Tafsir Surat An-Nisa, ayat 84-87
فَقاتِلْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى
اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْساً
وَأَشَدُّ تَنْكِيلاً (84) مَنْ يَشْفَعْ شَفاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ
مِنْها وَمَنْ يَشْفَعْ شَفاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْها وَكانَ
اللَّهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتاً (85) وَإِذا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا
بِأَحْسَنَ مِنْها أَوْ رُدُّوها إِنَّ اللَّهَ كانَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً
(86) اللَّهُ لَا إِلهَ إِلاَّ هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلى يَوْمِ الْقِيامَةِ لَا
رَيْبَ فِيهِ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثاً (87)
Maka berperanglah kamu pada jalan Allah,
tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah
semangat orang-orang mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak
serangan orang-orang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras
siksaan-{Nya). Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bagian (pahala) darinya. Dan barang siapa yang memberi syafaat yang
buruk, niscaya ia akan memikul bagian (dosa) darinya. Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu. Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya. atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat
perhitungan atas tiap-tiap sesuatu. Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.
Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kalian di hari kiamat, yang tidak ada
keraguan padanya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) daripada
Allah?Allah Swt. memerintahkan kepada hamba dan Rasul-Nya (yaitu Nabi Muhammad Saw.) untuk ikut terjun ke dalam kancah peperangan, berjihad di jalan Allah. Barang siapa yang menolak, tidak ikut berperang, maka tiada paksaan atas dirinya untuk mengikuti peperangan. Karena itulah disebutkan di dalam firman-Nya:
{لَا
تُكَلَّفُ إِلا نَفْسَكَ}
tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajibanmu sendiri. (An-Nisa:
84)Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Anir ibnu Nabih, telah menceritakan kepada kami Hakkam, telah menceritakan kepada kami Al-Jarrah Al-Kindi, dari Abu Ishaq yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Barra ibnu Azib tentang seorang lelaki yang menghadapi musuh sebanyak seratus orang, tetapi ia tetap berperang melawan mereka, yang pada akhirnya dia termasuk orang yang disebut di dalam firman-Nya: dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan. (Al-Baqarah: 195) Maka Al-Barra ibnu Azib menjawab bahwa Allah Swt. telah berfirman pula kepada Nabi-Nya, yaitu: Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang mukmin (untuk berperang). (An-Nisa: 84) Dengan kata Lain, lelaki tersebut tidak termasuk ke dalam larangan yang disebutkan ayat di atas.
Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Sulaiman ibnu Daud, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Abu Ishaq yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Barra mengenai seorang lelaki yang maju sendirian melawan orang-orang musyrik yang jumlahnya banyak, apakah dia termasuk orang yang menjatuhkan dirinya ke dalam kebinasaan? Al-Barra menjawabnya tidak, karena sesungguhnya Allah mengutus Rasul-Nya dan berfirman kepadanya: Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. (An-Nisa: 84) Sesungguhnya hal yang kamu sebutkan hanyalah menyangkut masalah nafkah.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih melalui jalur Abu Bakar ibnu Ayyasy dan Ali ibnu Abu Saleh, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra dengan lafaz yang sama.
Kemudian Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Nadr Al-Askari, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Abdur Rahman Al-Harsi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Himyar, telah menceritakan kepada kami Sufyan As'-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra yang menceritakan bahwa ketika diturunkan kepada Nabi Saw. ayat berikut, yaitu firman-Nya: Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang mukmin (untuk berperang). (An-Nisa: 84), hingga akhir ayat. Lalu Nabi Saw. bersabda kepada sahabat-sahabatnya:
"قَدْ
أَمَرَنِي رَبِّي بِالْقِتَالِ فَقَاتِلُوا"
Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku untuk berperang. Karena
itu, berperanglah kalian.Hadis ini berpredikat garib.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَحَرِّضِ
الْمُؤْمِنِينَ
Kobarkanlah semangat orang-orang mukmin (untuk berperang). (An-Nisa:
84)Artinya, bangkitkanlah semangat untuk berperang, kobarkanlah semangat mereka, dan tanamkanlah keberanian mereka untuk berperang. Seperti yang beliau Saw. katakan kepada para sahabatnya dalam Perang Badar ketika beliau sedang merapikan saf mereka:
"قُومُوا
إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السماوات والأرض"
Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya seluas bumi dan
langit!Banyak hadis yang diriwayatkan mengenai masalah ini, yaitu anjuran berperang di jalan Allah, antara lain ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ، وَآتَى الزَّكَاةَ، وَصَامَ
رَمَضَانَ، كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، هَاجَرَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا" قَالُوا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلَا نُبَشِّرُ الناسَ بِذَلِكَ؟ فَقَالَ: "إِنَّ فِي
الْجَنَّةِ مائةَ دَرَجَةٍ، أعدَّها اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ،
بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، فَإِذَا
سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ.
