Tafsir Surat Al-Waqi'ah, ayat 75-82
{فَلا
أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ (75) وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ
(76) إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ
إِلا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنزيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80) أَفَبِهَذَا
الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (81) وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ
تُكَذِّبُونَ (82) }
Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya
bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu
mengetahui, sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada
kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz),
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan
semesta alam. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini? Kamu
mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan
(Allah).
Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, bahwa sesungguhnya Allah Swt.
tidak sekali-kali bersumpah dengan menyebut nama sesuatu dari makhluk-Nya,
melainkan hal ini hanyalah sebagai pembukaan belaka yang digunakan oleh-Nya
untuk membuka kalam-Nya. Tetapi pendapat ini lemah, dan yang dikatakan oleh
jumhur ulama menyebutkan bahwa ungkapan ini memang sumpah dari Allah Swt. Dia
bersumpah dengan menyebut nama apa pun yang dikehendaki-Nya dari makhluk-Nya,
yang hal ini menunjukkan kebesaran dari nama makhluk yang disebu.t-Nya.
Kemudian sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa huruf la di sini
merupakan zaidah. Maka makna yang dimaksud ialah "Aku bersumpah dengan
tempat beredarnya bintang-bintang." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir melalui Sa'id ibnu Jubair, dan yang menjadi objek sumpah ialah firman-Nya:
sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia. (Al-Waqi'ah:
77)
Ulama lainnya mengatakan bahwa la di sini bukanlah zaidah yang
tidak bermakna, bahkan ia didatangkan pada permulaan qasam (sumpah),
apabila objek sumpahnya dinafikan, seperti perkataan Siti Aisyah r.a..”Tidak,
demi Allah, tangan Rasulullah Saw. sama sekali belum pernah menyentuh tangan
wanita lain." Maka demikian pula halnya di sini, yang berarti bentuk lengkapnya
ialah "Tidak, Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang, duduk
perkaranya tidaklah seperti dugaan mereka terhadap Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an
itu sihir atau tenung, bahkan Al-Qur'an ini adalah bacaan yang mulia."
Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian ulama bahasa Arab mengatakan sehubungan
dengan firman-Nya: Maka Aku bersumpah. (Al-Waqi'ah: 75) Bahwa urusan ini
tidaklah seperti apa yang kalian katakan, kemudian sesudah itu dimulai lagi
sumpah, lalu diucapkan Aku bersumpah.
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: tempat
beredarnya bintang-bintang. (Al-Waqi'ah: 75) Menurut Hakim ibnu Jubair, dari
Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah angsuran turunnya
Al-Qur'an, karena sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan sekaligus di malam
Lailatul Qadar dari langit yang tertinggi ke langit yang paling dekat, kemudian
baru diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur selama bertahun-tahun. Kemudian
Ibnu Abbas membaca ayat ini.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Qur'an diturunkan
sekaligus dari sisi Allah —yaitu Lauh Mahfuz— kepada para malaikat pencatat yang
mulia di langit yang terdekat. Lalu para malaikat juru tulis menyampaikannya
kepada Malaikat Jibril secara berangsur-angsur dalam dua puluh malam, lalu
Malaikat Jibril menurunkannya kepada Muhammad Saw. secara berangsur-angsur pula
selama dua puluh tahun. Hal inilah yang dimaksud olah firman-Nya: Maka Aku
bersumpah dengan penurunan Al-Qur’an secara berangsur-angsur. (Al-Waqi'ah:
75)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, dan Abu
Hirzah.
Mujahid mengatakan pula bahwa yang dimaksud dengan mawaqi'in nujum
ialah tempat beredarnya bintang-bintang di langit. Dikatakan bahwa
mawaqi' ialah tempat terbitnya bintang-bintang. Hal yang sama dikatakan
oleh Qatadah, Al-Hasan, dan inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Diriwayatkan dari Qatadah bahwa makna yang dimaksud ialah tempat beredarnya
bintang-bintang.
