oleh 
Allah Swt. dalam firman-Nya:
{وَمَا 
يَنْظُرُ هَؤُلاءِ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ}
Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak 
ada baginya saat berselang. (Sad: 15)
Maka pada hari itu semua gunung yang ada di muka bumi hancur lebur bagaikan 
debu yang beterbangan, lalu menjadi seperti fatamorgana; bumi pun bergempa 
dengan sangat hebatnya, mengguncangkan seluruh penghuninya dengan guncangan yang 
hebat. Nasib mereka seperti perahu yang diombang-ambingkan oleh ombak besar, 
atau seperti lampu gantung yang ditiup oleh angin besar sehingga bergoyang ke 
sana kemari.
{يَوْمَ 
تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ 
وَاجِفَةٌ}
Pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu 
diiringi oleh tiupan kedua, hati manusia pada waktu itu sangat takut. 
(An-Nazi'at: 6-8)
Maka semua manusia bergelimpangan di muka bumi, semua wanita yang mengandung 
melahirkan anak-anaknya, semua anak menjadi beruban (karena susahnya hari itu), 
dan semua setan lari menghindari huru-hara yang dahsyat itu ke tempat-tempat 
yang sangat jauh, tetapi para malaikat mengejarnya dan memukul wajahnya sehingga 
kembali ke tempat asal. Semua manusia hiruk-pikuk melarikan diri, tetapi tiada 
yang dapat melindungi mereka dari azab Allah pada hari itu; sebagian dari mereka 
memanggil-manggil (meminta tolong) sebagian yang lain, hal inilah yang 
disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
{يَوْمَ 
التَّنَادِ}
siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min: 32)
Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba bumi retak dari satu 
kawasan ke kawasan yang lain. Maka mereka menyaksikan suatu peristiwa yang 
sangat besar lagi mengerikan yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Karena 
hal itu, mereka tertimpa rasa takut yang sangat mengerikan, hanya Allah sajalah 
yang mengetahui ketakutan dan kengerian mereka.
Kemudian mereka memandang ke langit, tiba-tiba langit tampak seperti perak 
yang lebur mendidih, lalu terbelah dan semua bintangnya bertaburan 
(bertabrakan), dan matahari serta bulannya pudar. 
Rasulullah Saw. bersabda:
"الْأَمْوَاتُ 
لَا يَعْلَمُونَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ"
Orang-orang yang mati tidak mengetahui sesuatu pun dari peristiwa 
tersebut.
Abu Hurairah r.a, mengajukan pertanyaan, "Wahai Rasulullah, siapakah yang 
dikecualikan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{فَفَزِعَ 
مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ 
اللَّهُ}
Maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali 
siapa yang dikehendaki Allah  (An-Naml: 87)
Nabi Saw. bersabda, 
"أُولَئِكَ 
الشُّهَدَاءُ، وَإِنَّمَا يَصِلُ الْفَزَعُ إِلَى الْأَحْيَاءِ، وَهُمْ أَحْيَاءٌ 
عِنْدَ اللَّهِ يُرْزَقُونَ، وَقَاهُمُ اللَّهُ فَزَعَ ذَلِكَ الْيَوْمِ، 
وَآمَنَهُمْ مِنْهُ، وَهُوَ عَذَابُ اللَّهِ يَبْعَثُهُ عَلَى شِرَارِ 
خَلْقِهِ"
"Mereka adalah para syuhada." Dan sesungguhnya keguncangan itu hanyalah 
dialami oleh orang-orang yang masih hidup di masa itu.Para syuhada adalah 
orang-orang yang tetap hidup di sisi Tuhan mereka seraya diberi rezeki, maka 
Allah memelihara mereka dari guncangan yang terjadi pada hari itu dan 
menyelamatkan mereka darinya. Karena sesungguhnya azab tersebut dikirimkan oleh 
Allah untuk makhluk-Nya yang jahat-jahat.
Hari itulah yang diungkapkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
{يَا 
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ 
* يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ 
ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ 
عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ}
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian, sesungguhnya keguncangan 
hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). 
(Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah 
semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya, dan gugurlah 
kandungan segala wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, 
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. 
(Al-Haj: 1-2)
Mereka mengalami azab itu menurut apa yang dikehendaki oleh Allah, hanya saja 
azab itu masanya cukup lama.
Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan yang 
membinasakan, lalu Israfil melakukan tiupan yang membinasakan, maka binasalah 
semua penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. Maka 
dengan serta merta mereka semuanya mati, lalu malaikat maut datang menghadap 
kepada Tuhan Yang Mahaperkasa, dan berkata, "Wahai Tuhanku, telah mati semua 
penduduk langit dan bumi kecuali siapa yang Engkau kehendaki."
Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui siapa yang masih hidup— berfirman, "Siapakah 
yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang masih hidup adalah Engkau Yang 
Mahakekal dan tidak akan mati, para malaikat penyangga ' Arasy, Jibril, Mikail, 
dan saya." Maka Allah berfirman, "Hendaklah Jibril dan Mikail mati." Lalu Allah 
menyuruh 'Arasy berbicara, maka 'Arasy bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah Jibril 
dan Mikail harus dimatikan?" Allah Swt. berfirman, "Diamlah kamu, karena 
sesunguhnya Aku telah menetapkan mati atas semua makhluk yang ada di bawah 
'Arasy-Ku." Lalu Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail mati.
