Tafsir Surat Thaha, ayat 1-8
{طه
(1) مَا أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى (2) إِلا تَذْكِرَةً لِمَنْ
يَخْشَى (3) تَنزيلا مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا (4)
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (5) لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى (6) وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ
فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى (7) اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ
الأسْمَاءُ الْحُسْنَى (8) }
Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini
kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang
takut (kepada Allah), yaitu diturunkan
dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Tuhan
Yang Maha Pemurah,. Yang bersemayam di atas Arasy. Kepunyaan-Nyalah semua yang
ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang
di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia
mengetahui rahasia yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan
(yang barhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai Al-asma-ul husna
(nama-nama yang baik).
Pembahasan mengenai huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan
surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan di dalam permulaan tafsir surat
Al-Baqarah. Jadi tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu
Muhammad ibnu Syaibah Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad
Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Salim Al-Aftas, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Thaha artinya
'hai lelaki!'. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Sa'id
ibnu Jubair, Ata, Muhammad ibnu Ka'b, Abu Malik, Atiyyah Al-Aufi, Al-Hasan,
Qatadah, Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Ibnu Abza. Mereka semua mengatakan bahwa
Thaha artinya 'hai lelaki!'.
Menurut riwayat yang lain dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, dan As-Sauri,
Thaha adalah suatu kalimat dengan bahasa Nabat yang artinya 'hai
lelaki'!.
Abu Saleh mengatakan bahwa Thaha adalah kalimat yang telah diarahkan
dari bahasa lain.
Al-Qadi Iyad di dalam kitabnya Asy-Syifa telah meriwayatkan melalui
jalur Abdu ibnu Humaid di dalam kitab tafsirnya, bahwa telah menceritakan kepada
kami Hasyim ibnul Qasim. Dari Ibnu Ja'far, dari Ar-Rabi' ibnu Anas yang
mengatakan bahwa Nabi Saw. apabila hendak salat beliau berdiri dengan satu kaki,
sedangkan kaki lainnya diangkat. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya:
Thaha. (Thaha: 1) Yakni hai Muhammad, jejakkanlah kedua kakimu ke bumi.
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.
(Thaha: 2) Kemudian Al-Qadi Iyad mengatakan, "Tidak samar lagi bahwa sikap
tersebut mengandung pengertian yang menunjukkan penghormatan dan etika yang
baik."
*******************
Firman Allah Swt.:
{مَا
أَنزلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى}
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.
(Thaha: 2)
Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa ketika Allah Swt.
menurunkan Al-Qur'an kepada Rasul-Nya, dan Rasul beserta para sahabatnya
mengamalkannya, maka orang-orang musyrik berkata bahwa tidak sekali-kali Allah
menurunkan Al-Qur'an ini kepada Muhammad melainkan agar dia menjadi susah. Maka
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini
kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang
yang takut (kepada Allah). (Thaha: 1-3)
Padahal duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang didugakan
oleh orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur'an, bahkan barang siapa yang
di beri ilmu oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menghendaki baginya kebaikan
yang banyak, dan ilmu itu adalah wahyu Al-Qur'an. Seperti yang telah disebutkan
di dalam kitab Sahihain melalui Mu'awiyah, bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda.
"مَنْ
يُرد اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهُهُ فِي الدِّينِ".
Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah menjadikannya
pandai dalam agama.