وَأَعْلَى الْجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تُفَجَّر أَنْهَارُ
الْجَنَّةِ"
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan salat,
menunaikan zakat, dan puasa bulan Ramadan, maka sudah semestinya bagi Allah
memasukkannya ke dalam surga, baik ia hijrah di jalan Allah ataupun tetap
tinggal di tempat kelahirannya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,
bolehkah kami menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?" Rasulullah
Saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus derajat
(tingkatan) yang telah disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang berjihad
dijalan Allah; jarak antara tiap-tiap dua derajat sama dengan jarak antara
langit dan bumi. Apabila kalian memohon kepada Allah, mintalah kepadanya surga
Firdaus, karena sesungguhnya surga Firdaus adalah tengah-tengah surga dan surga
yang paling tinggi. Di atasnya terdapat Arasy Tuhan Yang Maha Pemurah, dan dari
surga Firdaus mengalirlah semua sungai surga.Diriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Ubadah, Mu'az, dan Abu Darda.
Dari Abu Sa'id Al-Khudri, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"يَا
أَبَا سعيد، من رضي بالله ربا، وبالإسلام دِينًا،
وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ" قَالَ: فَعَجِبَ لَهَا أَبُو
سَعِيدٍ فَقَالَ: أَعِدْهَا عليَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَفَعَلَ. ثُمَّ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَأُخْرَى يَرْفَعُ اللَّهُ
بِهَا الْعَبْدَ مِائَةَ دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ
كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ" قَالَ: وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"
Hai Abu Sa'id, barang siapa yang rela Allah sebagai Tuhannya, Islam
sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasul dan Nabi (panutannya), maka
pastilah ia masuk surga. Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa mendengar hal
itu Abu Sa'id merasa takjub, lalu bertanya, "Ulangilah lagi kepadaku, wahai
Rasulullah." Abu Sa'id mengucapkan demikian sebanyak tiga kali, kemudian baru
Rasulullah Saw. bersabda lagi: Dan yang lainnya lagi menyebabkan Allah
mengangkat seorang hamba karenanya seratus derajat (tingkatan) di dalam surga;
jarak antara tiap-tiap dua derajat sama dengan jarak antara langit dan bumi.
Abu Sa'id Al-Khudri bertanya, "Wahai Rasulullah, amalan apakah itu?"
Rasulullah Saw. menjawab: Berjihad di jalan Allah.Hadis riwayat Imam Muslim.
*******************
Firman Allah Swt.:
عَسَى
اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا
Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu.
(An-Nisa: 84)Yaitu berkat upayamu dalam mengobarkan semangat mereka untuk berjihad, maka bangkitlah semangat mereka untuk melawan musuh-musuh mereka, membela negeri Islam dan para pemeluknya, serta berjuang melawan mereka dengan penuh keteguhan dan kesabaran.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَاللَّهُ
أَشَدُّ بَأْساً وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا
Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan-(Nya). (An-Nisa:
84)Artinya, Dia berkuasa terhadap mereka di dunia dan di akhirat. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
ذلِكَ
وَلَوْ يَشاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلكِنْ لِيَبْلُوَا بَعْضَكُمْ
بِبَعْضٍ
Demikianlah, apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan
mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang
lain. (Muhammad: 4), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{مَنْ
يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا}
Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh
bagian (pahala) darinya.(An-Nisa: 85) Maksudnya, barang siapa yang berupaya dalam suatu urusan, lalu ia menghasilkan hal yang baik darinya, maka dia memperoleh bagian darinya.
