Tafsir Surat Ar-Rum, ayat 48-51
{اللَّهُ
الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ
كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ
فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ (48)
وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ يُنزلَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمُبْلِسِينَ
(49) فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ
مَوْتِهَا إِنَّ ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(50) وَلَئِنْ أَرْسَلْنَا رِيحًا فَرَأَوْهُ مُصْفَرًّا لَظَلُّوا مِنْ بَعْدِهِ
يَكْفُرُونَ (51) }
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin
itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang
dikehendaki-Nya dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar
dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. Dan sesungguhnya sebelum
hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. Maka
perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang
sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang
berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan
orang-orang yang telah mati. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan sungguh,
jika Kami mengirimkan angin (kepada tumbuh-tumbuhan), lalu mereka melihat
(tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering), benar-benar
tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar.
Allah Swt. menjelaskan bagaimana Dia menciptakan awan yang menurunkan air
hujan. Untuk itu Dia berfirman:
اللَّهُ
الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا}
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan.
(Ar-Rum: 48)
Adakalanya awan itu datangnya dari laut, sebagaimana yang disebutkan oleh
bukan hanya seorang ulama; atau dari tempat yang dikehendaki oleh Allah Swt.
{فَيَبْسُطُهُ
فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ}
dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya.
(Ar-Rum: 48)
Yakni membentangkannya, menjadikannya bertambah banyak dan berkembang, lalu
menjadikannya dari sedikit menjadi banyak. Pada mulanya Dia menjadikan awan yang
kelihatan di mata bagaikan perisai, lalu Dia bentangkan sehingga memenuhi
cakrawala langit. Adakalanya pula awan datang dari arah laut yang mengandung air
yang sangat banyak, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui
firman-Nya:
{وَهُوَ
الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا
أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنزلْنَا بِهِ الْمَاءَ
فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَى
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus. (Al-A'raf: 57) sampai
dengan firman-Nya: Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah
mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf: 57)
Demikian pula dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{اللَّهُ
الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ
كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا}
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya dan menjadikannya
bergumpal-gumpal. (Ar-Rum: 48)
Mujahid, Abu Amr ibnul Ala, Matar Al-Warraq, dan Qatadah mengatakan bahwa
makna kisafan ialah bergumpal-gumpal, sedangkan yang lain mengartikannya
bertumpang tindih, sebagaimana yang dikatakan oleh Qatadah. Yang lainnya lagi
mengatakan berwarna hitam karena banyaknya kandungan air sehingga terlihat
gelap, berat, lagi dekat dengan bumi.
Firman Allah Swt.:
{فَتَرَى
الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ}
lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. (Ar-Rum: 48)
Yakni kamu akan melihat adanya air hujan yang keluar di antara celah-celah
awan itu.
{فَإِذَا
أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ
يَسْتَبْشِرُونَ}
maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Ar-Rum: 48)
Karena mereka sangat memerlukannya, maka mereka merasa sangat gembira dengan
turunnya air hujan kepada mereka.
***********
Firman Allah Swt.:
{وَإِنْ
كَانُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ يُنزلَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَبْلِهِ
لَمُبْلِسِينَ}
Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka
benar-benar telah berputus asa. (Ar-Rum: 49)
Makna ayat ialah mereka yang mendapat hujan itu sebelumnya merasa putus
harapan dari turunnya hujan kepada mereka. Tetapi setelah hujan turun menyirami
mereka di saat mereka sangat membutuhkannya, maka kegembiraan mereka tak
terperikan mengingat rahmat datang tepat di saat mereka sangat
memerlukannya.
Ulama Nahwu berselisih pendapat sehubungan dengan firman-Nya: sebelum
hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa.
(Ar-Rum: 49) Menurut Ibnu Jarir, lafaz min qablihi berkedudukan
sebagai taukid, ia meriwayatkannya dari sebagian ahli bahasa Arab.
Ulama lainnya mengatakan bahwa firman-Nya: sebelum hujan diturunkan kepada
mereka. (Ar-Rum: 49) Damir yang terdapat di dalam lafaz yanzila
kembali kepada hujan.
