Tafsir Surat Al-Mu’min, ayat 1-3
{حم
(1) تَنزيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (2) غَافِرِ الذَّنْبِ
وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ ذِي الطَّوْلِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ
إِلَيْهِ الْمَصِيرُ (3) }
Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha
Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang
mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya
kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).
Mengenai huruf-huruf hija’i yang mengawali surat-surat Al-Qur'an telah
diterangkan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan sehingga
tidak perlu diulangi lagi di sini.
Menurut suatu pendapat, Ha-Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah;
mereka yang berpendapat demikian memperkuatnya dengan ucapan seorang penyair
yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
يُذَكِّرُني
حامِيمَ والرمحُ شَاجر ...
فَهَلا تَلَا حَاميمَ قَبْل التَّقدُّمِ ...
Dia mengingatkanku kepada Ha Mim
(Allah) saat
tombak telah beradu, maka mengapa dia tidak membaca (mengingatkanku kepada)
Ha Mim sebelum maju perang.
Disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan
Imam Turmuzi melalui Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, dari Al-Muhalkan ibnu Abu
Safrah yang mengatakan bahwa dia pernah menceritakan kepadanya sabda Rasulullah
Saw. berikut ini dari orang yang mendengarnya langsung dari beliau Saw.,
yaitu:
"إِنْ
بَيَّتم اللَّيْلَةَ فَقُولُوا: حم، لَا يُنْصَرُونَ"
Jika kalian mau mengadakan serangan malam ini, katakanlah, "Ha Mim, semoga
mereka tidak mendapat pertolongan.”
Sanad hadis ini berpredikat sahih.
Abu Ubaid memilih riwayat yang menyebutkan, "Ha Mim, maka mereka tidak
akan menang." Yakni jika kalian mengucapkan, "Ha Mim," niscaya mereka
tidak akan mendapat kemenangan. Dia menjadikan lafaz layunsarun sebagai
jawab dari faqulu.
***********
Firman Allah Swt.:
{تَنزيلُ
الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ}
Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi
Maha Mengetahui. (Al-Mu’min: 2)
Yakni penurunan kitab Al-Qur'an ini adalah dari Allah Yang Mempunyai
Keperkasaan dan Pengetahuan, Zat-Nya tidak dapat dijangkau, dan tiada suatu atom
pun yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun hijab penghalangnya berlapis-lapis.
**************
Firman Allah Swt.:
{غَافِرِ
الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ}
Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat. (Al-Mu’min: 3)
Yaitu Yang mengampuni dosa yang telah lalu dan menerima tobat di masa
mendatang bagi orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
{شَدِيدُ
الْعِقَابِ}
lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 3)
Yakni terhadap orang yang membangkang, melampaui batas, memilih kehidupan
dunia, menentang perintah-perintah Allah, dan bersikap menantang. Ayat ini
semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{نَبِّئْ
عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ
الألِيمُ}
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang
sangat pedih. (Al-Hijr: 49-50)
Kedua sifat ini sering disebutkan secara berbarengan dalam berbagai tempat
dalam Al-Qur'an, dimaksudkan agar seseorang hamba selalu berada dalam keadaan
rasa harap dan takut kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
{ذِي
الطَّوْلِ}
Yang mempunyai karunia. (Al-Mu’min: 3)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai
keluasan dan kecukupan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Yazid ibnul Asam mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai
kebaikan yang banyak.
Ikrimah mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai karunia.
Qatadah mengatakan, Yang mempunyai nikmat dan keutamaan-keutamaan. Makna yang
dimaksud ialah bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang melimpahkan karunia kepada
hamba-hamba-Nya yang merasa tidak puas dengan semua karunia dan nikmat yang
telah ada pada mereka, yang semuanya itu tidak akan mampu mereka mensyukuri
salah satu pun darinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنْ
تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18)
Adapun firman Allah Swt.:
{لَا
إِلَهَ إِلا هُوَ}
Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (Al-Mu’min:
3)
Yakni tiada tandingan bagi-Nya dalam semua sifat yang dimiliki-Nya. Maka
tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia.