{وَمَنْ
يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا}
Dan barang siapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan memikul
bagian (dosa) darinya. (An-Nisa: 85) Yakni dia memperoleh dosa dari urusan tersebut yang diupayakannya dan telah diniatkannya sejak semula. Seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Nabi Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
"اشْفَعُوا
تُؤْجَرُوا وَيَقْضِي اللَّهُ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ مَا
شَاءَ".
Berikanlah syafaat, niscaya kamu beroleh pahala, dan Allah memutuskan
melalui lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki-Nya.Mujahid ibnu Jabr mengatakan bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan syafaat orang-orang yang diberikan oleh sebagian dari mereka untuk sebagian yang lain.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan firman Allah Swt.: Barang siapa yang memberikan syafaat. (An-Nisa: 85) Dalam ayat ini tidak disebutkan barang siapa yang beroleh syafaat.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَكانَ
اللَّهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتاً
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (An-Nisa: 85)Menurut Ibnu Abbas, Ata, Atiyyah, Qatadah, dan Matar Al-Warraq, yang dimaksud dengan {مُقِيتًا} ialah Yang Maha Memelihara.
Menurut Mujahid, lafaz {مُقِيتًا} artinya Maha Menyaksikan. Menurut riwayat yang lain darinya, makna yang dimaksud ialah Maha Menghitung.
Sa'id ibnu Jubair, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang Mahakuasa.
Menurut Abdullah ibnu Kasir, makna yang dimaksud ialah Yang Maha Mengawasi.
Menurut Ad-Dahhak, al-muqit artinya Yang Maha Memberi Rezeki.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahim ibnu Mutarrif, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Ismail, dari seorang lelaki, dari Abdullah ibnu Rawwahah, bahwa ia pernah ditanya oleh seorang lelaki tentang makna firman-Nya: Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (An-Nisa: 85) Maka ia menjawab bahwa Allah membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَإِذا
حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْها أَوْ رُدُّوها
Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). (An-Nisa: 86)Apabila seorang muslim mengucapkan salam kepada kalian, maka balaslah salamnya itu dengan salam yang lebih baik darinya, atau balaslah ia dengan salam yang sama. Salam lebihan hukumnya sunat, dan salam yang semisal hukumnya fardu.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي مُوسَى بْنُ سَهْلٍ الرَّمْلِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ السَّري الْأَنْطَاكِيُّ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ لَاحِقٍ، عَنْ
عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدي، عَنْ سَلْمَانَ
الْفَارِسِيِّ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "وَعَلَيْكَ
السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ". ثُمَّ أَتَى آخر فَقَالَ:
السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَعَلَيْكَ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ". ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ فَقَالَ لَهُ: "وَعَلَيْكَ"
فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، أَتَاكَ
فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَسَلَّمَا عَلَيْكَ فَرَدَدْتَ عَلَيْهِمَا أَكْثَرَ مِمَّا
رَدَدْتَ عَلَيَّ. فَقَالَ: "إِنَّكَ لَمْ تَدَعْ لَنَا شَيْئًا، قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى: {وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ
رُدُّوهَا} فَرَدَدْنَاهَا عَلَيْكَ".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Sahl
Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnus Sirri Al-Intaki, telah
menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Lahiq, dari Asim Al-Ahwal, dari Abu Usman
An-Nahdi, dari Salman Al-Farisi yang menceritakan bahwa ada seorang lelaki
datang kepada Nabi Saw., lalu ia mengucapkan, "Assalamu 'alaika, ya
Rasulullah (semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu, wahai Rasulullah)."