******
{مِنْ
قَبْلِهِ}
sebelum itu. (Ar-Rum: 49)
Yakni sebelum turunnya hujan itu mereka benar-benar telah berputus asa. Dapat
pula ditakwilkan bahwa kalimat ini menunjukkan makna ta-sis, yang artinya
'sebelum turunnya hujan mereka sangat mengharapkannya, Juga jauh sebelum itu.'
Hujan datang terlambat kepada mereka dari suatu waktu ke waktu yang lain, yang
selama itu mereka menunggu-nunggu kedatangannya, tetapi ternyata hujan datang
terlambat. Setelah berlalu beberapa waktu lagi mereka tetap menunggu-nunggunya,
tetapi ternyata telat juga turunnya. Setelah itu hujan datang dengan tiba-tiba
kepada mereka sesudah mereka berputus asa dan tidak ada harapan lagi. Setelah
tanah mereka menjadi gersang dan tandus, tiba-tiba setelah hujan turun hiduplah
bumi itu, lalu suburlah serta tumbuhlah berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{فَانْظُرْ
إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ}
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah. (Ar-Rum: 50)
Yakni hujan itu.
{كَيْفَ
يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا}
bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. (Ar-Rum: 50)
Selanjutnya Allah Swt. menegaskan bahwa tubuh-tubuh yang telah mati dan telah
tercabik-cabik serta menjadi tulang belulang yang hancur, kelak akan dihidupkan
kembali. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{إِنَّ
ذَلِكَ لَمُحْيِي الْمَوْتَى}
Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar
(berkuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. (Ar-Rum: 50)
Artinya, Tuhan yang memperbuat hal tersebut benar-benar mampu menghidupkan
orang-orang yang telah mati.
{إنَّهُ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ}
Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ar-Rum: 50)
***********
Kemudian Allah Swt. berfirman dalam firman berikutnya:
{وَلَئِنْ
أَرْسَلْنَا رِيحًا فَرَأَوْهُ مُصْفَرًّا لَظَلُّوا مِنْ بَعْدِهِ
يَكْفُرُونَ}
Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin (kepada tumbuh-tumbuhan),
lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering),
benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar.
(Ar-Rum: 51)
Dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
{وَلَئِنْ
أَرْسَلْنَا رِيحًا}
Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin. (Ar-Rum: 51)
yang kering kepada tumbuh-tumbuhan yang telah mereka tanam yang saat itu
telah tumbuh dengan suburnya dan telah tegak di atas bulir-bulirnya.
فَرَأَوْهُ
مُصْفَرًّا
lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning.
(Ar-Rum: 51)
Yakni kelihatan kering dan mulai rusak.
لَظَلُّوا
مِنْ بَعْدِهِ
benar-benar tetaplah mereka sesudah itu. (Ar-Rum: 51)
Yaitu setelah melihat keadaan tersebut.
يَكْفُرُونَ
menjadi orang yang ingkar. (Ar-Rum: 51)
Maksudnya, mengingkari nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada
mereka sebelum itu. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{أَفَرَأَيْتُمْ
مَا تَحْرُثُونَ أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ. لَوْ نَشَاءُ
لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ. إِنَّا لَمُغْرَمُونَ بَلْ نَحْنُ
مَحْرُومُونَ}
Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. (Al-Waqi'ah: 63)
sampai dengan firman-Nya: "bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat
hasil apa-apa.” (Al-Waqi'ah: 67)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa ibnut Taba', telah menceritakan
kepada kami Hasyim, dari Ya'la ibnu Ata, dari ayahnya, dari Ubaidillah ibnu Amr
yang mengatakan bahwa angin itu ada delapan macam. Empat di antaranya mengandung
rahmat, dan empat lainnya mengandung azab.
Angin yang membawa rahmat ialah an-nasyirat (angin yang menyebarkan
hujan), mubasysyirat (angin pembawa berita gembira akan turunnya hujan),
mursalat (angin yang membawa awan yang mengandung hujan), dan
az-zariyat (angin yang menerbangkan debu dan awan yang mengandung
hujan).