Kemudian malaikat maut datang menghadap Tuhan Yang Mahaperkasa, lalu berkata, 
"Wahai Tuhanku, Jibril dan Mikail telah mati." Allah berfirman, Dia lebih 
mengetahui siapa yang masih hidup saat itu, "Siapakah yang masih hidup?" 
Malaikat maut menjawab, "Yang masih ada ialah Engkau Yang Hidup Kekal yang tidak 
akan mati, malaikat-malaikat penyangga Arasy, dan saya sendiri." Allah 
berfirman, "Hendaklah semua malaikat penyangga 'Arasy mati." Maka semuanya mati. 
Lalu Allah memerintahkan 'Arasy untuk mengambil sangkakala dari Malaikat 
Israfil.
Malaikat maut datang menghadap, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, semua malaikat 
penyangga' Arasy-Mu telah mati." Allah Swt. berfirman, Dia Maha Mengetahui siapa 
yang masih hidup, "Siapakah yang masih hidup?" Malaikat maut menjawab, "Yang 
masih ada adalah Engkau yang Hidup Kekal dan tidak akan mati, dan saya sendiri." 
Allah Swt. berfirman, "Engkau adalah salah satu dari makhluk-Ku, Aku ciptakan 
kamu menurut apa yang Aku maui, maka matilah kamu." Lalu malaikat maut itu mati. 
Tiada yang kekal kecuali hanya Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa, Dialah 
Allah Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan 
tidak diperanakkan, Dia adalah Yang Mahaakhir sebagaimana Dia adalah Yang 
Mahaawal.
Allah menggulung langit dan bumi seperti menggulung lembaran-lembaran kertas, 
lalu membulatkan keduanya seperti telur dan menelannya sebanyak tiga kali. 
Setelah itu Allah berfirman, "Akulah Yang Mahaperkasa, Akulah Yang Mahaperkasa," 
sebanyak tiga kali. Lalu Allah berseru dengan suara yang lantang:
{لِمَنِ 
الْمُلْكُ الْيَوْمَ}
Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Al-Mu’min: 16)
Seruan itu diucapkan sebanyak tiga kali, tetapi tiada seorang pun yang 
menjawab. Kemudian Allah Swt. berfirman kepada diri-Nya:
{لِلَّهِ 
الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ}
Hanya Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 
16)
Allah Swt. berfirman pula:
{يَوْمَ 
تُبَدَّلُ الأرْضُ 
غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ}
Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan 
(demikian pula) langit. (Ibrahim: 48)
Maka Allah menghamparkan keduanya dan menjadikannya rata, lalu digelarkan 
sebagaimana kulit di pasar 'Ukaz digelarkan.
{لَا 
تَرَى فِيهَا عِوَجًا وَلا أَمْتًا}
tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang 
tinggi. (Thaha: 107)
Kemudian Allah menghardik semua makhluk dengan sekali hardikan (teriakan). 
Maka dengan serta merta mereka berada di bumi yang telah diganti tersebut 
sebagaimana keadaan mereka semula pada bumi yang pertama. Orang yang berada di 
dalam perutnya tetap berada di dalam perutnya, dan orang yang berada di 
permukaannya tetap berada di permukaannya.
Selanjutnya Allah menurunkan kepada mereka air dari bawah ' Arasy, dan Allah 
memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, maka turunlah hujan selama empat 
puluh hari. sehingga air mencapai ketinggian dua belas hasta di atas mereka. 
Kemudian Allah memerintahkan semua jasad untuk tumbuh, maka tumbuhlah semua 
jasad bagaikan kecambah —atau seperti tumbuhnya sayur-mayur— hingga jasad mereka 
kembali seperti sediakala dalam keadaan sempurna.
Allah Swt. berfirman, "Hiduplah malaikat-malaikat penyangga 'Arasy!" Maka 
semua malaikat penyangga 'Arasy hidup kembali. Allah memerintahkan Malaikat 
Israfil, lalu Malaikat Israfil mengambil sangkakala dan meletakkannya di 
mulutnya.
Allah berfirman, "Hiduplah Jibril dan Mikail!" Maka keduanya hidup kembali. 
Kemudian Allah memanggil semua roh, maka semuanya dihadapkan kepada-Nya; roh-roh 
orang-orang muslim memancarkan cahaya yang berkilauan, sedangkan arwah 
orang-orang kafir gelap gulita. Lalu Allah menggenggam semua arwah dan 
memasukkannya ke dalam sangkakala.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat Israfil untuk melakukan tiupan 
kebangkitan, maka Malaikat Israfil melakukan tiupan untuk menghidupkan mereka 
kembali. Lalu keluarlah semua roh bagaikan lebah yang banyaknya memenuhi kawasan 
antara bumi dan langit. Allah Swt. berfirman, "Demi keperkasaan dan 
keagungan-Ku, hendaknya setiap roh benar-benar kembali kepada jasadnya 
masing-masing." Maka semua roh masuk ke dalam bumi ke jasadnya masing-masing dan 
memasukinya melalui lubang hidungnya, lalu menjalar ke seluruh tubuh seperti 
menjalarnya racun pada tubuh orang yang disengatnya. Kemudian bumi terbelah 
membuka, dan aku (Nabi Saw.) adalah orang yang mula-mula dibelahkan bumi. 
