Tafsir Surat An-Nur, ayat 20-21
{وَلَوْلا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (20) يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ
يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (21)
}
Dan sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan
rahmat-Nya kepada kalian semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang,
(niscaya kalian akan ditimpa azab yang
besar). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْلا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ}
Dan sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian
semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang. (An-Nur: 20)
Yakni tentulah akan terjadi hal yang lain. Tetapi Allah Swt. Maha Pengasih
kepada hamba-hamba-Nya lagi Maha Penyayang kepada mereka, maka Dia menerima
tobat orang yang mau bertobat kepada-Nya dari masalah berita bohong ini, dan
menyucikan orang yang disucikan dari mereka melalui hukuman had yang
ditegakkan terhadapnya. Kemudian Allah Swt. berfirman:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah
setan. (An-Nur: 21)
Yaitu jalan-jalan setan, sepak terjangnya, serta apa yang dianjurkan
olehnya.
{وَمَنْ
يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ}
Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan
itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. (An-Nur:
21)
Di dalam ungkapan ayat ini terkandung makna yang membuat pendengarnya
menjauhi hal yang dilarangnya dan bersikap waspada terhadap setan, suatu
ungkapan yang sarat isi dan indah.
Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: langkah-langkah setan. (An-Nur: 21) Bahwa makna yang dimaksud
ialah amal perbuatan setan.
Ikrimah mengatakan artinya ialah bisikan setan.
Menurut Qatadah, setiap perbuatan maksiat termasuk langkah-langkah setan.
Sedangkan Abu Mijlaz mengatakan bahwa nazar dalam kedurhakaan termasuk
langkah-langkah setan.
Masruq mengatakan bahwa seorang lelaki bertanya kepada Ibnu Mas'ud,
"Sesungguhnya aku telah mengharamkan diriku memakan makanan." Lalu lelaki itu
menyebutkan jenis makanan yang diharamkan atas dirinya itu. Maka Ibnu Mas'ud
berkata, "Itu termasuk perbuatan yang dibisikkan oleh setan. Maka bayar
kifaratlah untuk sumpahmu itu, lalu makanlah."
Asy-Sya'bi mengatakan sehubungan dengan pengertian ayat ini, bahwa ada
seorang lelaki bernazar akan menyembelih anak laki-lakinya. Maka Asy-Sya'bi
berkata, "Itu termasuk bisikan setan," lalu Asy-Sya'bi memberinya fatwa agar
menyembelih seekor kambing domba (sebagai kifaratnya).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Hassan ibnu Abdullah Al-Masri, telah menceritakan
kepada kami As-Sirri ibnu Yahya, dari Sulaiman At-Taimi, dari Abu Rafi' yang
menceritakan bahwa ibunya pernah marah kepada istrinya, sesekali mengatakan
wanita Yahudi, dan kesempatan lain mengatakannya wanita Nasrani; dan ibunya
mengatakan, "Semua budak miliknya dimerdekakan jika kamu tidak menceraikan
istrimu." Maka aku (Abu Rafi') datang kepada Abdullah ibnu Umar melaporkan hal
tersebut, lalu Ibnu Umar menjawab, "Hal itu termasuk bisikan (godaan)
setan."
Hal yang sama telah dikatakan oleh Zainab binti Ummu Salamah, yang pada
masanya ia adalah seorang wanita yang paling mendalam pengetahuan agamanya di
Madinah. Dan aku mendatangi Asim ibnu Umar, maka ia mengatakan hal yang
sama.
*******************
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{وَلَوْلا
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
أَبَدًا}
Seandainya tidaklah karena Karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari
perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. (An-Nur:
21)
Seandainya Allah tidak memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya
untuk bertobat, kembali kepada-Nya, dan membersihkan dirinya dari keburukan,
kekotoran, dan semua akhlak yang rendah, yang masing-masing orang disesuaikan
dengan keadaannya, tentulah tidak akan ada seorang pun yang bersih dan tidak
(pula) beroleh kebaikan.
{وَلَكِنَّ
اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ}
tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nur: 21)
dari kalangan makhluk-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, lalu
menjerumuskannya ke dalam kesesatan yang membinasakan dirinya.
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ
سَمِيعٌ}
Dan Allah Maha Mendengar. (An-N ur: 21)
semua ucapan hamba-hamba-Nya.
{عَلِيمٌ}
lagi Maha Mengetahui. (An-N ur: 21)
siapa di antara mereka yang berhak memperoleh petunjuk dan siapa yang berhak
beroleh kesesatan.