{إِلَيْهِ
الْمَصِيرُ}
Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3)
Yaitu kepada-Nyalah semuanya dikembalikan, lalu Dia akan memberikan balasan
kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
{وَهُوَ
سَرِيعُ الْحِسَابِ}
dan Dialah Yang Mahacepat hisab(perhitungan)-Nya
(Ar-Ra'd:41)
Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq
As-Subai'i mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Khalifah
Umar ibnul Khattab, lalu lelaki itu bertanya, "Hai Amirul Mu’minin, sesungguhnya
aku pernah membunuh (orang), maka masih adakah tobat bagiku?" Maka Umar r.a.
membacakan firman-Nya: Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari
Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima
tobat lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 1-3) Lalu Khalifah Umar berkata
kepadanya, "Beramallah, janganlah kamu berputus asa."
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan atsar ini, juga Ibnu Jarir, sedangkan
teksnya menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada
kami Umar ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid
Al-Asam yang telah menceritakan bahwa dahulu ada seorang lelaki penduduk negeri
Syam yang mempunyai kekuatan (berpengaruh). Dia biasa menghadap kepada Khalifah
Umar r.a. sebagai perutusan kaumnya. Maka pada suatu hari Khalifah Umar merasa
kehilangan dia, lalu menanyakan tentangnya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si
Fulan bin Anu?" Orang-orang menjawab, "Wahai Amirul Mu’minin, dia sekarang gemar
minum-minuman ini (khamr)." Maka Khalifah Umar memanggil juru tulisnya
(sekretarisnya), lalu berkata kepadanya, "Tulislah, dari Umar ibnul Khattab
kepada Fulan bin Anu. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, sesungguhnya
aku memuji kepada Allah dalam surat yang ditujukan kepadamu ini, bahwa tidak ada
Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat
serta sangat keras hukuman-Nya Yang Mempunyai karunia, tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Dia, dan hanya kepada-Nyalah makhluk dikembalikan." Setelah itu
Khalifah Umar menyerukan kepada teman-temannya agar mendoakan buat teman mereka,
semoga ia sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Ketika surat itu sampai
kepada lelaki yang dimaksud, maka ia langsung membacanya dan ia baca
berulang-ulang, lalu berkata, "Yang Mengampuni dosa, Yang Menerima tobat, Yang
sangat keras hukuman-Nya. Umar telah memperingatkan diriku akan hukum-Nya dan
dia menjanjikan bahwa Allah akan memberikan ampunan bagiku."
Atsar yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na'im melalui hadis
Ja'far ibnu Barqan yang dalam riwayatnya ditambahkan bahwa lelaki itu setelah
menerima surat terus-menerus mengoreksi dirinya hingga ia menangis, lalu
menghentikan perbuatannya dan bersikap baik dalam tobatnya itu. Ketika beritanya
sampai kepada Khalifah Umar r.a., maka Umar r.a. berkata, "Cara inilah yang
harus kalian lakukan bila kalian melihat ada seseorang dari teman kalian yang
terjerumus ke dalam kekeliruan. Maka luruskanlah dia, teguhkanlah hatinya, dan
mohonkanlah kepada Allah semoga Dia menerima tobatnya, dan janganlah kalian
menjadi penolong setan terhadapnya."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah,
telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami
Abu Umar As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani yang
mengatakan bahwa ia pernah bersama Mus'ab ibnuz Zubair r.a. di daerah pedalaman
Kufah. Lalu ia memasuki sebuah kebun dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya.
Ia membuka salatnya dengan membaca surat Ha Mim Al-Mu’min hingga sampai
pada firman-Nya: Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya
kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3). Tiba-tiba ada seorang
lelaki di belakangku yang mengendarai bagal berbulu blonde dengan mengenakan
pakaian burdah yamani. Lelaki itu berkata: Jika engkau katakan, "Yang
Mengampuni dosa, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Mengampuni dosa,
ampunilah bagiku dosa-dosaku.” Dan jika engkau katakan, "Yang Menerima tobat, "
maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Menerima tobat, terimalah tobatku.” Dan
jika engkau katakan, "Yang keras hukuman-Nya, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan
Yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku." Maka aku menoleh ke
belakang, dan ternyata aku tidak melihat seorang manusia pun, lalu aku keluar
menuju ke pintu kebun itu dan bertanya, "Apakah kalian melihat seorang lelaki
yang mengenakan kain burdah yamani?" Mereka menjawab, "Kami tidak melihat
seorang pun." Maka mereka berpendapat bahwa lelaki tersebut adalah Nabi Ilyas
a.s.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Sabit
dengan lafaz yang semisal, hanya dalam riwayatnya kali ini tidak disebutkan Nabi
Ilyas a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.