Kemudian kalian cepat-cepat keluar, bersegera menghadap Tuhan.
{مُهْطِعِينَ 
إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ}
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata, 
"Ini adalah hari yang berat.” (Al-Qamar: 8)
Pada saat itu kalian dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang bulat, dan 
tidak dikhitan. Lalu kalian semua berdiri di suatu tempat yang lamanya adalah 
tujuh puluh tahun perjalanan. Saat itu kalian tidak diperhatikan, dan tidak 
dilakukan peradilan di antara kalian (yakni kalian didiamkan oleh Allah Swt.). 
Maka kalian semua menangis hingga air mata kalian kering, yang keluar adalah 
darah kalian. Kalian berkeringat dengan derasnya hingga kalian tenggelam di 
dalam lautan keringat, atau ketinggian keringat mencapai batas janggut 
kalian.
Kalian mengatakan, "Siapakah yang memohonkan syafaat kepada Tuhan buat kami 
semua, hingga Dia mau memutuskan perkara di antara kami?"
Lalu kalian berkata, "Tiadalah orang yang berhak mengajukan hal tersebut 
selain dari bapak kalian semua, yaitu Adam. Allah menciptakan dia dengan tangan 
(kekuasaan)-Nya secara langsung, Dia meniupkan sebagian dari roh-Nya ke dalam 
tubuhnya, dan Dia telah mengajaknya berbicara secara langsung."
Maka mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut (syafaat) kepadanya, 
tetapi Adam menolak dan mengatakan, "Aku bukanlah orang yang layak untuk 
mengajukan hal tersebut." Kemudian mereka mendatangi para nabi satu persatu, 
tetapi setiap mereka datangi seorang nabi, dia menolak permintaan mereka.
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, "Pada akhirnya mereka datang kepadaku, 
lalu aku berangkat menuju Al-Fahs, dan aku langsung menyungkur bersujud."
Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan 
Al-Fahs?" Rasulullah Saw. bersabda, "Halaman depan 'Arasy. Kemudian Allah 
mengutus malaikat kepadaku, dan malaikat itu memegang lenganku dan mengangkatku. 
Maka Allah berfirman kepadaku, 'Hai Muhammad!' Dan aku menjawab, 'Ya, wahai 
Tuhanku.' Allah Swt. berfirman, 'Mengapa kamu ini?' Padahal Dia Maha Mengetahui. 
Aku berkata, 'Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan syafaat kepadaku, maka 
berilah aku izin untuk memberi syafaat kepada makhluk-Mu, putuskanlah peradilan 
di antara mereka.'
Allah Swt. berfirman, 'Aku terima syafaatmu, sekarang Aku datang kepada 
kalian untuk memutuskan peradilan di antara kalian'."
Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu beliau kembali dan 
berdiri (bergabung) dengan manusia. Ketika kami sedang berdiri, tiba-tiba kami 
mendengar suara yang sangat keras dari langit yang membuat kami semua takut. 
Ternyata suara itu muncul dari malaikat penghuni langit pertama yang turun ke 
bumi dalam jumlah dua kali lipat dari jumlah manusia dan jin yang ada di 
bumi.
Ketika mereka telah berada di dekat bumi, bumi menjadi terang benderang oleh 
cahaya mereka, lalu mereka mengambil saf (barisan)nya. Maka kami bertanya, 
"Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan 
datang."
Kemudian turunlah penduduk langit yang kedua dalam jumlah dua kali lipat dari 
jumlah rombongan malaikat yang pertama dan dua kali lipat dari jumlah makhluk 
manusia dan jin yang ada di bumi. Ketika mereka telah dekat dengan bumi, maka 
bumi menjadi terang benderang karena cahaya mereka, lalu mereka mengambil 
safnya. Kami bertanya kepada mereka, "Apakah Tuhan kita ada bersama kalian?" 
Mereka menjawab, "Tidak, tetapi Dia akan datang."
Selanjutnya para malaikat penghuni langit berikutnya turun pula dalam jumlah 
dua kali lipat dari jumlah yang telah ada, lalu turunlah Tuhan Yang Mahaperkasa 
dalam naungan awan dan malaikat. Saat itu yang memikul 'Arasy-Nya adalah delapan 
malaikat, sekarang empat malaikat, telapak kaki mereka berada di bagian bumi 
yang paling bawah.