Diriwayatkan pula dari Al-Hasan, bahwa makna yang dimaksud ialah
berhamburannya bintang-bintang kelak di hari kiamat.
Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Maka Aku
bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. (Al-Waqi'ah: 75) Yakni
bintang-bintang yang dikatakan oleh orang-orang Jahiliah apabila mereka diberi
hujan, mereka mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu."
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّهُ
لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ}
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
(Al-Waqi'ah: 76)
Sesungguhnya sumpah yang Aku katakan ini benar-benar sumpah yang besar.
Seandainya kalian mengetahui kebesarannya, tentulah kalian memuliakan apa yang
disebutkan di dalamnya.
{إِنَّهُ
لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ}
sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang mulia.
(Al-Waqi'ah:77)
Artinya, Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. benar-benar
kitab yang besar.
{فِي
كِتَابٍ مَكْنُونٍ}
pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz). (Al-Waqi'ah: 78)
Yaitu dimuliakan tersimpan di dalam kitab yang dimuliakan lagi terpelihara
dan diagungkan, yaitu Lauh Mahfuz.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Musa ibnu Ismail, telah
menceritakan kepada kami Syarik, dari Hakim ibnu Jubair, dari Sa'id ibnu Jubair,
dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya
kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi'ah:79) Yakni Kitab yang ada di
langit.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
(Al-Waqi'ah: 79) Yaitu para malaikat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Anas, Mujahid. Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair,
Ad-Dahhak, Abusy Sya'sa, Jabir ibnu Zaid. Abu Nuhaik, As-Saddi, Abdur Rahman
ibnu Zaid ibnu Aslam, dan lain-lainnya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah
menceritakan kepada kami IbnuSaur, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak menyentuhnya kecuali
hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi'ah: 79) Yakni tidak ada yang
menyentuhnya di sisi Allah kecuali hamba-hamba yang disucikan. Adapun di dunia,
maka sesungguhnya Al-Qur'an itu dapat dipegang oleh orang Majusi yang najis dan
orang munafik yang kotor.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini menurut qiraat Ibnu Mas'ud disebutkan
mayamassuhii illal mutahharun, memakai ma.
Abul Aliyah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak
menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi'ah: 79) Bukan kamu
orang-orang yang berdosa.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mempunyai dugaan bahwa
Al-Qur'an ini diturunkan oleh setan. Maka Allah menerangkan bahwa Al-Qur'an ini
tidak dapat disentuh kecuali oleh hamba-hamba yang disucikan, sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَمَا
تَنزلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ. وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ.
إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ}
Dan Al-Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah
patut mereka membawa turun Al-Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa.
Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar Al-Qur’an itu.
(Asy-Syu'ara: 210-212)
Pendapat ini cukup baik dan tidak menyimpang dari pendapat-pendapat yang
sebelumnya.
Al-Farra mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak dapat merasakan
makna dan manfaat Al-Qur'an kecuali orang-orang yang beriman kepadanya.
Ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak
menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (Al-Waqi'ah: 79) Yakni yang
suci dari jinabah dan hadas.
Mereka mengatakan bahwa lafaz ayat merupakan kalimat berita, tetapi makna
yang dimaksud ialah perintah. Dan mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
Al-Qur'an adalah mushaf, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. telah
melarang bepergian membawa Al-Qur'an ke negeri musuh karena dikhawatirkan
Al-Qur'an itu dirampas oleh musuh. Dan mereka menguatkan pendapatnya dengan
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitab Muwatta'-nya dari
Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm sehubungan dengan surat
yang dikirim oleh Rasulullah Saw. ditujukan kepada Amr ibnu Hazm, bahwa tidak
boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali orang yang suci.
Abu Daud telah meriwayatkan di dalam himpunan hadis-hadis mursal-nya
melalui Az-Zuhri yang mengatakan bahwa aku telah membaca lembaran yang ada
pada Abdu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm, bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:
"وَلَا
يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ"
Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci.