Alangkah baiknya hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani
sehubungan dengan hal ini. Ia mengatakan:
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ زُهَيْرٍ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ سَالِمٍ، حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ الطَّالَقَانِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ،
عَنْ سِمَاك بْنِ حَرْبٍ، عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "يقول اللَّهُ تَعَالَى لِلْعُلَمَاءِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا قَعَدَ عَلَى كُرْسِيِّهِ لِقَضَاءِ عِبَادِهِ: إِنِّي
لَمْ أَجْعَلْ عِلْمِي وَحِكْمَتِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ أَغْفِرَ
لَكُمْ عَلَى مَا كَانَ مِنْكُمْ، وَلَا أُبَالِي"
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada
kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibrahim At-Taliqani,
telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Sufyan, dari Sammak ibnu
Harb, dari Sa'labah ibnul Hakam yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Allah Swt. berfirman kepada para ulama kelak di hari kiamat, yaitu
bilamana Dia telah duduk di atas Kursi-Nya untuk menjalankan peradilan terhadap
hamba-hamba-Nya, "Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menganugerahkan ilmu dan
hikmah-Ku kepada kalian, melainkan dengan maksud Aku hendak memberikan ampunan
kepada kalian terhadap semua (dosa) yang kalian lakukan tanpa
peduli.”
Sanad hadis berpredikat jayyid (baik), dan Sa'labah ibnul Hakam yang
disebutkan dalam sanad hadis adalah Al-Laisi, disebutkan dengan sebutan yang
baik oleh Abu Amr di dalam kitab Isti'ab-nya. Ia mengatakan bahwa ia
tinggal di Basrah, kemudian pindah ke Kufah; dan telah mengambil riwayat darinya
Sammak ibnu Harb.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak
menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Ayat
ini semakna dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
{فَاقْرَءُوا
مَا تَيَسَّرَ مِنَ}
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an.
(Al-Muzzammil: 20)
Tersebutlah bahwa sebelumnya mereka menggantungkan tali pada dada mereka
dalam salatnya (agar jangan mengantuk).
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami tidak
menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah. (Thaha: 2) Tidak,
demi Allah, Allah tidak menjadikan Al-Qur'an baginya sebagai kesusahan. Tetapi
Allah menjadikannya sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk ke surga.
{إِلا
تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى}
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).
(Thaha: 3)
Sesungguhnya Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an)-Nya dan mengutus
Rasul-Nya sebagai rahmat buat hamba-hamba-Nya, agar orang ingat kepada-Nya, dan
mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah. Al-Qur'an
adalah peringatan yang diturunkan oleh Allah, di dalamnya disebutkan halal dan
haram.
*******************
Firman Allah Swt.:
{تَنزيلا
مِمَّنْ خَلَقَ الأرْضَ وَالسَّمَاوَاتِ الْعُلا}
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.
(Thaha: 4)
Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu, hai Muhammad, adalah dari Tuhanmu, Tuhan
segala sesuatu dan Yang Memilikinya serta Yang Mahakuasa atas apa yang
dikehendaki-Nya. Dialah yang menciptakan bumi yang datar lagi padat (tebal), dan
Dialah yang menciptakan langit yang tinggi lagi lembut (tidak kelihatan)
Di dalam hadis yang dinilai sahih oleh Imam Turmuzi dan lain-lainnya
disebutkan bahwa ketebalan setiap langit sama dengan jarak perjalanan lima ratus
tahun. Dan antara permukaan suatu langit ke langit yang lainnya sama dengan
jarak perjalanan lima ratus tahun.
Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah mengetengahkan Hadisul Au’lai
melalui riwayat Al-Abbas, paman Rasulullah.
*******************
Firman Allah Swt.:
{الرَّحْمَنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah Yang istiwa di atas 'Arasy. (Thaha:
5)
Mengenai pembahasan makna istiwa telah disebutkan di dalam surat
Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam surat ini. Dan pemahaman yang
lebih aman dalam mengartikan makna lafaz ini (yang menurut makna asalnya ialah
bersemayam) adalah menurut pemahaman ulama Salaf, yaitu memberlakukan makna hal
yang seperti ini dari KitabulIah maupun sunnah Rasul Saw. dengan
pengertian yang tidak dibarengi dengan penggambaran, tidak diselewengkan, tidak
diserupakan, tidak dikurangi, tidak pula dimisalkan.