Bumi dan langit hanya sampai sebatas pinggang mereka, sedangkan 'Arasy mereka 
pikul di atas pundak mereka; dari mereka keluar suara gemuruh karena bacaan 
tasbih mereka, yaitu:
سُبْحَانَ 
ذِي الْعَرْشِ وَالْجَبَرُوتِ، سُبْحَانَ ذِي الْمُلْكِ وَالْمَلَكُوتِ، سُبْحَانَ 
الْحَيِّ الذِي لَا يَمُوتُ، سُبْحَانَ الذِي يُمِيتُ الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ، 
سُبُّوح قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ قُدُّوسٌ، سُبْحَانَ رَبِّنَا الْأَعْلَى، رَبِّ 
الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ، سُبْحَانَ رَبِّنَا الْأَعْلَى، الَّذِي يُمِيتُ 
الْخَلَائِقَ وَلَا يَمُوتُ
Mahasuci Tuhan yang memiliki Arasy dan keperkasaan. Mahasuci Tuhan yang 
mempunyai kerajaan dan alam malakut. Mahasuci Tuhan Yang Hidup Kekal dan tidak 
akan mati. Mahasuci Tuhan Yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak 
mati. Mahasuci dengan sesuci-sucinya, Mahasuci Tuhan kami Yang Mahatinggi, Tuhan 
semua malaikat dan roh. Mahasuci Tuhan kami Yang Mahatinggi, yang mematikan 
semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati.
Maka Allah meletakkan kursi-Nya di salah satu bagian dari bumi yang 
dikehendaki-Nya, lalu berseru dengan suara-Nya seraya berfirman, "Hai semua 
makhluk jin dan manusia, sesungguhnya Aku telah mendengarkan kalian sejak Aku 
menciptakan kalian sampai hari ini. Aku mendengar semua ucapan kalian dan 
melihat semua amal perbuatan kalian. Maka sekarang dengarkanlah Aku, 
sesungguhnya apa yang Aku utarakan hanyalah amal perbuatan kalian dan 
catatan-catatan amal perbuatan kalian sendiri yang akan dibacakan kepada kalian. 
Barang siapa yang menjumpai kebaikan padanya, hendaklah ia memuji kepada Allah. 
Dan barang siapa yang menjumpai selain itu, maka janganlah ia mencela kecuali 
kepada dirinya sendiri."
Selanjutnya Allah memerintah kepada neraka Jahannam, maka keluarlah darinya 
sesuatu seperti leher yang kelihatan hitam legam (gelap) oleh semuanya. Kemudian 
Allah Swt. membacakan firman-Nya:
{أَلَمْ 
أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ 
لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ * وَلَقَدْ 
أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ * هَذِهِ 
جَهَنَّمُ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ}
Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya 
kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata 
bagi kalian, dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. 
Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian. Maka 
apakah kalian tidak memikirkan? Inilah Jahannam yang dahulu kalian diancam 
(dengannya). (Yasin: 60-63)
Atau dikatakan, "Yang dahulu kalian dustakan," ragu dari pihak Abu Asim.
{وَامْتَازُوا 
الْيَوْمَ أَيُّهَا الْمُجْرِمُونَ}
Dan (dikatakan kepada mereka), "Berpisahlah kalian (dari 
orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang jahat.” (Yasin: 
59)
Maka Allah memisah-misahkan manusia (antara ahli surga dan ahli neraka), dan 
saat itu semua umat manusia berlutut. Allah Swt. berfirman:
{وَتَرَى 
كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ 
تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap 
umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kalian 
diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Al-Jasiyah: 28)
Lalu Allah Swt. memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. kecuali jin dan 
manusia. Allah memutuskan peradilan di antara semua hewan liar dan binatang 
ternak, hingga Dia memutuskan untuk kemenangan hewan yang tidak bertanduk 
terhadap hewan bertanduk (yang dahulu pernah menanduknya). Apabila Allah Swt. 
telah selesai dari hal tersebut dan tidak ada lagi utang bagi seekor hewan atas 
hewan lainnya, maka Allah berfirman kepada semua binatang, "Jadilah kalian 
tanah!" Maka pada saat itu orang kafir mengatakan, seperti yang disitir oleh 
firman-Nya:
{يَا 
لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا}
Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba:40)
Kemudian barulah Allah memutuskan peradilan di antara semua hamba. Peradilan 
yang mula-mula dilakukan-Nya ialah masalah yang berkaitan dengan darah. Setiap 
orang yang terbunuh di jalan Allah datang, lalu Allah memerintahkan kepada 
setiap orang yang membunuh untuk membawa kepala orang yang dibunuhnya, sedangkan 
urat leher si terbunuh penuh berlumuran darah. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, 
karena apakah orang ini membunuhku?" Allah Swt. —Yang Maha Mengetahui— bertanya, 
"Karena apakah kamu membunuh mereka?" Maka si pembunuh menjawab, "Saya membunuh 
mereka agar keagungan hanyalah bagi-Mu (yakni membela agama Allah)." Allah Swt. 
berfirman, "Kamu benar." Maka Allah menjadikan wajahnya bercahaya seperti sinar 
matahari, selanjutnya para malaikat menuntunnya masuk ke dalam surga.