Angin yang mengandung azab atau bencana ialah al-'aqim (angin yang
kering) dan angin sar-sar (angin yang menumbangkan pepohonan); kedua
jenis angin ini terjadi di daratan. Adapun angin topan dan angin badai, kedua
jenis angin ini terjadi di laut.
Apabila Allah Swt. menghendaki untuk menjadikannya sebagai angin pembawa
rahmat, maka Dia menjadikan angin itu pembawa kesuburan, rahmat, dan berita
gembira sebelum turunnya hujan. Lalu angin itu membuahi awan sehingga awan
menjadi padat mengandung air, sebagaimana pejantan membuahi betinanya hingga
hamil.
Jika Dia menghendaki untuk menjadikannya sebagai azab, maka Dia menjadikannya
angin yang kering dan azab yang memedihkan, serta pembalasan dari-Nya terhadap
orang-orang yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Angin itu akan
berupa angin topan dan badai yang memporak-porandakan segala sesuatu yang
dilandanya.
Angin itu bermacam-macam bila dipandang dari segi dari arah mana ia bertiup.
Ada yang dinamakan angin saba, angin dabur, angin selatan, dan angin utara. Dan
dipandang dari segi ciri khasnya mengandung manfaat dan akibatnya tersendiri
yang berbeda-beda. Kalau angin itu lembut lagi basah, manfaatnya ialah
menyuburkan tetumbuhan dan tubuh hewan. Sedangkan jenis lainnya menguruskannya,
jenis lainnya lagi membinasakan dan menyebabkan penyakitan, yang lainnya lagi
membuatnya tumbuh dan menguatkan, dan yang lainnya lagi merapuhkan serta
melemahkannya.
قَالَ
ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عبُيَد اللَّهِ ابْنِ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ،
حَدَّثَنَا عَمِّي، حدثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَيْاش ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ دَرَّاجٍ، عَنْ عِيسَى بْنِ هِلَالٍ الصدَفي، عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "الرِّيحُ مُسَخَّرَةٌ مِنَ الثَّانِيَةِ -يَعْنِي الْأَرْضَ الثانية
-فلما أراد الله أن يهلك عادا، أَمَرَ خَازِنَ الرِّيحِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْهِمْ
رِيحًا تُهْلِكُ عَادًا، فَقَالَ: يَا رَبِّ، أُرْسِلُ عَلَيْهِمْ من الريح قدر
منخر الثور. قال له الْجَبَّارُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: لَا إِذًا تَكْفَأُ
الْأَرْضَ وما عليها، وَلَكِنْ
أَرْسِلْ عَلَيْهِمْ بِقَدْرِ خَاتَمٍ"، فَهِيَ الَّتِي قَالَ اللَّهُ فِي
كِتَابِهِ: {مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلا جَعَلَتْهُ
كَالرَّمِيمِ}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah anak
saudara lelaki Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Iyasy,telah menceritakan kepadaku
Abdullah ibnu Sulaiman, dari Darij, dari Isa ibnu Hilal As-Sadfi, dari Abdullah
ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Angin itu
ditempatkan di bumi lapis kedua. Tatkala Allah hendak membinasakan kaum 'Ad,
maka Dia memerintahkan kepada malaikat penjaga angin untuk mengirimkan angin
besar guna membinasakan kaum 'Ad. Malaikat penjaga angin berkata, 'Wahai
Tuhanku, aku akan mengirimkan angin sebesar hidung banteng'. Maka Allah Yang
Mahaperkasa berfirman kepadanya, 'Jangan, kalau begitu kamu akan membalikkan
bumi beserta semua orang yang ada di permukaannya. Tetapi kirimkanlah kepada
mereka angin sebesar lubang cincin'." Hal itulah yang dimaksudkan oleh Allah
Swt. dalam firman-Nya: angin itu tidak membiarkan sesuatu pun yang
dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk. (Az-Zariyat: 42)
Hadis ini berpredikat garib, tidak dapat dikatakan sebagai hadis
marfu', yang jelas hadis ini merupakan perkataan Abdullah ibnu Amr
r.a.