*******************
Firman Allah Swt.:
{لَهُ
مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ
الثَّرَى}
Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit dan yang di bumi, semua yang di
antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6)
Yakni semua adalah milik Allah, berada dalam genggaman kekuasaanNya, dan
berada dalam pengaturan-Nya, kehendak dan keinginan serta hukum-Nya. Dialah Yang
Menciptakan semuanya, Yang Memilikinya, dan yang menjadi Tuhannya; tiada Tuhan
selain Dia.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا
تَحْتَ الثَّرَى}
dan semua yang di bawah tanah. (Thaha: 6)
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah semua yang ada
di bawah bumi lapis ketujuh.
Al-Auza'i mengatakan, sesungguhnya Yahya ibnu Abu Kasir pernah menceritakan
kepadanya bahwa Ka'b pernah ditanya, "Apakah yang ada di bawah bumi ini?" Ka'b
menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b
menjawab.”Tanah." Ditanyakan lagi.”Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b
menjawab, "Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab,
"Tanah." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab,
"Air." Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah."
Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Air."
Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah air?" Ka'b menjawab, "Tanah."
Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah tanah?" Ka'b menjawab, "Batu besar."
Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah batu besar?" Ka'b menjawab,
"Malaikat". Ditanyakan lagi, "Apakah yang ada di bawah Malaikat?" Ka'b menjawab,
"Ikan yang menggantungkan buntutnya ke ' Arasy." Ditanyakan lagi, "Apakah yang
ada di bawah ikan itu?" Ka'b menjawab, "Udara dan kegelapan," lalu terputuslah
pengetahuannya sampai di sini.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ الله بن أخي بن وَهْبٍ، حَدَّثَنَا
عَمِّي، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيَّاش، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
سُلَيْمَانَ عَنْ دَرَّاج، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصَّدَفي، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْأَرَضِينَ بَيْنَ كُلِّ أَرْضٍ وَالَّتِي تَلِيهَا مَسِيرَةُ
خَمْسِمِائَةِ عَامٍ، وَالْعُلْيَا مِنْهَا عَلَى ظَهْرِ حُوتٍ، قَدِ الْتَقَى
طَرَفَاهُ فِي السَّمَاءِ، وَالْحُوتُ عَلَى صَخْرَةٍ، وَالصَّخْرَةُ بِيَدِ
الْمَلَكِ، وَالثَّانِيَةُ سِجْنُ الرِّيحِ، وَالثَّالِثَةُ فِيهَا حِجَارَةُ
جَهَنَّمَ، وَالرَّابِعَةُ فِيهَا كِبْرِيتُ جَهَنَّمَ، وَالْخَامِسَةُ فِيهَا
حَيَّاتُ جَهَنَّمَ وَالسَّادِسَةُ فِيهَا عَقَارِبُ جَهَنَّمَ، وَالسَّابِعَةُ
فِيهَا سَقَر، وَفِيهَا إِبْلِيسُ مُصَفّد بالحديد، يد أمامه ويد
خلفه، فَإِذَا
أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يُطْلِقَهُ لِمَا يَشَاءُ أَطْلَقُهُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidillah
keponakanku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Sulaiman, dari Darij, dari Isa ibnu Hilal As-Sadfi, dari Abdullah ibnu Amr yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya bumi itu
berlapis-lapis; jarak antara satu lapis dengan lapis lainnya sama dengan
perjalanan lima ratus tahun. Lapisan yang paling atas darinya berada di atas
punggung ikan besar yang kedua sisinya (ekor dan kepalanya) bertemu di langit,
sedangkan ikan itu berada di atas batu yang mahabesar, dan batu besar berada di
tangan malaikat. Lapis yang kedua adalah tempat penahanan angin, lapis yang
ketiga mengandung batu-batuan Jahanam, lapis yang keempat mengandung kibrit
(fosfor) neraka Jahanam, lapis yang kelima dihuni oleh ular-ular Jahanam, lapis
yang keenam dihuni oleh kalajengking Jahanam, dan lapis yang ketujuh terdapat
saqar dan juga iblis yang dibelenggu dengan besi; salah satu dari tangannya
dikedepankan, sedangkan yang satunya lagi dikebelakangkan; apabila Allah
bermaksud melepaskannya untuk sesuatu yang dikehendaki-Nya, maka Dia
melepaskannya."