Setelah itu datanglah setiap orang yang membunuh bukan karena niat tersebut 
seraya membawa kepada orang yang dibunuhnya dalam keadaan berlumuran darah dari 
urat lehernya. Lalu ia berkata, "Wahai Tuhanku, mengapa orang ini membunuhku?" 
Allah Swt.,Yang Maha Mengetahui, bertanya, "Mengapa kamu membunuh mereka?" Ia 
menjawab, "Saya membunuh mereka agar keagungan hanyalah bagi saya, wahai 
Tuhanku." Maka Allah berfirman, "Celakalah kamu!"
Kemudian tiada seorang pun yang pernah membunuh orang lain melainkan ia balas 
dibunuh karenanya, dan tidak ada suatu perbuatan zalim yang dilakukan seseorang 
melainkan ia mendapat hukumannya. Hal ini sepenuhnya berada di dalam kehendak 
Allah. Dengan kata lain, jika Dia hendak mengazabnya, niscaya Dia mengazabnya; 
dan jika Dia hendak merahmatinya, niscaya Dia merahmatinya.
Selanjutnya Allah Swt. memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya yang 
perkara mereka masih belum diputuskan, hingga tiada suatu perbuatan aniaya pun 
yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain melainkan Allah membalaskannya 
bagi si teraniaya terhadap si penganiaya. Pada saat itu seorang penjual susu 
yang mencampuri susunya dengan air (ketika di dunia) benar-benar disuruh 
memurnikan susunya dari air.
Apabila Allah Swt. telah selesai dari hal tersebut, maka terdengarlah suara 
seruan yang terdengar oleh semua makhluk, "Ingatlah, hendaklah masing-masing 
kaum bergabung dengan tuhan-tuhan mereka dan segala sesuatu yang mereka sembah 
selain Allah!" Saat itu tidak ada seorang pun yang menyembah selain Allah 
kecuali ditampakkan baginya tuhan yang disembahnya itu di hadapannya. Pada hari 
itu ada malaikat yang diserupakan bentuknya seperti Uzair, ada pula yang 
diserupakan dengan Isa putra Maryam. Maka orang-orang Yahudi mengikuti Uzair, 
dan orang-orang Nasrani mengikuti Isa. Kemudian tuhan-tuhan sesembahan mereka 
menggiring mereka ke dalam neraka, dan Allah Swt. berfirman:
{لَوْ 
كَانَ هَؤُلاءِ آلِهَةً مَا وَرَدُوهَا وَكُلٌّ فِيهَا خَالِدُونَ}
Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. 
Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99)
Apabila tidak ada yang tersisa kecuali hanya orang-orang mukmin yang di 
dalamnya terdapat orang-orang munafik, maka Allah mendatangi mereka dalam bentuk 
menurut apa yang dikehendaki-Nya, lalu Dia berfirman, "Hai manusia, semua orang 
telah pergi, maka sekarang bergabunglah dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang 
kalian sembah." Mereka berkata, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain 
Allah, dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."
Maka Allah pergi meninggalkan mereka, dan Dialah yang mendatangi mereka. 
Kemudian Allah tinggal selama yang dikehendaki-Nya untuk tinggal, setelah itu 
Dia datang lagi kepada mereka dan berfirman, "Hai manusia, semua orang telah 
pergi, maka bergabunglah kalian dengan tuhan-tuhan kalian dan apa yang kalian 
sembah!" Mereka menjawab, "Demi Allah, kami tidak mempunyai Tuhan selain Allah, 
dan kami sama sekali tidak pernah menyembah selain-Nya."
Maka Allah menampakkan sebagian dari betis-Nya dan sebagian dari 
kebesaran-Nya sehingga mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan mereka. Lalu 
mereka menyungkur di atas muka mereka seraya bersujud, sedangkan semua orang 
munafik menyungkur di atas tengkuknya (terbalik), dan Allah menjadikan tulang 
iga mereka mencuat seperti tanduk sapi (menjangan). Kemudian Allah mengizinkan 
mereka untuk mengangkat mukanya.
Allah memasang sirat di antara kedua tepi neraka Jahannam, tajamnya 
seperti pisau cukur atau pedang yang tajam. Sirat- (jembatan) itu 
mempunyai banyak pengait, belalai, dan duri-duri seperti duri pohon sa'dan, dan 
di bagian bawahnya terdapat jembatan yang licin sekali. Maka mereka melaluinya, 
ada yang cepat seperti kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang seperti 
cepatnya angin, seperti cepatnya kuda balap, seperti cepatnya unta yang baik, 
atau seperti orang yang berjalan cepat. Di antara mereka ada yang selamat sampai 
ke tepi yang lain, ada yang selamat tetapi dalam keadaan terluka, ada pula yang 
terperosok di bawah mukanya, masuk ke dalam neraka Jahannam,
Manakala ahli surga telah sampai di depan pintu surga, maka semua ahli surga 
berkata, "Siapakah orang yang mau memohon syafaat kepada Tuhan kita buat kita 
semua hingga kita dapat masuk surga?"
