Tafsir Surat Al-Isra, ayat 44
{تُسَبِّحُ
لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا
يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ
حَلِيمًا غَفُورًا (44) }
Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di
dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Tujuh langit dan bumi bertasbih menyucikan Allah. dan semua yang ada di
dalamnya. (Al-Isra: 44) Yakni semua makhluk yang ada di langit dan di bumi
menyucikan Allah, mengagungkan, memuliakan, dan membesarkan-Nya dari apa yang
dikatakan oleh orang-orang musyrik itu. Dan semuanya mempersaksikan keesaan
Allah sebagai Rabb dan Tuhan mereka.
فَفي
كُلّ شَيءٍ لَهُ آيَةٌ ...
تَدُلُّ عَلى أنَّه وَاحِدٌ ...
Dalam segala sesuatu terdapat tanda
kekuasaan-Nya yang menunjukkan bahwa Dia adalah Maha Esa.
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan Allah dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{تَكَادُ
السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ
هَدًّا * أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا }
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan
gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah
mempunyai anak. (Maryam: 90-91)
قَالَ
أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ،
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حدثنا مسكين ابن مَيْمُونٍ مُؤَذِّنُ مَسْجِدِ
الرَّمْلَةِ، حَدَّثَنَا عُرْوَةُ بْنُ رُوَيم، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ
قُرْطٍ؛ أَنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم لَيْلَةَ
أُسْرِيَ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى، كَانَ بَيْنَ الْمَقَامِ وَزَمْزَمَ،
جِبْرِيلُ عَنْ يَمِينِهِ وَمِيكَائِيلُ عَنْ يَسَارِهِ، فَطَارَ بِهِ حَتَّى
بَلَغَ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ، فَلَمَّا رَجَعَ قَالَ: سَمِعْتُ تَسْبِيحًا فِي
السَّمَاوَاتِ الْعُلَى مَعَ تَسْبِيحٍ كَثِيرٍ: سَبَّحَتِ السَّمَاوَاتُ الْعُلَى
مِنْ ذِي الْمَهَابَةِ مُشْفِقَاتٍ لِذِي الْعُلُوِّ بِمَا عَلَا سُبْحَانَ
الْعَلِيِّ الْأَعْلَى، سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu
Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman ibnu Maimun (Juru azan Masjid Ramlah), telah menceritakan
kepada kami Urwah ibnu Ruwayyim, dari Abdur Rahman ibnu Qart, bahwa Rasulullah
Saw. ketika akan menjalani Isra-Nya ke Masjidil Aqsa sedang berada di antara
Maqam Ibrahim dan sumur Zamzam. Malaikat Jibril berada di sebelah kanan, dan
Malaikat Mikail berada di sebelah kirinya. Lalu keduanya membawa Nabi Saw.
terbang sampai ke langit yang ketujuh. Ketika Nabi Saw. kembali (ke bumi),
beliau bersabda: Saya mendengar suara bacaan tasbih di langit yang tertinggi
bersamaan dengan suara tasbih (para malaikat) yang sangat banyak. Semua
penduduk langit tertinggi bertasbih menyucikan nama Tuhan Yang memiliki pengaruh
karena takut kepada Tuhan yang memiliki kekuasaan Yang Mahatinggi, Mahasuci
Tuhan Yang Mahatinggi, Mahasuci Dia dan Mahatinggi.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ
مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ}
Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya.
(Al-Isra: 44)
Maksudnya, tiada suatu makhluk pun melainkan bertasbih dengan memuji nama
Allah.
{وَلَكِنْ
لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ}
tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka, (Al-Isra: 44)
Yakni kalian, hai manusia, tidak mengerti tasbih mereka, karena mereka
mempunyai bahasa yang berbeda dengan bahasa kalian. Pengertian ayat ini mencakup
keseluruhan makhluk, termasuk hewan, benda-benda padat, dan tumbuh-tumbuhan.
Demikianlah menurut pendapat yang terkenal di antara dua pendapat yang ada. Di
dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan,
"Kami mendengar tasbih makanan ketika sedang disantap."
Di dalam hadis Abu Zar r.a. disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah mengambil
beberapa batu kerikil dan dipegangnya, maka beliau mendengar suara tasbih
batu-batu kerikil itu mirip dengan suara rintihan pohon kurma. Hal yang sama
pernah terjadi di tangan Abu Bakar, Umar, dan Usman —semoga Allah melimpahkan
rida-Nya pada mereka— seperti yang telah disebutkan di dalam hadis masyhur di
dalam kitab-kitab Musnad.