Hadis ini berpredikat garib sekali. Mengenai predikat marfu'-nya
masih diragukan.
قَالَ
الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْهَرَوِيُّ،
عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ الْفَضْلِ [قَالَ] : قُلْتُ: ابْنُ الْفَضْلِ
الْأَنْصَارِيُّ؟ قَالَ: نَعَمْ، [عَنِ الْقَاسِمِ] بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كُنْتُ مَعَ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ،
فَأَقْبَلْنَا رَاجِعِينَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، فَنَحْنُ مُتَفَرِّقُونَ بَيْنَ
وَاحِدٍ وَاثْنَيْنِ، مُنْتَشِرِينَ، قَالَ: وَكُنْتُ فِي أَوَّلِ الْعَسْكَرِ:
إِذْ عَارَضَنَا رَجُلٌ فَسَلّم ثُمَّ قَالَ: أَيُّكُمْ مُحَمَّدٌ؟ وَمَضَى
أَصْحَابِي وَوَقَفْتُ مَعَهُ، فَإِذَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قد أَقْبَلَ فِي وَسَطِ العَسْكَر عَلَى جَمَلٍ أَحْمَرَ، مُقَنَّع
بِثَوْبِهِ عَلَى رَأْسِهِ مِنَ الشَّمْسِ، فَقُلْتُ: أَيُّهَا السَّائِلُ، هَذَا
رَسُولُ اللَّهِ قَدْ أَتَاكَ. فَقَالَ: أَيُّهُمْ هُوَ؟ فَقُلْتُ: صَاحِبُ البَكْر
الْأَحْمَرِ. فَدَنَا مِنْهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِ رَاحِلَتِهُ، فَكَفَّ عَلَيْهِ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فقال: أَنْتَ مُحَمَّدٌ؟
قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَكَ عَنْ خِصَالٍ، لَا
يَعْلَمُهُنَّ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ إِلَّا رَجُلٌ أَوْ رَجُلَانِ، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سَلْ عَمَّا شِئْتَ".
فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَيَنَامُ النَّبِيُّ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ". قَالَ:
صَدَقْتَ. ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مِنْ أَيْنَ يُشْبِهُ الْوَلَدُ أَبَاهُ
وَأُمَّهُ؟ قَالَ مَاءَ الرَّجُلِ أَبْيَضُ غَلِيظٌ، وَمَاءُ الْمَرْأَةِ أَصْفَرُ
رَقِيقٌ، فَأَيُّ الْمَاءَيْنِ غَلَبَ عَلَى الْآخَرِ نَزَعَ الْوَلَدُ". فَقَالَ
صَدَقْتَ. فَقَالَ: مَا لِلرَّجُلِ مِنَ الْوَلَدِ وَمَا لِلْمَرْأَةِ مِنْهُ؟
فَقَالَ: "لِلرَّجُلِ الْعِظَامُ وَالْعُرُوقُ وَالْعَصَبُ، وَلِلْمَرْأَةِ
اللَّحْمُ وَالدَّمُ وَالشَّعْرُ قَالَ: صَدَقْتَ. ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَا
تَحْتَ هَذِهِ، يَعْنِي الْأَرْضَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَلْقٌ". فَقَالَ: فَمَا تَحْتَهُمْ؟ قَالَ: "أَرْضٌ". قَالَ:
فَمَا تَحْتَ الْأَرْضِ؟ قَالَ "الْمَاءُ" قَالَ: فَمَا تَحْتَ الْمَاءِ؟ قَالَ:
"ظُلْمَةٌ". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الظُّلْمَةِ؟ قَالَ: "الْهَوَاءُ". قَالَ: فَمَا
تَحْتَ الْهَوَاءِ؟ قَالَ: "الثَّرَى". قَالَ: فَمَا تَحْتَ الثَّرَى؟ فَفَاضَتْ
عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْبُكَاءِ، وَقَالَ:
"انْقَطَعَ عِلْمُ الْمَخْلُوقِينَ عِنْدَ عِلْمِ الْخَالِقِ، أَيُّهَا السَّائِلُ،
مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ". قَالَ: فَقَالَ: صَدَقْتَ،
أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيُّهَا النَّاسُ، هَلْ تَدْرُونَ مَنْ هَذَا؟ " قَالُوا:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "هَذَا جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab Musnad-nya, bahwa telah
menceritakan kepada kami Abu Musa Al-Harawi, dari Al-Abbas ibnul Fadl. Abu Ya'la
bertanya, "Apakah dia adalah Ibnul Fadl Al-Ansari?" Abu Musa Al-Harawi menjawab,
"Ya." Dia meriwayatkan dari Al-Qasim yang mengatakan bahwa ia pernah bersama
Rasulullah Saw. dalam perang Tabuk. Ketika kaum muslim yang terlibat dalam