Ini merupakan alasan yang baik, telah dibaca oleh Az-Zuhri dan lain-lainnya,
dan hal yang semisal dengan pendapat ini dianjurkan untuk dipakai.
Ad-Daruqutni telah mengisnadkannya dari Amr ibnu Hazm dan Abdullah ibnu Amr
serta Usman ibnu Abul Asim, tetapi dalam sanad masing-masing dari keduanya perlu
diteliti kembali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
*******************
Firman Allah Swt.:
{تَنزيلٌ
مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Waqi'ah: 80)
Artinya, Al-Qur'an ini diturunkan dari Allah Tuhan semesta alam, dan bukanlah
seperti apa yang disangka oleh mereka bahwa Al-Qur'an adalah sihir, atau tenung
atau syair, bahkan Al-Qur’an itu benar yang tiada keraguan padanya, dan tiadalah
di baliknya perkara hak yang bermanfaat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{أَفَبِهَذَا
الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ}
Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini?
(Al-Waqi'ah:81)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mudhinun artinya
mendustakan dan tidak membenarkan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak,
Abu Hirzah, dan As-Saddi. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya,"'Mudhinun," yakni berdiplomasi.
Firman Allah Swt.:
{وَتَجْعَلُونَ
رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ}
kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan
(Allah). (Al-Waqi'ah: 82)
Sebagian ulama mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kamu
mengganti rezeki (yang Allah berikan). (Al-Waqi'ah: 82) Yakni terima kasihmu
ialah dengan mendustakan. Dengan kata lain, dapat disebutkan air susu dibalas
dengan air tuba.
Telah diriwayatkan pula dari Ali dan Ibnu Abbas, bahwa keduanya membaca ayat
ini dengan bacaan berikut: "Dan kamu ungkapkan rasa syukur kalian dengan
mendustakan," seperti yang akan dijelaskan kemudian.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah diriwayatkan dari Al-Haisam ibnu Addi,
bahwa menurut dialek kabilah Azd Syanu-ah bila disebutkan Razaqa Fulanun
artinya si Fulan bersyukur.
وَقَالَ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا
إِسْرَائِيلُ، عَنْ عَبْدِ الأعلى، عن أبي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ، عَنْ عَلِيٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ} ، يَقُولُ:
"شُكْرَكُمْ {أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ} ، تَقُولُونَ: مُطِرْنَا بِنَوء كَذَا
وَكَذَا، بِنَجْمِ كَذَا وَكَذَا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad,
telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abdul Ala, dari Abu Abdur Rahman,
dari Ali r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda
sehubungan dengan makna firman-Nya: Kamu mengganti rezeki (yang Allah
berikan).(Al-Waqi'ah: 82), maksudnya, kamu membalas rezeki yang Allah berikan
dengan mendustakan-Nya; kamu katakan, "Kami telah diberi hujan oleh bintang anu
dan oleh bintang anu.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari ayahnya, dari
Mukhawwil ibnu Ibrahim An-Nahdi dan Ibnu Jarir, dari Muhammad ibnul Musanna,
dari Ubaidillah ibnu Musa dan dari Ya'qub ibnu Ibrahim, dari Yahya ibnu Abu
Bukair, ketiga-tiganya dari Israil dengan sanad yang semisal secara marfu'.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Ahmad ibnu Mani',
dari Husain ibnu Muhammad Al-Marwazi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi
mengatakan bahwa hadis ini hasan garib. Sufyan As-Sauri telah
meriwayatkannya dari Abdul A' la dan tidak me-rafa'-kannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada
kami Syu'bah, dari Abu Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa tidak sekali-kali suatu kaum diberi hujan melainkan pada pagi
harinya sebagian dari mereka ada yang kafir; mereka mengatakan bahwa kami diberi
hujan oleh bintang anu dan anu. Lalu Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: kamu
mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah).
(Al-Waqi'ah: 82)
Sanad asar ini sahih sampai kepada Ibnu Abbas.