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ لَهيعة، حَدَّثَنَا زَبَّان، عَنْ سَهْلِ
بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ مَرّ عَلَى قَوْمٍ وَهُمْ
وُقُوفٌ عَلَى دَوَابٍّ لَهُمْ وَرَوَاحِلَ، فَقَالَ لَهُمْ: "ارْكَبُوهَا
سَالِمَةً، وَدَعُوهَا سَالِمَةً، وَلَا تَتَّخِذُوهَا كَرَاسِيَّ لِأَحَادِيثِكُمْ
فِي الطُّرُقِ وَالْأَسْوَاقِ، فَرُبَّ مَرْكُوبَةٍ خَيْرٌ مِنْ رَاكِبِهَا،
وَأَكْثَرُ ذِكْرًا لِلَّهِ مِنْهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Zaban,
dari Sahl ibnu Mu'az, dari Ibnu Anas dari ayahnya r.a., dari Rasulullah Saw.
Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menjumpai suatu kaum, saat itu mereka sedang
duduk bertengger di atas hewan-hewan kendaraan mereka (dalam keadaan berhenti
sambil mengobrol dengan temannya masing-masing). Maka Rasulullah Saw. bersabda
kepada mereka: Kendarailah kendaraan kalian dengan baik-baik, dan
lepaskanlah (istirahatkanlah) kendaraan kalian dengan baik-baik, dan
janganlah kalian menjadikan kendaraan kalian sebagai kursi bagi obrolan kalian
di jalan-jalan dan pasar-pasar, karena banyak kendaraan yang lebih baik
daripada pengendaranya dan lebih banyak berzikir kepada Allah
daripadanya.
Di dalam kitab Sunnah Imam Nasai disebutkan melalui Abdullah ibnu Amr
yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. melarang membunuh katak, lalu beliau
bersabda:
"نَقِيقُهَا
تَسْبِيحٌ"
Suara katak adalah tasbihnya.
Qatadah telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Ubay, dari Abdullah ibnu Amr,
bahwa apabila seseorang mengucapkan, "Tidak ada Tuhan selain Allah," maka hal
ini merupakan kalimat ikhlas yang Allah tidak akan menerima amal seseorang
sebelum ia mengucapkannya. Dan apabila seseorang mengucapkan, "Segala puji bagi
Allah," maka hal ini merupakan kalimat syukur yang sama sekali Allah tidak
membalas pahala hamba-Nya sebelum si hamba mengucapkannya. Dan apabila seseorang
mengucapkan, "Allah Maha Besar," maka kalimat ini memenuhi segala sesuatu yang
ada di antara langit dan bumi. Dan apabila ia mengucapkan, "Mahasuci Allah,"
maka hal ini merupakan doa semua makhluk, yang tidak sekali-kali seseorang dari
makhluk Allah mendoa dengannya melainkan Allah mengakuinya sebagai doa dan
tasbih. Dan apabila seseorang mengucapkan, "Tidak ada daya dan tidak ada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah," maka Allah Swt. berfirman,
"Hamba-Ku telah Islam dan berserah diri."
قَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، سَمِعْتُ
الصَّقْعَبَ بْنَ زُهير [يُحَدِّثُ] عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ
يَسَارٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى الله
عليه وسلم أعرابيّ عليه جبة مِنْ
طَيَالِسَةٍ مَكْفُوفَةٌ بِدِيبَاجٍ -أَوْ: مُزَوَّرَةٌ بِدِيبَاجٍ -فَقَالَ: إِنَّ
صَاحِبَكُمْ هَذَا يُرِيدُ أَنْ يَرْفَعَ كُلَّ رَاعٍ ابْنِ رَاعٍ، وَيَضَعَ كُلَّ
رَأْسٍ ابْنِ رَأْسٍ. فَقَامَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مُغْضَبًا، فَأَخَذَ بِمَجَامِعِ جُبَّتِهِ فَاجْتَذَبَهُ، فَقَالَ: "لَا
أَرَى عَلَيْكَ ثِيَابَ مَنْ لَا يَعْقِلُ". ثُمَّ رَجَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ فَقَالَ: "إِنَّ نُوحًا، عَلَيْهِ السَّلَامُ،
لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، دَعَا ابْنَيْهِ فَقَالَ: إِنِّي قَاصٌّ عَلَيْكُمَا
الْوَصِيَّةَ: آمُرُكُمَا بِاثْنَتَيْنِ وَأَنْهَاكُمَا عَنِ اثْنَتَيْنِ:
أَنْهَاكُمَا عَنِ الشِّرْكِ بِاللَّهِ وَالْكِبْرِ، وَآمُرُكُمَا بِلَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ، فَإِنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَوْ
وُضِعَتْ فِي كِفَّةِ الْمِيزَانِ، وَوُضِعَتْ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" فِي
الْكِفَّةِ الْأُخْرَى، كَانَتْ أَرْجَحَ، وَلَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ والأرضِ
كَانَتَا حَلْقَةً، فَوُضِعَتْ "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ" عَلَيْهِمَا
لَفَصَمَتْهُمَا أَوْ لَقَصَمَتْهُمَا. وَآمُرُكُمَا بِسُبْحَانَ اللَّهِ
وَبِحَمْدِهِ، فَإِنَّهَا صَلَاةُ كُلِّ شَيْءٍ، وَبِهَا يُرْزَقُ كُلُّ
شَيْءٍ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah
menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia
pernah mendengar Mus'ab ibnu Zuhair menceritakan hadis berikut dari Zaid ibnu
Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr yang menceritakan bahwa
seorang Badui datang kepada Nabi Saw. dengan memakai jubah yang diberi hiasan
dengan kain sutera atau pinggirannya dihiasi dengan kain sutera. Lalu lelaki
Badui itu berkata, "Sesungguhnya teman kalian ini (Nabi Saw.) bermaksud akan
mengangkat martabat semua penggembala anak penggembala dan merendahkan semua
pemimpin anak pemimpin." Maka Nabi Saw. bangkit menuju ke tempat lelaki Badui
itu dan memegang jubahnya, lalu menariknya seraya bersabda, "Saya melihatmu
memakai pakaian orang yang tidak berakal." Kemudian Rasulullah Saw. kembali
ke tempat duduknya dan duduk lagi, lalu bersabda: Sesungguhnya Nuh a.s.
ketika menjelang ajalnya memanggil kedua putranya, lalu berwasiat, "Sesungguhnya
aku akan mengutarakan kepadamu wasiat berikut: Aku perintahkan kamu berdua untuk
mengerjakan dua perkara dan aku larang kamu melakukan dua perkara lainnya. Aku
larang kalian mempersekutukan Allah dan takabur (sombong). Dan aku
perintahkan kamu berdua membaca kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Karena
sesungguhnya langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya, jikalau
diletakkan pada salah satu sisi timbangan, lalu di sisi lainnya diletakkan
kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah', tentulah kalimah itu lebih berat. Dan
seandainya langit dan bumi kedua-duanya dijadikan satu, lalu diletakkan padanya
kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah', niscaya kalimah itu akan memotongnya
atau membuatnya terbelah. Dan aku perintahkan kamu berdua untuk membaca
'Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya', karena sesungguhnya kalimah ini
merupakan doa semua makhluk, dan karenanya segala sesuatu (semua makhluk)
mendapat rezekinya.”
Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Sulaiman ibnu Harb, dari Ham-madah ibnu
Zaid, dari Mus'ab ibnu Zuhair dengan sanad yang sama, tetapi lafaznya lebih
panjang daripada lafaz di atas. Imain Ahmad meriwayatkan hadis ini secara
munfarid.
وَقَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي نَصْرُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأوْدِيّ، حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَعْلى، عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ،
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشَيْءٍ أَمَرَ
بِهِ نُوحٌ ابْنَهُ؟ إِنَّ نُوحًا، عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ لِابْنِهِ: يَا
بُنَيَّ، آمُرُكَ أَنْ تَقُولَ: "سُبْحَانَ اللَّهِ"، فَإِنَّهَا صَلَاةُ الْخَلْقِ
وَتَسْبِيحُ الْخَلْقِ، وَبِهَا يُرْزَقُ الْخَلْقُ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى:
{وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ}
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Nasr ibnu Abdur Rahman
Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ya'la, dari Musa ibnu
Ubaidah, dari Zaid ibnu Aslam, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Maukah aku ceritakan kepada kalian
sesuatu yang diperintahkan oleh Nuh kepada anaknya? Yaitu sesungguhnya Nabi Nuh
a.s. mengatakan kepada anaknya, "Hai anakku, aku perintahkan kamu untuk membaca
Subhanallah (Mahasuci Allah), karena sesungguhnya kalimah ini merupakan
doa makhluk; juga tasbih makhluk, karena berkat kalimah ini makhluk diberi
rezeki. Allah Swt. telah berfirman: Dan tak ada suatu pun melainkan
bertasbih dengan memujinya. (Al-Isra: 44)
Sanad hadis ini mengandung ke-daif-an, karena Al-Audi orangnya dinilai
daif oleh kebanyakan ulama hadis.
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan tak ada suatu
pun melainkan bertasbih dengan memujinya. (Al-Isra: 44) bahwa tiang
bertasbih dan pohon-pohonan bertasbih.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa deritan pintu adalah tasbihnya, dan
gemerciknya suara air adalah tasbihnya. Allah Swt. telah berfirman: Dan tak
ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya. (Al-Isra: 44)
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Ibrahim, bahwa makanan
pun bertasbih. Pendapat ini berpegang kepada sebuah ayat sajdah yang ada di
dalam surat Al-Hajj.