perang tabuk itu pulang di hari yang panas sekali, dan kaum muslim berjalan
secara berpencar. Perawi saat itu berada di bagian paling depan dari pasukan
kaum muslim. Tiba-tiba ada seorang lelaki berpapasan dengan kami, lalu lelaki
itu bertanya, "Siapakah di antara kalian yang bernama Muhammad?" Teman-temanku
meneruskan perjalanannya, sedangkan aku berhenti meladeni lelaki itu. Tiba-tiba
Rasulullah Saw. muncul di tengah pasukan kaum muslim dengan mengendarai unta
merah seraya menutupi kepalanya dari sengatan panas matahari yang terik. Lalu
saya berkata kepada lelaki itu, "Hai kamu yang bertanya, inilah Rasulullah Saw.
telah tiba menuju ke arahmu!" Lelaki itu bertanya, "Siapakah dia di antara
mereka?" Aku menjawab, "orang yang mengendarai unta merah." Lelaki itu
mendekatinya dan memegang tali kendali untanya. Maka unta yang dikendarai oleh
Nabi Saw. berhenti, dan lelaki itu bertanya, "Engkaukah yang bernama Muhammad?"
Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya aku hendak
bertanya kepadamu tentang beberapa perkara yang tiada seorang pun dari kalangan
penduduk bumi mengetahuinya kecuali hanya seorang atau dua orang saja."
Rasulullah Saw. bersabda, "Tanyakanlah apa yang kamu kehendaki!" Lelaki
itu berkata, "Hai Muhammad, apakah seorang nabi tidur?" Rasulullah Saw.
menjawab, "Kedua matanya tidur, tetapi hatinya tidak tidur." Si lelaki
berkata, "Engkau benar." Kemudian lelaki itu bertanya, "Hai Muhammad, mengapa
anak itu mirip ayahnya dan (adakalanya) mirip ibunya?" Rasulullah Saw. menjawab:
Air mani lelaki putih lagi kental, sedangkan air mani wanita kuning lagi
encer. Maka mana saja di antara kedua air mani itu yang mengalahkan lainnya,
anak tersebut akan lebih mirip kepadanya. Lelaki itu berkata, "Engkau
benar." Lalu ia bertanya, "Apa sajakah yang diciptakan dari air mani lelaki dan
air mani perempuan dalam tubuh anaknya?" Maka Rasulullah Saw. bersabda: Air
mani laki-laki membentuk tulang dan urat-urat serta otot-otot, sedangkan air
mani wanita membentuk daging, darah, dan rambut. Lelaki itu berkata, "Engkau
benar." Kemudian lelaki itu bertanya, "Hai Muhammad, apakah yang ada di bawah
tanah ini?" Rasulullah Saw. menjawab, "Makhluk." Lelaki itu bertanya, Di
bawah mereka itu ada apa?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bumi." Lelaki itu
bertanya, "Apakah yang ada di bawah bumi itu?" Rasulullah Saw. menjawab,
"Air." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah air itu?" Rasulullah
Saw. menjawab, "Kegelapan." Ia bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah
kegelapan itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Udara." Ia bertanya, "Apakah
yang ada di bawah udara itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bumi." Ia
bertanya, "Lalu apakah yang ada di bawah bumi itu?" Rasulullah Saw. menangis dan
bersabda, "Hanya sampai di situlah pengetahuan makhluk bila dibandingkan
dengan pengetahuan Pencipta. Hai orang yang bertanya, tidaklah orang yang
ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Lelaki itu berkata,
"Engkau benar, saya bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah." Maka Rasulullah
Saw. bersabda, "Hai manusia, tahukah kalian siapakah orang ini?" Mereka
menjawab," Hanya Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui." Rasulullah Saw.