Mereka menjawab, "Siapa lagi yang lebih berhak untuk itu selain dari kakek 
moyang kalian sendiri, yaitu Adam a.s. Allah telah menciptakannya dengan tangan 
(kekuasaan)-Nya sendiri, dan meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam 
tubuhnya serta berbicara dengannya secara berhadapan."
Kemudian mereka mendatangi Adam dan meminta hal tersebut kepadanya, tetapi 
Adam ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak 
melakukan hal itu. Tetapi kalian harus meminta kepada Nuh, karena sesungguhnya 
dia adalah rasul Allah yang pertama."
Maka Nabi Nuh didatangi dan diminta agar melakukan hal tersebut, tetapi ia 
ingat akan suatu dosa, lalu ia berkata, "Saya bukanlah orang yang berhak untuk 
melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada Ibrahim, karena sesungguhnya 
Allah telah menjadikannya sebagai seorang kekasih."
Maka Nabi Ibrahim didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu. Tetapi ia 
mengingat akan suatu dosa, maka berkatalah ia, "Aku bukanlah orang yang pantas 
melakukan hal tersebut. Pergilah kalian kepada Musa, karena sesungguhnya Allah 
telah mendekatkannya dalam munajatnya dan berbicara langsung kepadanya serta 
menurunkan kitab Taurat kepadanya."
Nabi Musa didatangi dan diminta untuk melakukan hal tersebut. Ia ingat akan 
suatu dosa, lalu berkata, "Saya bukanlah orang yang pantas melakukan hal 
tersebut. Pergilah kalian kepada roh ciptaan Allah dan kalimah (perintah)-Nya, 
yaitu Isa putra Maryam." Maka Isa didatangi dan diminta untuk melakukan hal itu, 
tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang kalian cari. Datanglah kalian 
kepada Muhammad."
Rasulullah Saw. bersabda:
"فَيَأْتُونِي 
-وَلِي عِنْدَ رَبِّي ثَلَاثُ شَفَاعَاتٍ [وَعَدَنِهِنَّ] -فَأَنْطَلِقُ فَآتِي 
الْجَنَّةَ، فَآخُذُ بحلَقَة الْبَابِ، فَأَسْتَفْتِحُ فَيُفْتَحُ لِي، فَأُحَيَّى 
وَيُرَحَّبُ بِي. فَإِذَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَنَظَرْتُ إِلَى رَبِّي خَرَرْتُ 
سَاجِدًا، فَيَأْذَنُ اللَّهُ لِي مِنْ حَمْدِهِ وَتَمْجِيدِهِ بِشَيْءٍ مَا أَذِنَ 
بِهِ لِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ، ثُمَّ يَقُولُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ يَا مُحَمَّدُ، 
وَاشْفَعْ تُشَفَّعَ، وَسَلْ تُعْطَهْ. فَإِذَا رَفَعْتُ رَأْسِي يَقُولُ اللَّهُ 
-وَهُوَ أَعْلَمُ -: مَا شَأْنُكَ؟ فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، وَعَدْتَنِي 
الشَّفَاعَةَ، فَشَفِّعْنِي فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، 
فَيَقُولُ اللَّهُ: قَدْ شَفَّعْتُكَ وَقَدْ أذنت لَهُمْ 
فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ".
Lalu mereka datang kepadaku, sedangkan aku mempunyai tiga kali syafaat di 
sisi Tuhanku yang telah Dia janjikan kepadaku. Aku berangkat dan mendatangi 
surga, lalu aku memegang pegangan pintunya dan meminta izin untuk dibuka. Maka 
pintu surga dibukakan untukku, dan aku disambut dengan penghormatan serta ucapan 
selamat datang. Setelah aku berada di dalam surga, aku melihat Tuhanku, lalu aku 
menyungkur bersujud, dan Allah mengizinkan kepadaku untuk mengucapkan sesuatu 
dari pujian dan pengagungan yang belum pernah Dia izinkan kepada seorang pun 
dari makhluk-Nya. Kemudian Allah berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, 
mintalah syafaat, niscaya engkau diberi izin untuk memberi syafaat; dan 
mintalah, niscaya engkau diberi apa yang engkau minta.” Ketika aku mengangkat 
kepalaku, Allah Yang Maha Mengetahui bertanya, "Apa yang kamu inginkan?" Aku 
berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menjanjikan kepadaku syafaat, maka berilah 
aku izin memberi syafaat kepada ahli surga agar mereka dapat masuk surga.” Allah 
berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memberikan syafaat kepadamu, dan Aku telah 
mengizinkan bagi mereka untuk boleh masuk surga.”