Ulama lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya tasbih itu hanya dilakukan oleh
makhluk yang bernyawa, yakni termasuk pula hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tak ada suatu
pun melainkan bertasbih dengan memujinya. (Al-Isra: 44) Segala sesuatu yang
hidup bertasbih, termasuk tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya yang hidup.
Al-Hasan dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan
tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya. (Al-Isra:
44) Keduanya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah segala sesuatu yang
bernyawa.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Humaid,
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih dan Zaid ibnu Hubab; keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Jarir Abul Khattab yang mengatakan
bahwa ketika kami sedang bersama Yazid Ar-Raqqasyi —yang saat itu ditemani oleh
Al-Hasan dalam suatu jamuan makan— lalu mereka menghidangkan piring besar (yang
terbuat dari kayu). Maka Yazid Ar-Raqqasyi berkata, "Hai Abu Sa'd, apakah piring
ini bertasbih?" Maka Al-Hasan menjawab, "Ia pernah bertasbih sekali."
Seakan-akan Al-Hasan berpendapat bahwa ketika kayu itu masih dalam bentuk pohon
dan hidup, ia bertasbih. Tetapi setelah dipotong sehingga menjadi kayu dan
mati, maka tasbihnya berhenti.
Barangkali pendapat ini merujuk kepada suatu hadis yang diriwayatkan melalui
Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. melewati dua buah kuburan, lalu beliau
bersabda:
"إِنَّهُمَا
لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا
يَسْتَتر مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ".
ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً، فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ، ثُمَّ غَرَزَ فِي كُلِّ
قَبْرٍ وَاحِدَةً، ثُمَّ قَالَ: "لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ
يَيْبَسَا".
Sesungguhnya keduanya sedang disiksa dan bukanlah keduanya disiksa karena
dosa besar. Salah seorang di antara keduanya tidak pernah membersihkan diri
setelah buang air kecil, sedangkan yang lainnya gemar mengadu domba. Setelah
itu Nabi Saw. mengambil sebuah pelepah kurma, lalu membelahnya menjadi dua,
kemudian menanamkannya pada masing-masing dari dua kuburan tersebut. Dan setelah
itu beliau Saw. bersabda: Mudah-mudahan siksaan diringankan dari keduanya
selagi kedua pelepah kurma ini belum kering.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab
sahih masing-masing. Sebagian ulama yang membahas hadis ini mengatakan bahwa
sesungguhnya Nabi Saw. mengatakan, "Selagi kedua pelepah kurma ini belum
kering," karena keduanya tetap bertasbih selagi masih hijau warnanya; dan
apabila telah kering, maka berhentilah tasbihnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{إِنَّهُ
كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا}
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra:
44)
Dengan kata lain, sesungguhnya Allah tidak menyegerakan hukumanNya terhadap
orang yang durhaka kepada-Nya, melainkan menangguhkannya dan memberinya
kesempatan untuk bertobat. Apabila ternyata orang yang bersangkutan masih tetap
pada kekafirannya dan tetap ingkar, maka barulah Allah menghukumnya sebagai
pembalasan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Di dalam kitab
Sahihain disebutkan oleh salah satu hadisnya bahwa:
"إِنَّ
اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ، حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ". ثُمَّ
قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ
رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}
الآية،
Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan masa tangguh kepada orang yang
zalim; sehingga manakala Allah mengazab-nya, Allah tidak membiarkannya luput
(dari azab-Nya). Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan
begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat
zalim. (Hud: 102), hingga akhir ayat.
{وَكَأَيِّنْ
مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ
الْمَصِيرُ}
Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan azab-(Ku)
kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim. (Al-Hajj: 48), hingga akhir
ayat.
Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya
dalam keadaan zalim. (Al-Hajj: 45)
Dan barang siapa yang menghentikan perbuatan kufur dan maksiatnya, lalu ia
kembali kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, maka Allah pun akan menerima
tobatnya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَمَنْ
يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ
غَفُورًا رَحِيمًا}
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya' dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah. (An-Nisa: 110), hingga akhir ayat.
Dan dalam ayat surat ini Allah Swt. berfirman:
{إِنَّهُ
كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا}
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra:
44)
Dalam surat Fafir disebutkan oleh firman-Nya:
{إِنَّ
اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ أَنْ تَزُولا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ
أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا
غَفُورًا}
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan
sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan
keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun. (Fathir: 41)
sampai dengan firman-Nya:
وَلَوْ
يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia. (Fathir: 45), hingga akhir
surat.