وَقَالَ
مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّأِ، عَنْ صَالِحِ بْنِ كيْسَان، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الجُهَنّي
أَنَّهُ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم صلاة
الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ فِي أَثَرِ سَمَاءٍ كَانَتْ مِنَ اللَّيْلِ، فَلَمَّا
انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. "قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ
عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ
وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوَاكِبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ:
مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ
بِالْكَوَاكِبِ".
Malik telah meriwayatkan di dalam kitab Muwatta', dari Saleh ibnu
Kaisan, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari Zaid ibnu
Khalid Al-Juhani yang mengatakan bahwa kami salat Subuh bersama Rasulullah Saw.
di Hudaibiyah, seusai turun hujan di malam harinya. Setelah selesai, beliau
membalikkan tubuhnya menghadap kepada kami (para makmum), lalu bertanya,
"Tahukah kalian, apakah yang dikatakan oleh Tuhan kalian?" Mereka
menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:
Allah berfirman, "Di pagi hari ini ada sebagian hamba-hamba-Ku yang beriman
kepada-Ku dan sebagian lainnya kafir. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi
hujan berkat karunia Allah dan rahmat-Nya, " maka dia adalah orang yang beriman
kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan,
'Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu, " maka dia adalah orang yang kafir
kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini dan juga Abu Daud dan
Nasai semuanya melalui hadis Malik dengan sanad yang sama.
قَالَ
مُسْلِمٌ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ، وعَمْرو بْنُ سَوّاد،
حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ؛ أَنَّ أَبَا
يُونُسَ حَدَّثه، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ
بَرَكَةٍ إِلَّا أَصْبَحَ فَرِيقٌ مِنَ النَّاسِ بِهَا كَافِرِينَ، يَنْزِلُ
الْغَيْثُ، فَيَقُولُونَ: بِكَوْكَبِ كَذَا وَكَذَا".
Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah
Al-Muradi dan Amr ibnu Sawad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb,
dari Amr ibnul Haris, bahwa Abu Yunus pernah menceritakan hadis berikut dari Abu
Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Tidak sekali-kali Allah
menurunkan dari langit suatu berkah (hujan). melainkan pada pagi harinya
ada segolongan manusia yang mengingkarinya. Hujan diturunkan dan mereka
mengatakan bahwa itu berkat adanya bintang anu dan bintang anu.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui jalur ini.
قَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ التَّيْمِيِّ، عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيُصْبِحُ القومَ بِالنِّعْمَةِ أَوْ
يُمسيهم بِهَا فَيُصْبِحُ بِهَا قَوْمٌ كَافِرِينَ يَقُولُونَ: مُطِرنا بِنَوْءِ
كَذَا وَكَذَا".
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ibrahim ibnul
Haris At-Taimi, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar mencurahkan nikmat kepada suatu kaum
di pagi hari atau di petang hari, tetapi seusai itu kaum yang kafir (ingkar)
kepada nikmat itu mengatakan bahwa kami telah diberi hujan oleh bintang anu
dan bintang anu.
Muhammad ibnu Ibrahim mengatakan bahwa lalu ia menuturkan hadis ini kepada
Sa'id ibnul Musayyab, maka ia menjawab bahwa kami pun telah mendengarnya dari
Abu Hurairah.
Telah menceritakan pula kepadaku seseorang yang menyaksikan Umar ibnul
Khattab r.a. melakukan istisqa, ketika ia membaca doa istisqa, ia berpaling ke
arah Al-Abbas, lalu bertanya, "Hai Abbas, hai paman Rasulullah, berapa lama
lagikah kemunculan bintang surayya?"
Para ulama mengatakan bahwa mereka menduga bahwa bintang surayya itu
melintang di ufuk langit sesudah kejatuhannya selama tujuh hari. Kelanjutan asar
di atas menyebutkan bahwa belum lagi tujuh hari berlalu, mereka diberi
hujan.