Rasulullah Saw. acap kali bersabda:
"وَالَّذِي 
نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ 
وَمَسَاكِنِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِأَزْوَاجِهِمْ وَمَسَاكِنِهِمْ، 
فَيَدْخُلُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، 
سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، وَثِنْتَيْنِ آدَمِيَّتَيْنِ 
مَنْ وَلَدِ آدَمَ، لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، لِعِبَادَتِهِمَا 
اللَّهَ فِي الدُّنْيَا. فَيَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، 
عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّلٍ بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهَا سَبْعُونَ زَوْجًا 
مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ، ثُمَّ إِنَّهُ يَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، 
ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا، وَمِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا 
وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ 
أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ، 
وَكَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ. فَبَيْنَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا 
تَمَلُّهُ، مَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْترُ 
ذَكَرَهُ، وَمَا تَشْتَكِي قُبُلَهَا. فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: 
إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّهُ لَا مَني 
وَلَا مَنِية إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا. فَيَخْرُجُ فَيَأْتِيهِنَّ 
وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا أَتَى وَاحِدَةً [لَهُ] قَالَتْ: لَهُ وَاللَّهِ مَا 
أَرَى فِي الْجَنَّةِ شَيْئًا أَحْسَنَ مِنْكَ، وَلَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ 
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ.
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, 
tiadalah kalian di dunia lebih mengenal istri-istri dan tempat-tempat tinggal 
kalian daripada penduduk surga mengenal istri-istri mereka dan tempat-tempat 
tinggalnya. Setiap orang lelaki dari kalangan penduduk surga menggauli tujuh 
puluh dua orang istri; tujuh puluh orang istri dari kalangan bidadari yang 
diciptakan oleh Allah Swt. (buatnya), sedangkan yang dua orang istri dari 
kalangan Bani Adam yang jauh lebih utama daripada bidadari yang diciptakan oleh 
Allah berkat keutamaan ibadah mereka di dunia. Lalu ia menggauli salah seorang 
istrinya (yang dari kalangan Bani Adam) di dalam sebuah kamar yang 
terbuat dari batu yaqut di atas sebuah ranjang dari emas yang dihiasi dengan 
intan. Pada ranjang (pelaminan) itu terdapat tujuh puluh pasang kain 
sutera tipis dan sutera tebal. Kemudian si lelaki itu meletakkan tangannya di 
antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia dapat melihat tangannya dari 
bagian dada istrinya, yaitu dari balik pakaian, kulit, dan dagingnya. Dan 
sesungguhnya si lelaki itu benar-benar dapat melihat sumsum betisnya, 
sebagaimana seseorang di antara kalian melihat sebuah kabel yang ada di dalam 
lubang batu yaqut. Hati si istri merupakan cermin bagi suaminya, dan hati si 
suami merupakan cermin bagi istrinya. Ketika si lelaki sedang bersama istrinya 
itu, maka si lelaki tidak pernah merasa bosan terhadap istrinya, dan istrinya 
tidak pernah merasa bosan terhadap suaminya. Tidak sekali-kali si suami 
menggauli istrinya melainkan ia selalu menjumpainya dalam keadaan masih tetap 
perawan; zakarnya tidak pernah lemas, dan farji istrinya tidak pernah merasa 
sakit. Ketika ia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada suara yang menyerukan, 
"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwa engkau tidak pernah merasa bosan, dan dia 
tidak pernah merasa bosan pula, hanya saja tidak ada air mani, tidak ada pula 
air mani wanita. Perlu diketahui bahwa kamu mempunyai banyak istri selainnya.” 
Lalu si lelaki keluar dan mendatangi (menggauli) mereka seorang demi 
seorang. Setiap kali ia menggauli seorang bidadari, maka bidadari mengatakan 
kepadanya, "Demi Allah, saya tidak pernah melihat sesuatu yang lebih tampan 
daripada kamu, dan tidak ada seorang pun di dalam surga ini yang lebih aku 
cintai daripada kamu.”
Apabila ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka yang dimasukkan ke dalam 
neraka adalah sebagian dari makhluk Tuhanmu yang dibinasakan oleh amal perbuatan 
mereka sendiri. Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka sebatas 
kedua telapak kakinya, tidak lebih dari itu.
Di antara mereka ada orang yang dimakan oleh api neraka hanya sampai batas 
kedua betisnya, ada yang dilahap api neraka sampai batas kedua lutut kakinya, 
ada yang dimakan oleh api neraka sampai batas pinggangnya, ada pula yang 
terbakar api neraka seluruh tubuhnya kecuali wajahnya, karena Allah mengharamkan 
gambaran-Nya atas neraka.
Rasulullah Saw. bersabda:
فَأَقُولُ 
يَا رَبِّ، مَنْ وَقَعَ فِي النَّارِ مِنْ أُمَّتِي. فَيَقُولُ: أَخْرِجُوا مَنْ 
عَرَفْتُمْ، 
Maka aku memohon, "Wahai Tuhanku, izinkanlah aku memberikan syafaat kepada 
orang yang telah masuk neraka dari kalangan umatku.” Allah berfirman, 
"Keluarkanlah (dari neraka) semua orang yang telah kamu kenal.”
Kemudian mereka dikeluarkan dari neraka, sehingga tiada seorang pun dari 
mereka yang tertinggal.