Maka Rasulullah Saw. menjawab: Semoga keselamatan dan rahmat Allah
terlimpahkan atas dirimu. Kemudian datang pula lelaki yang lain dan
mengucapkan, "Assalamu 'alaika, ya Rasulullah, warahmatullahi (semoga
keselamatan dan rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, wahai Rasulullah)." Maka
beliau Saw. menjawab: Semoga keselamatan dan rahmat serta berkah Allah
terlimpahkan atas dirimu. Lalu datang lagi lelaki yang lain dan
mengucapkan, "Assalamu 'alaika, ya Rasulullah, warahmatullahi wabarakatuh
(semoga keselamatan, rahmat Allah, dan berkah-Nya terlimpahkan kepadamu, wahai
Rasulullah)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hal yang sama semoga
terlimpahkan kepadamu. Maka lelaki yang terakhir ini bertanya, "Wahai
Nabi Allah, demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, telah datang kepadamu si
anu dan si anu, lalu keduanya mengucapkan salam kepadamu dan engkau menjawab
keduanya dengan jawaban yang lebih banyak dari apa yang engkau jawabkan
kepadaku." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Karena sesungguhnya engkau tidak
menyisakannya buatku barang sedikit pun, Allah Swt. telah berfirman,
"Apabila kalian diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah
penghormatan itu (dengan yang serupa). (An-Nisa: 86)," maka aku
menjawabmu dengan salam yang serupa.Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim secara mu'allaq. Untuk itu ia mengatakan, telah diriwayatkan dari Ahmad ibnul Hasan dan Imam Turmuzi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnus Sirri Abu Muhammad Al-Intaki, bahwa Abul Hasan (seorang lelaki yang saleh) mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Lahiq, lalu ia mengetengahkan berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.
Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Abdul Baqi ibnu Qani', telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Lahiq Abu Usman, lalu ia mengetengahkan hadis yang semisal, tetapi aku tidak melihatnya di dalam kitab musnad.
Hadis ini mengandung makna yang menunjukkan bahwa tidak ada tambahan dalam jawaban salam yang bunyinya mengatakan, "Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Seandainya disyariatkan salam yang lebih banyak dari itu, niscaya Rasulullah Saw. menambahkannya.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ -أَخُو سُلَيْمَانَ بْنِ
كَثِيرٍ -حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ عَوْفٍ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ
العُطَاردي، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَين؛ أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَرَدَّ
عَلَيْهِ ثُمَّ جَلَسَ، فَقَالَ: "عَشْرٌ". ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: "السَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَرَدَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ جَلَسَ، فَقَالَ:
"عِشْرُونَ". ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ. فَرَدَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ جَلَسَ، فَقَالَ:
"ثَلَاثُونَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir
(saudara lelaki Sulaiman ibnu Kasir), telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Sulaiman, dari Auf, dari Abu Raja Al-Utaridi, dari Imran ibnul Husain yang
menceritakan bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., lalu
mengucapkan, "Assalamu 'al'aikum, ya Rasulullah," lalu Rasulullah Saw.
menjawabnya dengan jawaban yang sama, kemudian beliau duduk dan bersabda,
"Sepuluh." Kemudian datang lelaki lainnya dan mengucapkan, "Assalamu
'alaikum warahmatullahi, ya Rasulullah," lalu Rasulullah Saw. menjawabnya dengan
jawaban yang sama, kemudian duduk dan bersabda, "Dua puluh." Lalu datang
lelaki lainnya dan bersalam, "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," maka
Nabi Saw. membalasnya dengan salam yang serupa, kemudian duduk dan bersabda,
"Tiga puluh."Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, dari Muhammad ibnu Kasir. Imam Turmuzi mengetengahkannya, begitu pula Imam Nasai dan Al-Bazzar yang juga melalui hadis Muhammad ibnu Kasir. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib bila ditinjau dari sanadnya.
Dalam bab yang sama diriwayatkan pula hadis dari Abu Sa'id, Ali, dan Sahl ibnu Hanif. Al-Bazzar mengatakan bahwa hal ini telah diriwayatkan pula dari Nabi Saw. melalui berbagai jalur, dan hadis ini merupakan hadis yang paling baik sanadnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Abdur Rahman Ar-Rawasi, dari Al-Hasan ibnu Saleh, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Barang siapa yang mengucapkan salam kepadamu dari kalangan makhluk Allah, jawablah salamnya, sekalipun dia adalah seorang Majusi." Demikian itu karena Allah Swt. telah berfirman: maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). (An-Nisa: 86)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya. (An-Nisa: 86) Yakni kepada orang-orang muslim (yang bersalam kepadamu). atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). (An-Nisa: 86) ditujukan kepada kafir zimmi.