Pertanyaan yang diajukan oleh Umar ini mengandung pengertian menanyakan
kebiasaan waktu munculnya bintang tersebut yang biasanya dibarengi dengan
turunnya hujan sebagai Sunnatullah. Tetapi bukan berarti bahwa bintang itulah
yang menyebabkan turunnya hujan, karena keyakinan seperti ini jelas dilarang.
Dan dalam pembahasan yang terdahulu telah dikemukakan sesuatu hal yang
menyangkut hadis-hadis ini dalam tafsir firman Allah Swt.:
{مَا
يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا}
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak
ada seorang pun yang dapat menahannya. (Fathir: 2)
وَقَالَ
ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ
أُمَيَّةَ -أَحْسَبُهُ أَوْ غَيْرِهِ-أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا -وَمُطِرُوا-يَقُولُ: مُطِرنا بِبَعْضِ عَشَانين
الْأَسَدِ. فَقَالَ: "كَذَبْتَ! بَلْ هُوَ رِزْقُ اللَّهِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Sufyan, dari Ismail ibnu Umayyah menurut keyakinanku atau lainnya,
bahwa Rasulullah Saw. mendengar seorang lelaki yang baru mendapat hujan di
kalangan kaumnya mengatakan, "Kami diberi hujan oleh gugusan bintang Asad
(Leo)." Maka Nabi Saw. bersabda menyangkalnya: Kamu dusta, bahkan hujan itu
adalah rezeki dari Allah.
ثُمَّ
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي أَبُو صَالِحٍ الصِّرَارِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو
جَابِرٍ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْأَزْدِيُّ ، حَدَّثَنَا جَعْفَرِ بْنِ
الزُّبَيْرِ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا مُطِر قَوْمٌ مِنْ لَيْلَةٍ إِلَّا
أَصْبَحَ قَوْمٌ بِهَا كَافِرِينَ". ثُمَّ قَالَ: " {وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ
أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ} ، يَقُولُ قَائِلٌ: مُطِرنا بِنَجْمِ كَذَا
وَكَذَا"
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Saleh
As-Sirari, telah menceritakan kepada kami Abu Jabir Muhammad ibnu Abdul Malik
Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnuz Zubair, dari Al-Qasim, dari
Abu Umamah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidaklah suatu kaum diberi
hujan di malam harinya melainkan pada pagi harinya kaum itu mengingkarinya.
Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: kamu mengganti rezeki (yang
Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi'ah: 82) Seseorang
dari mereka mengatakan bahwa kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu.
Menurut hadis yang diriwayatkan dari Abu Sa'id secara marfu'
disebutkan:
"لَوْ
قُحِطَ النَّاسُ سَبْعَ سِنِينَ ثُمَّ مُطِرُوا لَقَالُوا: مُطِرْنَا بِنَوْءِ
المِجْدَح"
Seandainya manusia mengalami paceklik selama tujuh tahun, lalu diberi
hujan, tentulah mereka mengatakan bahwa kami diberi hujan oleh bintang
mujadda'.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kamu mengganti
rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan (Allah). (Al-Waqi'ah:
82) Yakni ucapan mereka tentang bintang-bintang itu. Mereka mengatakan.”Kami
diberi hujan oleh bintang anu dan bintang anu." Maka demikian pula dijawab,
"Katakanlah oleh kalian bahwa hujan itu adalah dari sisi Allah dan rezeki
dari-Nya."
Hal yang'sama dikatakan oleh Ad-Dahhak dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang.
Qatadah mengatakan bahwa Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seburuk-buruk apa
yang diambil oleh suatu kaum buat diri mereka sendiri ialah tidaklah mereka
diberi rezeki berupa Kitabullah, melainkan hanya mendustakannya. Makna
yang dimaksud dari ucapan Al-Hasan ini ialah dan kalian jadikan bagian kalian
dari Kitabullah ialah dengan mendustakannya. Karena itulah dalam ayat
sebelumnya disebutkan: Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Qur’an ini?
Kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan
(Allah). (Al-Waqi'ah: 81-82)