Sesudah itu Allah memberikan izin dalam hal syafaat. Maka tiada seorang nabi, 
tiada pula seorang syuhada, melainkan memberi syafaat.
Kemudian Allah Swt. berfirman, "Keluarkanlah (dari neraka) orang-orang yang 
kalian jumpai dalam hatinya iman seberat mata uang dinar!" Maka mereka 
dikeluarkan dari neraka hingga tiada seorang pun yang tersisa dari kalangan 
mereka.
Allah memberikan syafaat-Nya lagi seraya berfirman, "Keluarkanlah dari 
neraka orang-orang yang kalian jumpai dalam hatinya iman seberat dua pertiga 
mata uang dinar!" Kemudian Allah memerintahkan yang sepertiga dinar, lalu yang 
seperempat dinar, lalu yang satu qirat, dan yang terakhir ialah orang-orang yang 
di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi.
Mereka semua dikeluarkan dari neraka, sehingga tidak ada seorang pun dari 
mereka yang tertinggal, tidak ada seorang pun yang pernah berbuat suatu kebaikan 
karena Allah yang masih tertinggal di dalam neraka, dan tidak ada seorang pun 
yang berhak memberikan syafaat kecuali memberikan syafaatnya, sehingga iblis pun 
memajukan dirinya melihat rahmat Allah yang sedang dibagi-bagikan, dengan 
harapan ingin mendapat syafaat.
Sesudah itu Allah Swt. berfirman, "Masih ada yang tersisa, sedangkan Aku 
adalah Maha Pelimpah Rahmat." Lalu Allah memasukkan tangan (kekuasaan)-Nya ke 
dalam neraka Jahannam, dan mengeluarkan sejumlah orang yang tak terhitung 
jumlahnya, hanya Dia Yang Mengetahuinya. Keadaan mereka seakan-akan seperti 
arang yang hitam legam, lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai yang dikenal 
dengan nama Nahrul Hayat (Sungai Kehidupan). Maka tumbuhlah mereka 
bagaikan biji-bijian yang tumbuh di bekas tanah yang terkena banjir; yang 
terkena sinar matahari menjadi hijau, sedangkan yang ternaungi menjadi kuning. 
Mereka tumbuh bagaikan kecambah, jumlah mereka sangat banyak sehingga seperti 
semut-semut kecil. Pada leher mereka tertulis jahannamiyyun (penghuni 
neraka Jahannam) yang dimerdekakan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. Semua penghuni 
surga mengetahui mereka melalui tulisan tersebut, mereka adalah orang-orang yang 
sama sekali tidak pernah berbuat suatu kebaikan pun karena Allah.
Mereka tinggal di dalam surga selama waktu yang dikehendaki Allah, sedangkan 
tulisan tersebut masih tetap tertera pada leher mereka. Kemudian mereka berkata, 
"Wahai Tuhan kami, sudilah kiranya Engkau menghapuskan tulisan ini dari kami." 
Maka Allah Swt. menghapuskan tulisan itu dari mereka.
Imam Tabrani melanjutkan hadis ini hingga selesai, kemudian di penghujungnya 
ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat masyhur. Padahal hadis ini 
garib sekali, tetapi sebagian darinya mempunyai syawahid (bukti) 
yang menguatkannya terdapat pada hadis-hadis yang terpisah-pisah. Pada sebagian 
teks hadis ini terdapat hal-hal yang diingkari. Hadis diriwayatkan secara 
munfarid (menyendiri) oleh Isma'il ibnu Rafi', kadi penduduk Madinah.
Sehubungan dengan predikat Isma'il ibnu Rafi' ini para ulama berbeda 
pendapat. Sebagian menilainya siqah, sebagian lain menilai-nya daif. 
Predikat munkar hadis yang diriwayatkannya disebutkan secara nas 
(diputuskan) oleh bukan hanya seorang dari kalangan para imam, seperti Imam 
Ahmad, Abu Hatim Ar-Razi, dan Amr ibnu Ali Al-Fallas.
Di antara ulama ada yang menilainya matruk (tidak terpakai hadisnya). 
Ibnu Addi mengatakan bahwa semua hadis yang diriwayatkan melalui Isma'il ibnu 
Rafi' masih perlu dipertimbangkan, hanya saja hadis-hadisnya dikategorikan ke 
dalam hadis-hadis yang daif.
Menurut hemat kami sanad hadis ini masih diperselisihkan oleh banyak pendapat 
yang semuanya telah kami bahas secara terpisah di dalam sebuah kitab secara 
rinci. Adapun mengenai teksnya memang garib sekali, bahkan dikatakan 
bahwa dia menghimpunnya dari berbagai hadis yang cukup banyak, lalu ia 
rangkaikan dalam satu rangkuman. Karena itulah maka hadis ini dinilai 
munkar.
Kami pernah mendengar guru kami —yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi— 
mengatakan bahwa beliau pernah melihat karya tulis Al-Walid ibnu Muslim yang 
merangkum karya tulisnya itu seakan-akan seperti syawahid (bukti yang 
menguatkan) sebagian dari suku-suku hadis ini.