Akan tetapi, takwil ini masih perlu dipertimbangkan, atas dasar hadis di atas tadi yang menyatakan bahwa makna yang dimaksud ialah membalas salam penghormatan dengan yang lebih baik. Apabila seorang muslim mengucapkan salam penghormatan dengan lafaz salam yang maksimal dari apa yang disyariatkan, maka balasannya adalah salam yang serupa. Terhadap ahli zimmah (kafir zimmi), mereka tidak boleh dimulai dengan salam; dan jawaban terhadap mereka tidak boleh dilebihkan, melainkan hanya dibalas dengan yang singkat, seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا
سَلَّمَ عَلَيْكُمُ الْيَهُودُ فَإِنَّمَا يَقُولُ أَحَدُهُمْ: السَّامُّ عَلَيْكَ
فَقُلْ: وَعَلَيْكَ"
Apabila orang Yahudi mengucapkan salam kepada kalian, maka sebenarnya yang
diucapkan seseorang dari mereka adalah, "As-Samu'alaikum (kebinasaan semoga
menimpa kamu), maka katakanlah, "Wa'alaika (dan semoga kamu pun mendapat yang
serupa)."Di dalam Sahih Muslim disebut melalui Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
«لَا
تبدأوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ وَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فِي طَرِيقٍ
فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ»
Janganlah kalian memulai salam kepada orang Yahudi dan orang Nasrani, dan
apabila kalian bersua dengan mereka di jalan, maka desaklah mereka ke tempat
yang paling sempit.Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari seorang laki-laki, dari Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa salam hukumnya sunat, sedangkan menjawabnya adalah wajib.
Pendapat yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri ini juga dikatakan oleh semua ulama, bahwa menjawab salam hukumnya wajib bagi orang yang ditujukan salam kepadanya. Maka berdosalah dia jika tidak melakukannya, karena dengan begitu berarti dia telah melanggar perintah Allah yang ada di dalam firman-Nya: maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). (An-Nisa: 86)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud berikut sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا
تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا
وَلَا
تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا
أفلا أَدُلُّكُمْ
عَلَى أمر
إِذَا
فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ
؟ أَفْشُوا
السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
»
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian
tidak dapat masuk surga sebelum beriman, dan kalian belum beriman sebelum saling
mengasihi. Maukah aku tunjukkan kalian kepada suatu perkara; apabila kalian
melakukannya, niscaya kalian akan saling mengasihi, yaitu: "Tebarkanlah salam di
antara kalian."
*******************
Firman Allah Swt.:
اللَّهُ
لَا إِلهَ إِلَّا هُوَ
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. (An-Nisa: 87)merupakan pemberitahuan tentang keesaan-Nya dan hanya Dialah Tuhan semua makhluk. Ungkapan ini mengandung qasam (sumpah) bagi firman selanjutnya, yaitu:
{لَيَجْمَعَنَّكُمْ
إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ}
Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kalian di hari kiamat, yang tidak ada
keraguan padanya. (An-Nisa: 87)Huruf lam yang terdapat pada lafaz لَيَجْمَعَنَّكُمْ merupakan pendahuluan bagi qasam. Dengan demikian, maka firman-Nya: Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. (An-Nisa: 87) merupakan kalimat berita dan sekaligus sebagai sumpah yang menyatakan bahwa Dia kelak akan menghimpun semua manusia dari yang awal hingga yang terakhir di suatu padang (mahsyar), yakni pada hari kiamat nanti. Lalu Dia memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal sesuai dengan amalnya masing-masing.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَمَنْ
أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثاً
Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah? (An-Nisa:
87)Yakni tiada seorang pun yang lebih benar daripada Allah dalam perkataan, berita, janji, dan ancaman-Nya. Maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Penguasa selain Dia.