bersabda,"Orang ini adalah Jibril a.s.
Hadis berpredikat garib sekali, dan konteksnya sangat aneh, ia hanya
diriwayatkan oleh Al-Qasim ibnu Abdur Rahman. Yahya ibnu Mu'in mengatakan
tentangnya, bahwa ia adalah orang yang tidak pantas menjadi rawi hadis. Abu
Hatim Ar-Razi menilainya daif; sedangkan menurut Ibnu Addi, Al-Qasim ibnu
Abdur Rahman adalah perawi yang tidak dikenal.
Menurut kami hadis ini bercampur aduk, sesuatu dimasukkan ke dalam sesuatu
yang lain, dan suatu hadis dimasukkan ke dalam hadis lainnya menjadi satu.
Dapat dikatakan bahwa perawinya sengaja melakukan pencampuradukan itu atau
memasukkan ke dalamnya sesuatu yang lain. Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui
kebenarannya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ
تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui
rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7)
Yakni Al-Qur'an ini diturunkan oleh Tuhan yang menciptakan bumi dan langit
yang tinggi, yang mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Perihalnya sama
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{قُلْ
أَنزلَهُ الَّذِي يَعْلَمُ السِّرَّ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ إِنَّهُ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا}
Katakanlah, "Al-Qur'an ini diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui
rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Al-Furqan: 6)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.
(Thaha: 7) Yang dimaksud dengan rahasia ialah apa yang disembunyikan oleh
anak Adam dalam hatinya, sedangkan yang lebih tersembunyi ialah apa yang tidak
diketahui oleh anak Adam, padahal ia yang mengerjakannya. Maka Allah mengetahui
kesemuanya itu. Pengetahuan Allah tentang apa yang telah berlalu dari hal ini
dan apa yang akan datang meliputi semuanya, dan semua makhluk bagi Allah dalam
hal ini sama dengan salah satu dari mereka. Seperti yang disebutkan oleh
Firman-Nya dalam ayatyang lain, yaitu:
{مَا
خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ}
Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur)
itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu
jiwa saja. (Luqman: 28)
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia mengetahui
rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Arti sirr ialah
sesuatu yang dibicarakan olehmu dalam dirimu, sedangkan akhfa ialah
sesuatu yang belum kamu bicarakan dalam dirimu.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan, "Anda mengetahui apa yang Anda rahasiakan hari
ini, tetapi Anda tidak akan mengetahui apa yang bakal Anda rahasiakan keesokan
harinya. Allah mengetahui apa yang Anda rahasiakan hari ini dan apa yang akan
Anda rahasiakan keesokan harinya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Akhfa" bahwa
yang dimaksud dengannya ialah bisikan hati. Dan ia serta Sa'id ibnu Jubair
mengatakan pula bahwa akhfa artinya sesuatu yang dilakukan oleh manusia
tanpa diniatkannya dahulu dalam hatinya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{اللَّهُ
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى}
Dialah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai asma-ul husna
(nama-nama yang baik). (Thaha: 8)
Yakni Tuhan Yang menurunkan Al-Qur'an kepadamu. Dialah Allah Yang tidak ada
Tuhan selain Dia Yang mempunyai nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang tinggi.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan asma-ul husna ini berikut
keterangannya, yaitu dalam tafsir ayat-ayat terakhir dari surat
Al-A'raf.